Part 10

7.4K 213 14
                                    

Hai maaf ya updatenya lama. Maklum baru KRSan jadi agak ribet kemarin. Oya makasih buat yang udh selalu vote cerita aku yang gajelas ini. Makasih buat komen2 membangunnya. Jangan lupa untuk terus ikutin cerita aku dan vote serta komen. Happy reading ya!

Andre POV
Saat sedang sibuk - sibuknya di Rumah Sakit karena banyak proyek. Tiba - tiba Tante Erika meneleponku. Beliau menyuruhku untuk mengecek Maura ke kampus. Karena kuliah hanya 1 mata kuliah saja tetapi hari sudah menjelang siang Maura belum juga pulang. Entah kemana lagi anak itu.

Memang selama sebulan ini aku sengaja menjauhi Maura. Aku tidak pernah sekalipun meneleponnya. Aku tidak pernah datang ke rumahnya. Namun bukan berarti aku tidak tertarik dengan Maura lagi. Ya mungkin perasaanku dengan Maura baru sebatas tertarik. Sebagai lelaki normal pastilah aku tertarik dengan Maura karena dia sangat cantik dan polos. Hal itu menurutku wajar saja karena memang aku dan Maura belum lama kenal sehingga aku belum banyak paham dengan sifat - sifat Maura. Tapi memang tidak bisa disangkal bahwa aku memang sangat peduli terhadapnya. Meskipun selama sebulan ini aku menjauhinya. Aku selalu menanyakan kabarnya kepada Tante Erika atau Bram. Dan kalau aku tidak sibuk. Aku mengikuti kemanapun dia pergi.

Sebenarnya sifat cuek Maura itu malah membuat aku semakin gemas dengannya. Di mana banyak orang berusaha menarik perhatianku. Namun Maura malah galak dan selalu memusuhiku. Kadang aku tertawa memikirkanya.

Dan aku sangat senang saat dia mulai cemburu dengan Vannesa. Salah satu dokter di Rumah Sakit yang kukelola. Vannesa memang sahabatku. Karena saat kuliah kebetulan kami satu kampus dan orang tua kami juga berhubungan baik. Meskipun cantik dan cerdas. Entah kenapa aku tidak jatuh cinta dengan Vannesa. Malah aku lebih tertarik dengan Maura yang notabene baru ku kenal dan sifatnya bertolak belakang dengan Vannesa.

I got a funny feeling.

*kembali ke percakapan antara Tante Erika dan Andre*

"Halo, Nak Andre. Kamu sedang sibuk tidak? Tante ingin minta tolong" suaranya terlihat seperti sedang sangat panik.

"Tidak, Tante. Apa yang bisa Andre bantu?" Ya meskipun aku sedang sibuk. Tidak sopan jika aku menjawab sibuk.

"Tante mint tolong supaya Nak Andre menyusul Maura ke kampus. Tadi dia telat bangun makanya dia nggak sarapan dan langsung pergi begitu saja. Dan sampai sekarang dia belum pulang. Tante khawatir. Nak Andre mau kan? Tante minta tolong ya. Dia sudah beberapa waktu terahkir ini begadang buat mengerjakan tugasnya jadi tante takut dia kenapa - kenapa. Tolong ya." Ujar Tante Erika panjang lebar.

"Ya, Tante. Andre segera ke sana."

"Maaf ya, Nak. Tante ngrepotin kamu terus. Hati - hati di jalan." Ujarnya sebelum mengakhiri telepon.

Seketika itu akupun meminta sekretaris di kantor Rumah Sakitku untuk membatalkan meeting yang seharusnya setengah jam lagi terlaksana. Namun saat ini Maura lebih penting. Dia sangat keras kepala dan sangat ambisius dalam belajar. Jadi kurang lebih aku mengetahui keadaannya saat ini.

Kapan sih, Ra kamu nggak bikin aku kuatir. Ujarku dalan hati.

Aku langsung menuju kampus Maura yang jaraknya lumayan jauh dengan Rumah Sakit. Namun belum sampai masuk gerbang utama kampus tersebut aku melihat seorang wanita yang berlarian membawa 2 botol air mineral 1,5 liter yang tampak seperti Maura. Oleh karena itu aku memutuskan untuk berhenti dan mengecek apakah dia benar Maura. Dan ternyata memang dia Maura.

Setelah melihatnya aku merasa lega karena dia ternyata baik - baik saja hanya ada kantung mata dan mukanya sedikit pucat meskipun tidak mengurangi kecantikan alaminya.

Seperti dugaanku sebelumnya, Maura malah mengusirku. Namun aku tetap gigih untuk terus mengikutinya karena sikapnya aneh sekali aku sangat curiga ada apa dengan Maura. Setelah dia tidak memyadari aku memandanginya dari jauh aku segera menghampiri Maura yang malah tertidur di bawah pohon! Aku memegang pundaknya untuk membangunkan anak labil ini dan aku dimarahi lagi. ( mungkin memang Maura sukanya marah :") )

Aku langsung memaksanya mengantar ke mobilnya. Aku menyeretnya karena dia masih juga keras kepala. Ya memang begini resikonya dijodohkan dengan anak labil. Nasib memang. (Lhoh kok Andre ngeluh? Ah Andre nggak asik).

Sesampainya di FEB yaitu fakultas tempat Maura menimba ilmu tanpa basa - basi dia hanya bilang terimakasih dan langsung keluar begitu saja. Namun anehnya lagi dia tidak segera pergi setelah menaiki mobilnya dan hanya diam di dalam mobil. Akupun langsung menyambangi mobil anak labil itu. Dan seperti dugaanku lagi. Aku langsung di usir olehnya. Kadang menghadapi Maura memang perlu kesabaran ekstra. Tapi aku lega bisa melihatnya dengan jarak dekat setelah sekian lama hanya menanyakan kabar dan hanya melihatnya dari kejauhan.

Ciye ada yang lagi jatuh cinta ni wkwkw. Menurut kalian gimana guys? Komen dan vote ya :) Makasih

Me And The Doctor ( Slow Update )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang