Wattpad Original
There are 33 more free parts

2

41.6K 5.1K 348
                                    

Saat itu, Kota Stonehaven sudah memasuki pertengahan musim dingin sehingga matahari lebih cepat tenggelam dari biasanya. Di kota ini, Lavender hanya tinggal berdua dengan Camellya. Dengan penghasilan 2.300 Poundsterling per bulan, mereka memiliki hidup yang berkecukupan selama tidak mengikuti gaya mewah para tetangga.

Seharian itu, Lavender sibuk memperhatikan ibunya yang tak bergerak dari depan laptop dengan telepon tergenggam di tangannya. Wanita itu tidak bekerja hari ini, khusus meluangkan waktu untuk mencari sekolah baru. Sejauh yang Lavender amati, sudah ada delapan sekolah yang ibunya hubungi, tapi sayang sekali semuanya menolak dengan berbagai alasan.

Lavender bahkan mulai curiga jika Manus mungkin menghubungi semua kepala sekolah itu dan menyuruh mereka berhati-hati agar tidak menerima seorang murid bernama Lavender Aswerd, jika tidak ingin mengalami kebotakan dini.

"Bu, bisa tolong hentikan?" Lavender meletakkan keripik kentang yang sedang dimakannya ke atas meja. "Aku sudah katakan tadi pagi, kalau aku tidak mau sekolah lagi."

Camellya menghela napas. "Lavender, kau tidak bisa melakukan itu. Tenang saja, Ibu akan mendapatkan sekolah yang cocok untukmu." Dia kembali memperhatikan laptop, mencari daftar sekolah lain.

"Kenapa Ibu tidak marah?" tanya Lavender tiba-tiba.

Wanita berambut perunggu itu mengangkat wajahnya, menatap sang putri dengan bingung. "Apa maksudmu? Kenapa aku harus marah?"

"Aku membuatmu menerima banyak kritik dari sekolah dan cibiran tetangga, apakah itu tidak cukup untuk memberimu alasan?" kata Lavender lagi, justru dia yang heran sekarang.

Lavender akan lebih lega jika ibunya mau meluapkan amarahnya, mengeluhkan semua yang dia lakukan. Tapi Camellya tidak pernah melakukannya. Wanita itu hanya mengusap kepala Lavender setiap kali dia membuat masalah atau dikeluarkan dari sekolah, tidak pernah berkata apa pun selain 'tenang saja, Ibu akan mencarikan sekolah baru yang cocok untukmu.'

"Lavender, Ibu tidak marah karena Ibu tahu itu bukan salahmu," kata Camellya sabar.

"Hanya Ibu yang mengatakannya seperti itu. Semua orang tahu jika aku memang pantas disalahkan."

"Lavender ...."

"Yang jelas aku tidak mau sekolah lagi." Lavender bersikeras. "Lebih baik aku mencari pekerjaan daripada harus melanjutkan sekolah. Tidakkah Ibu mengerti? Aku ini anak bermasalah, tidak cocok di sekolah. Kita tidak perlu membuang uang lagi jika aku berhenti sekolah."

"Apakah ada yang mau menerima anak di bawah umur bekerja?" tanya Camellya. "Lebih penting lagi, kau punya keahlian khusus? Atau aku bisa memberimu ladang dan kau bisa menanam sayur di sana."

Lavender hampir tersedak, sebelum diam-diam mengunyah keripik kentangnya lagi dan meringkuk di sofa. Ibunya memang tidak pernah memarahinya, tapi ucapan menohoknya kadang terlalu tepat sasaran sampai Lavender merasa bahwa sikap lembut ibunya hanya kamuflase.

"Apa salahnya menanam sayur? Sayur organik sangat mahal sekarang," gumam Lavender.

Camellya menggelengkan kepalanya dengan tak berdaya, sebelum mulai mencari informasi lagi. Meskipun itu adalah kebenaran bahwa Lavender sangat berbakat sebagai petani karena tidak ada yang tidak tumbuh selama itu ditanam olehnya, tapi Camellya tidak akan tega membiarkan anaknya bekerja di usia yang begitu muda.

Melihat ibunya yang serius, Lavender tidak bisa tidak berdecak dan mulai memikirkan kehidupannya selama ini seperti dia adalah nenek tua yang sedang mengenang hari-hari lalu.

Lavender sadar bahwa dirinya memang memiliki masalah. Pertama, dia dapat melihat hantu. Arwah-arwah gentayangan itu sering kali muncul di depannya dan membuat Lavender menjadi anak gila di mata orang lain karena sering terlihat berbicara sendiri. Dua, Lavender selalu melakukan sesuatu tanpa dia sadari. Seperti ketika Lavender sedang marah atau sedih karena seseorang, satu detik kemudian orang itu bisa saja sudah terlilit sulur tanaman yang entah datang dari mana. Hal ini jugalah yang terjadi pada guru matematikanya, wanita itu mengatai Camellya tak becus mendidiknya, dan ditambah hinaan lainnya hanya karena Lavender tidak bisa menyelesaikan soal logaritmanya yang tidak sesuai antara contoh dan pertanyaan yang diberikan. Lavender sangat kesal, dan tiba-tiba saja rambut wanita itu mulai berkobar.

The Heritage of Throne ✓Where stories live. Discover now