9: Spring

27 4 0
                                    


Bunga sakura telah di puncak mekarnya. Saat itu juga festival musim semi resmi dibuka. Tentu saja sebagian siswa bersorak riang menandai bahwa festival musim semi telah resmi dibuka. Mereka dapat menghabiskan minggu ini dengan bersantai sebelum menghadapi ujian semester yang berlangsung satu minggu lagi.

Jalan utama yang ditumbuhi bunga sakura telah di hias dengan lampion dan beberapa pernak-pernik lainnya, menambah kesan hangat. Diujung jalan, terdapat panggung yang tidak terlalu tinggi yang berfungsi untuk band akustik.

Berbeda dengan area satu tadi, area dua berisi belasan stand penjual makanan yang menyediakan berbagai macam masakan. Dari mulai tteokbeokki sampai taco tersedia semua.

Kyungsoo sangat sibuk berjalan kesana-kemari membawa setumpuk proposal. Mengecek ini itu memastikan semuanya telah siap. Bahkan bagian yang klenik pun ia cek –seperti berfungsi atau tidaknya mic dan sound-. Apakah lampu yang dipasang melingkar di batang pohon sakura akan benar menyala saat malam dan memastikan seluruh band yang akan dijadwalkan tampil dapat berpartisipasi.

"Pastikan semuanya sudah beres. Jika ada sesuatu yang tak terduga, kalian harus melaporkannya padaku. Arro?" ucap Kyungsoo sambil menggulung kertas gigenggamannya.

"Baik," ucap pengurus OSIS yang lain. Kemudian pengurus OSIS yang lain membubarkan diri dan melaksanakan tugas masing-masing.

"Kyungsoo sunbae," panggil seseorang, jika di dengar dari suaranya yang melengking, itu pastilah suara seorang gadis.

Kyungsoo menoleh dan berusaha mencari sumber suara. Itu adalah Jiyeon, Park Jiyeon. Gadis berambut cokelat nun panjang. Saat mendapati Jiyeon telah disampingnya, Kyungsoo terlihat tersenyum tipis.

"Festival kali ini sangat keren," ucap Jiyeon kemudian menunjukkan deretan giginya yang sangat rapih. Mungkin jika Chaerin disini ia tak segan akan menonjok rahang gadis itu karena menunjukkan senyuman yang membuatnya silau dan mual saat melihatnya.

"Kamsahamnida," ucap Kyungsoo dengan canggung.

"Ige, kau lupa memakai ini," ucap Jiyeon sambil menyerahkan sebuah kain dengan sebuah bordiran bertuliskan 'kapten'. Itu adalah ban –kain yang biasa diikat di lengan seorang ketua, benda ini familiar dengan seorang kapten tim bola-

Berbeda dengan Kyungsoo yang sibuk modar-mandir ke ujung selatan kemudian ke ujung utara, Chaerin saat ini hanya disibukkan dengan ponsel ditangannya. Ia duduk di stand milik kelasnya. Ia duduk dikursi dengan tangan yang menopang dagu di atas meja. Apakah Chaerin memang tidak penting? Sehingga tidak ada satupun siswa yang meminta membantu stand milik mereka?

Entah kenapa ia kesini, ia hanya megikuti Seulgi. Tidak ada yang harus Chaerin lakukan karena festival baru saja resmi dibuka, belum ada siswa lain yang menghampiri stand mereka.

"Chaerin," bisik seseorang kepada Chaerin.

Ia menengok kekanan dan ke kiri berusaha mencari Sang empu suara, ternyata pemilik dari suara tersebut adalah Seulgi yang tengah kerepotan membuka bungkus plastik sebuah produk pasta kacang kedelai.

"Wae?" ucap Chaerin sambil mendorong dagunya.

"Kau, sampai puncak acara tetaplah berdiam disitu," ucapnya, lalu kemudian terlihatlah raut bangga Seulgi yang berhasil membuka bungkus pasta kacang kedelai tersebut.

"Memangnya kenapa?" ucap Chaerin lalu menaruh ponselnya disaku almamater.

"Kau akan tahu sendiri nantinya," ucap Seulgi sambil mengerlingkan sebelah matanya.

CarameloTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang