1. Kebenaran & Hujan yang mendekatkan kita

100K 2.3K 24
                                    

💖💖💖💖💖

"Sorry Luv

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Sorry Luv...kalau aku keterlaluan, aku cuma ingin melihatmu tertawa, aku tak mau apa yang sudah terjadi diantara kita membuatmu tertekan dan bersedih...karena bagaimanapun kamu adalah istriku !" ujar Gavin dengan wajah serius lalu melangkah meninggalkan kamar Luna.

Semua berawal 1 bulan lalu saat ulang tahun Luna yang ke 17. Tanpa sepengetahuannya, Ayah dan Ibu menjodohkannya dengan anak dari sahabat Ayah. Dulu Ayah dan sahabatnya memiliki janji untuk menjodohkan anak masing masing saat usia 17 tahun.

Dan benar saja ulang tahun Luna yang seharusnya jadi sweet seventeen berubah menjadi halloween karena perjodohan ini.
Luna dengan keras menolak bahkan mengancam akan minggat dari rumah, tetapi mendadak penyakit jantung Ayah kambuh dan harus dirawat di rumah sakit.

Luna merasa sangat bersalah, hampir seminggu Ayah tak sadarkan diri. Dan saat Ayah sadar, beliau malah menginginkan Luna menikah dengan Gavin. Ayah takut penyakit jantungnya akan membuat dirinya tak bisa melihat pernikahan Luna kelak, karenanya ia ingin melihat Luna dan Gavin menikah sekarang.

Dan dengan persiapan seadanya keduanya pun menikah di kamar inap tempat Ayah dirawat dengan dihadiri kerabat dekat saja.

Dan inilah Luna, di usia 17 tahun ia harus menikah dan menjadi istri seorang Gavin, cowok tampan yang lebih tua darinya 1 bulan. Parahnya Gavin sekarang tinggal di rumahnya dan juga pindah satu sekolah dengan Luna. Walau telah sah menjadi suami istri, kamar mereka terpisah. Ibu Luna yang seorang bidan bilang, Gavin harus menunggu sampai Luna matang dan siap untuk menjadi istri yang sesungguhnya. Saat itu Gavin hanya terkekeh dan mengangguk sambil mengerling nakal ke arah Luna.
Karena Luna dan Gavin masih berstatus pelajar dan masih harus menyelesaikan sekolahnya, maka status keduanya di rahasiakan. Dimanapun mereka harus berpura pura menjadi sepupu untuk menyembunyikan kebenaran hubungan keduanya.

💖💖💖

Luna terbangun dari tidurnya saat daun jendela kamarnya bersuara diterpa angin, di luar langit telah gelap. Sore tadi Luna begitu terlelap, Lunapun melangkah menutup jendela kamarnya.

Diluar nampak mendung, benar...bulan ini sudah mulai musim penghujan. Kalau malam ini turun hujan, berarti ini adalah hujan pertama di bulan ini. Luna sedikit membenci hujan dan suara petirnya sejak kecil ia takut akan hal itu.

Di luar hujanpun turun dengan lebatnya, Luna mulai gugup, apalagi saat suara petir terdengar bergemuruh beberapa kali. Ia pun menjerit dan menangis sekencang kencangnya sambil menutup telinga. Gavin yang mendengar teriakan Luna langsung berlari ke kamar Luna.
"Luv...kamu kenapa? Kenapa berteriak...hei cepat buka pintunya !!!!" teriak Gavin khawatir sambil menggedor gedor pintu kamar Luna.

Luna segera berlari membukakan pintu dan menghambur ke pelukan Gavin. Suara petir terdengar lagi, Luna kembali menjerit dan mempererat pelukannya.

Gavin baru menyadari bahwa Luna takut petir. Luna masih menangis dipelukannya nampaknya Luna tak peduli siapa yang ia peluk, rasa takut mengalahkan gengsinya.
"Luv...sudahlah jangan menangis, cuma petir !" hibur Gavin sambil membimbing Luna masuk kekamarnya.
"Kak...aku...ta..takut !" jawab Luna terisak.
Kembali suara petir terdengar, kali ini lebih keras dan tiba tiba listrik padam.
"Sial!!!! Listrik padam segala !! !" umpat Gavin kesal. Luna semakin mempererat pelukannya.
"Kak !"
"Jangan takut Luv, ada aku disini. Tunggu sebentar ya...aku ambil lampu emergency dulu. Nampaknya masih akan lama padamnya !" ujar Gavin akan beranjak pergi.
" Kak ! Jangan tinggalin aku, aku takut kak...su..suara petir itu..!" Luna menangis kembali.
"Sssttt..Luv, dengar suara petirnya sudah berhenti. Ada lilin tidak dikamarmu ? Kita butuh penerangan !" ucap Gavin.
"Di laci kak !" jawab Luna masih terisak sambil merangkul lengan Gavin, Gavin tersenyum melihat tingkah Luna, kesan judes dan galak menghilang seketika berganti dengan Luna yang cengeng dan manja.

Luna baru melepaskan Gavin saat lilin menyala dan petir sudah tak terdengar lagi , tapi hujan semakin bertambah deras.
"Boleh aku kembali ke kamarku Luv ?" tanya Gavin sengaja menggoda Luna. Luna menggeleng, wajahnya sembab.

"Tolong, un..tuk malam ini, temani aku di...sini ya Kak ? A...a..aku ma sih takut !"jawab Luna terbata. Gavin tersenyum lalu mengangguk.

Dhuarrrrrrr....!!!

Suara petir terdengar lagi, Luna kembali memeluk Gavin. Tangisnya kembali pecah.
"Tenang Luv, aku akan menemanimu disini...cobalah kembali tidur supaya rasa takutmu hilang !" ujar Gavin menuntun Luna ke tempat tidur.
"Kak !"
"Hmmm!"
"Lapar!"
"Yaelah Luv...!"
"Maaf !"
"Kita ke dapur ya? Hujan hujan begini enaknya makan Mie instan...Ayo !" ujar Gavin sembari menggandeng Luna menuju dapur menggunakan flashlight di ponselnya sebagai penerang.

Gavin menyalakan lampu emergency bagian dapur. Suasana dapur yang menyatu dengan ruang makan sedikit terang. Di luar hujan masih deras, sesekali petir masih terdengar.
" Luv, bagaimana caranya aku masak kalau kamu meluk aku kayak gini ?" ucap Gavin tersenyum, buru buru Luna melepaskan pelukannya dengan pipi yang merona merah.

"Duduk Luv !" perintah Gavin. Luna menggeleng. Gavin menghela nafas, ia membiarkan saja Luna mengikutinya kesana kemari saat memasak mie instan untuk mereka berdua.
"Aku mau yang ayam bawang, nggak mau yang kari !" ucap Luna ketika melihat Gavin sudah hampir selesai.
"Iya...gih sana ambil mangkuk !" ucap Gavin, Luna segera menyiapkan mangkuk. Semenit kemudian keduanya sudah duduk berdampingan siap menyantap mie kuah dengan taburan telur dadar iris diatasnya.

"Selamat Makan !" ucap Gavin segera melahap mie nya. Luna tersenyum iapun ikut menyantap mie kuah ayam bawang didepannya.
"Kak....enak banget ?!" ucap Luna dengan mulut yang masih penuh dengan mie.
Gavin terkekeh, sungguh ia bersyukur. karena hujan ia dan Luna menjadi sedekat ini. Padahal selama hampir sebulan ini Luna selalu bersikap sinis dan galak padanya.

Mungkin ini bisa menjadi awal yang baik untuk memulai hubungan mereka sebagai suami istri. Gavin dari semula memang tak pernah menolak saat orangtuanya menjodohkannya dengan Luna, karena dari pertama ia melihat Luna, jujur ia menyukai gadis itu.

"Kak !"
"Eh...!"
"Aku sudah selesai !" ucap Luna membuyarkan lamunan Gavin. Gavin buru buru menghabiskan mie nya sampai ia tersedak dan terbatuk batuk.
Luna segera menyodorkan segelas air putih.
"Pelan pelan dong kak makannya !" ucap Luna sedikit khawatir. Gavin nyengir sambil meneguk habis minumannya.
"Hujannya makin deras Kak, listriknya juga nggak nyala nyala !" ucap Luna kesal. Gavin tersenyum lalu membereskan mangkuk dan gelas dari meja makan.
"Habis makan dibereskan donk, syukur sekalian dicuci. Masa' harus suami yang turun tangan !" sindir Gavin. Luna mendengus kesal lalu segera mencuci mangkuk dan gelas bekas makan tadi. Gavin tertawa.
" Istriku manis deh kalau cemberut begitu ?" goda Gavin.
"Apaan sih !" sahut Luna selesai mencuci dan kembali duduk di kursi makan.
"Ke teras yuk Luv, lihat hujan !" ajak Gavin. Luna menggeleng.
"Kan petirnya sudah berhenti Luv !" lanjut Gavin.
"Dingin Kak, lagian sudah malam juga...lhah bukannya Kakak ada janji sama Bela buat Makan Malam dirumahnya ?!" ucap Luna yang entah mengapa sedikit kesal.

"Siapa yang bilang ?" selidik Gavin.
"Egan !" jawab Luna tegas.
"Kamu mau aku tinggal sendiri dirumah? Aku akan ke rumah Bela untuk memenuhi undangan makan malamnya ?!" ujar Gavin nampak serius.

Luna terdiam, statusnya memang istri Gavin. Tapi keduanya menikah kan karena dijodohkan. Tak ada ikatan cinta atau apapun kecuali ikatan pernikahan terpaksa ini. Tentu saja Gavin akan memilih Bela yang cantik dan seksi daripada memilihnya yang dibawah standar. Luna sadar akan hal itu.

"Pergi saja...petirnya juga sudah nggak ada, pakai saja mobil Ibu biar nggak kehujanan !" ucap Luna sambil beranjak ke kamarnya.

Gavin tersenyum sebal, lalu mencekal pergelangan tangan Luna.
"Mana ada istri membiarkan suaminya kencan dengan cewek lain !" ujar Gavin datar. Luna berbalik hingga keduanya saling berhadapan.
"Kita menikah karena dijodohkan Kak, mungkin sebelumnya sudah ada seseorang yang mengisi hatimu, atau kamu sedang naksir seseorang seperti Bela mungkin. Aku dan status kita tak ingin mengekangmu atau membatasi gerakmu, cinta itu nggak bisa dipaksakan walau diikat sekalipun. Aku membebaskanmu untuk memilih siapa yang kau cintai Kak... Kita masih muda dan jalan kita masih panjang, Kak !" tegas Luna panjang lebar.

Gavin termangu, apa itu artinya Luna tak ada sedikitpun rasa untuknya, bahkan hanya rasa suka sekalipun. Lalu haruskah ia menemui Bela yang sangat jelas menyukainya bahkan berusaha untuk mendapatkannya ???







TBC

2sept17


Allah tahu perih yang kamu sembunyikan, Allah tahu sedih yang tak kamu ungkapkan,Bersabarlah dan berbisiklah dalam sujudmu,Karena saat itu adalah masa dimana jarak antara kamu dan Allah begitu dekat

✅GAVIN & LUNA Season 1Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang