Part 19

11.4K 293 41
                                    

Hai semua!! Aku udh janji bakal update cepet.
Aku minta tolong kalau banyak kritik saran dari kalian di komen ya :)
Jangan lupa vote biar aku semangat nulisnya.
Happy reading guys!!

"Halo Tante. Ada apa?" Jawab Andre.

"Nggak apa - apa nak Andre. Tante cuma mau bilang. Kalau pertunangannya kam bakal tante adaim dua minggu dari sekarang. Soal persiapan kalian tenang saja. Tante sama mamah kamu yang bakal siapin semua. Kamu sama Rara nanti ke butik Bella ya untuk desain baju yg kalian pengen. Nanti pengerjaannya bakal dikebut sama mereka. Sama kalian buat daftar siapa aja yg bakal kalian undang untuk tamu pertunangan kalian. Untuk Hotel tante udh siapin di Alila Hotel. Gi mana?" Ujar Tante Tiara panjang lebar.

"Hmm tante saya pikir - pikir dulu ya tante. Hmm. Maksudnya apa Maura udah tau soal ini?" Jujur gue bingung. Gue sendiri belum komunikasi lagi dengan Maura karena memang kita baru bertengkar.

"Loh kok dipikir - pikir dulu sih? Memang kamu belum yakin untuk tunangan sama anak tante?" Ujar Tante Tiara yang terlihat terkejut dengan ucapanku sebelumnya.

"Bukan... bukan begitu Tante." Gue bingung mau bilang gimana. Gue gaenak bilang ke Tante kalau gue dan Rara baru bertengkar.

"Kenapa? Rara buat masalah lagi ya? Kalian bertengkar?" Ujar Tante Tiara menerka - nerka.

"Nggak kok, Tante. Kita baik - baik aja. Cuman ada sedikit salah paham aja kemarin. Tapi saja janji Tante bakal lurusin semua." Meskipun dalam hati gue bingung dan masih marah dengan Maura.

"Salah paham apa, Nak Andre? Kamu cerita aja aa Tante. Siapa tau Tante bisa bantu kamu. Tante tau kok kalau Rara orangnya suka labil. Kenapa dia bilang belum siap tunangan?" Tepat sekali tebakan Tante Tiara.

"Hmm iya, Tante. Tapi nanti saya akan samperin Maura kok, Tante. Untuk meyakinkan dia."

"Yasudah. Maaf ya anak Tante suka merepotkan Nak Andre. Banyak sabar ya sama Rara." Ujar Tante Tiara.

"Nggak, Tante. Sama sekali nggak merepotkan. Ini sudah konsekuensi saya. Doakan saja ya Tante." Ujarku sambil tersenyum.

"Tante selalu doakan yang terbaik untuk Kalian. Rara meskipun labil tapi Tante yakin kol sebenarnya dia sudah mulai menaruh hati sama kamu. Memang Rara terlalu gengsian. Sabar ya!" Wejangan dari Tante Tiara.

"Baik, Tante. Terimakasih." Dan telponpun berahkir.

Sekarang yang gue bingung gue harus bilang gimana ke Rara. Dia pasti nggak akan semudah itu ngerubah keputusan dia. Yang pasti nanti gue hsrus ke rumahnya. Semoga dia di rumah.

Aku langsung kembali ke ruang meeting dan melanjutkan meeting dengan manajer Rumah Sakit milik keluarga.

Pukul 20.00 WIB meeting baru selesai. Tapi gue musti dateng ke Rumah Maura. Gue harus yakinim dia biar dia setuju dengan pertunangan ini. Gue gamau juga kecewain Mamah dan Tante Tiara.

------

Pukul 20.35 WIB gue sampai di depan Rumah Maura. Nggak mau buang waktu gue langsung pencet Belnya dan menunggu ada yang membukakan pintu.

Dan ternyata yang membukakan pintu adalah si Maura sendiri. Dan suara berubah menjadi canggung. Yang kita lakukan sekarang hanya diam seribu bahasa. Gue juga baru mikir harus buat alesan apa yang bisa ngeyakinin dia. Jujur gue bingung. Kenapa kalau sama Maura otak gue jadi lama mikir ya.

Akhirnya Maura mempersilahkan gue masuk dan duduk di Ruang Tamu. Ruang yang sangat bersih dan wangi dengan nuansa coklat muka dan putih tulang merupakan ciri khas rumah Maura.

"Ngapain malem - malem dokter kesini?" Ujarnya ketus.

"Ada hal penting yang mau saya bicarakan sama kamu. Tapi tolong kita bicarakan ini dengan kepala dingin dan sikap yang dewasa." Ujarku untuk mengantisipasi kemarahan Maura yang labil dan kekanak - kanakan.

"Penting banget emang? Sampai harus malem - malrm begini nyamperin aku ke rumah?" Tanyanya lagi.

"Iya. Penting sekali karena ini menyangkut masa depan kita. Saya to the point aja ya. Tadi Mama kamu telepon saya. Beliau bilang akan mengadakan acara pertunangan kita dua minggu lagi. Saya mohon kamu mau menerima pertunangan ini. Untuk masalah kamu yang katanya kita belum mengenal baik. Saya akan cuti 3 hari untuk bisa menemani kamu agar kamu bisa mengenal saya lebih baik. Saya akan menjawab semua pertanyaan yang akan kamu berikan sama saya dengan jujur. Asalkan kamu jangan menolak rencana pertunangan yang sudah akan disiapkan Mama kamu dan Mamah saya. Bagaimana?" Ujar gue harap - harap cemas meskipun muka gue tetep datar.

"Huh! Kenapa dokter nggak bilang ke Mama kita kalau aku minta ditunda dulu? Atau perlu aku yang bilang Mama? Kan kemarin aku barusan minta ke dokter untuk menunda dulu." Ujarnya sembari memasang wajah cemberut.

"Maaf, Ra. Saya nggak bisa. Karena saya nggak mau kecewain Mamahku begitupun Mama kamu. Mereka sepertinya akan sangat bahagia kalau kita mau menuruti perintahnya. Lagian saya juga benar - benar merasa mantap untul bertunangan dengan kamu. Kamu bisa pegang omongan saya." Ujarku masih berusaha meyakinkan.

"Trus gimana sama aku? Aku masih ragu. Kenapa dokter terkesan maksa banget sih! Dokter aja masih deket sama banyak cewe. Itu tuh dokter Vanessa aja masih suka kegatelan sama dokter. Gimana mau percaya."

"Kamu cemburu sama Vanessa? Hahaha. Dia itu sahabat saya. Mana mungkin saya suka sama dia. Kamu ada - ada aja. Saya cintanya cuma sama kamu, Ra."

"Ketawa aja terus.Dasar cowok nggak peka. Dokter Vanessa itu suka kali sama dokter. Mana dia juga cantik banget. Bening. Aku mah apa atuh dok." Ujarnya dengan muka semakin cemberut. Tapi justru sangat menggemaskan.

"Maura sayang. Mau Vaness suka sama saya. Mau siapapun suka sama saya. Saya nggak peduli. Karena di hati saya cuma ada kamu. Kamu nggak perlu membandingkan diri kamu dengan siapapun. Kamu lebih cantik dari mereka. Tanya aja sama orang lain. Kamu itu cantik sekali. Jadi kamu jangan pernah berpikir kayak gitu lagi." Ujarku sambil memegang tangannya.

"Ah dokter bisa aja. Belajar gombal dari mana sih? Perasaan kemarin - kemarin kaku banget." Ujarnya seraya memukul dadaku dengan tangan kirinya.

"Itu beneran, Maura sayang. Jadi gimana? Mau ya bertunangan sama saya? Saya ganteng loh. Masa ngga mau?" Ujarku .

"Ih kepedean banget sih. Dokter mah biasa aja kali enggak ganteng. Wlek."

"Yaudah terserah kamu deh. Jadi keputusanmu gimana?" Ujar gue sambil harap - harap cemas.

"Hmm iya deh" lalu dia mencium pipi gue.

Dan seketika gue melongo seperti orang bloon dan memegang pipi gue dengan tangan. Si Maurapun langsung tertawa keras dan mengejek gue habis - habisan. Yang katanya punya mantan banyak tapi dicium pipi aja udah sepeti orang Bloon, dll. Tapi jujur. Entah kenapa kalau bersama Maura semua rasanya berbeda.

I got a funny feeling!

Jangan lupa vote dan komen!!!

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 31, 2017 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Me And The Doctor ( Slow Update )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang