2.2 Perempuan Nomaden

47 23 8
                                    

POV Ria

"Kita pindah ke Bekasi saja ya, Bu."

"Sekolah sekolahRia sama Sadam, gimana, Yah ?"

"Nanti cari sekolah di Bekasi ajalah, Bu. Sadam kita masukan ke sekolahnya Aji, Ria kita masukan sekolahnya Noni jadi mereka ada tenennya."

Kemadian matakupun terpejam kembali setelah mendengar percakapan antara mimpi atau kenyataan itu di tengah malam.

Tok Tok Tok !

"Ria, bangun nak sudah adzan subuh!"

Seketika aku terbangun dan tersadar kalau ternyata tadi adalah mimpi yang memang sekarang sudah jadi kenyataan.

Ya, aku sudah pindah ke Bekasi dan satu sekolah dengan sepupuku. Percakapan minpi itu adalah awal dari keberangkatan kami ke kota antah barantah ini.

Huh Bekasi ! Satu kota yang nggak kepikiran sama sekali untuk tinggal di sini.

Aku sudah terbiasa hidup berpindah-pindah dari kota satu ke kota lainnya, karena aku harus mengikuti pekerjaan Ayah yang seorang pemandu wisata, jadi dimana ada turis di situlah aku tinggal. Tapi, sekarang Ayah ku sudah pensiun dini dari pekerjaannya dan memilih menetap di Bekasi dan berwirausaha.

Melanjutkan sekolah di SMK swasta di Bekasi Tinur, tidak begitu jauh dari rumah.

Untuk berbaur dengan teman dan suasana baru saja sudah buat psikisku terganggu. Tidak sampai di situ, sang wali guruku di sana menganjurkan agar aku mengambil kelas kejuruan akuntansi. Ini gangguan psikis yang sempurna untukku.

"Hah! Akuntansi,Bu!?"

"Iya, kamu anak cerdas, Ria. Kamu punya potensi!" Semangat Sang Ibu Wali.

Sementara aku hanya memasang wajah sendu.

"Memangbya kamu minat ke kejuruan apa sih?"

"Tata busana, Bu!" Jawabku lantang.

Di Jogja aku sudah mendaftar di Sekolah Kejuruan Tata Busana karena menjadi Designer adalah cita-citaku, tapi aku harus mengurungkanya, karena di kota ku yang baru ini untuk menemukan sekolah kejuruan Tata Busana itu susahnya bukan main. Pernah ngerasain susahnya cari sekolah, rumah, sahabat yang cocok, kan? Nah seperti itu mungkin rasanya.

"Oh mau jadi desainer tho! Kayak Baly Kasmara itu yah yah? Ibu suka banget itu koleksi-koleksi diaaa," Si Ibu wali mulai asik sendiri.

"Baly Asmara kali yah, Bu."

"Iya itu maksud Ibu, tuh kan kamu teliti udah masuk akuntansi yah yah," Si ibu wali mengedipkan matanya, merayuku agar mengamini anjurannya.

Kata orang masa-masa SMA itu masa-masa yang tidak bisa di lupakan karena kisah pertemanan dan kisah percintaan nya yang sangat berkesan. Ini antara kata orang atau kata sinetron FTV.

Tapi sepertinya di antara teman-teman lain, hanya aku yang belum pernah merasakan kisah cinta SMA. Di saat yang lain berpacaran aku selalu jadi obat nyamuk sekali semprot. Ikhlasin ajalah ya.

Ah manisnya pasti di awal, terbukti sama Eriska, Nurul, dan Bunga. Teman dekatku di kelas, mereka seminggu sekali bergantian curhat tenatang keluh kesah yang di alami cowonya. Jadi aku memutuskan untuk jomblo aja deh dari pada tiap malam galau. Ini alasen aja sih sebenernya.

Setelah 3 tahun bercibaku dengan hitung menghitung uang yang ga ada wujud nya itu akhir nya aku lulus dengan predikat "Sangat Memuaskan".

Lega rasa nya sudah lepas dari Neraca lajur, Jurnal, Balance tidak balance dan lain-lain.

Tapi kebahagian ini bukan akhir dari segalanya.

Seperti halnya manusia normal, dan pasti kalian merasakannya. Eriska, Nurul, Bunga masing-masing memiliki kesibukannya sendiri. Kalau saja aku tahu senyuman, tawa, canda di bangku SMK kemarin adalah yang terakhir, aku tidak akan pernah mau lepas dari mereka, rasanya aku tidak mau pulang dan terus main bersama, curhat tentang apa saja.

Tapi sayangnya hidup terus berjalan, tanpa peduli bagaimana perasaan siapapun yang menjalaninya.

Popcorn Cintaजहाँ कहानियाँ रहती हैं। अभी खोजें