Bab 33: Dendam, Cinta, dan Keluarga

2.4K 190 210
                                    

[MID-SEASON FINALE PART 2]

.

.

.

.

.

Catatan penulis: Ada sedikit penjelasan tentang kasus Tiara buat yang udah lupa. Buat yang masih ingat, skip aja. Hehe. Yang ini juga ternyata super panjang. 5000++ kata. Habisin aja lah sebelum aku kuliah. Rada ringan kok. :P

.

.

.

-- Sudirman, Jakarta Selatan, 13:00 WIB

Surya Jati mengangkat kepalanya dari laptopnya yang sejak tadi dipandanginya. Matanya mengarah ke televisi yang terletak tiga meter dari hadapannya. Saluran berita terus menayangkan penculikan Sujatmo Laksono yang hingga sekarang belum ditemukan. Itu tak mengganggu dirinya. Yang mengganggu dirinya adalah mereka mengaitkannya dengan kasus suap Sujatmo terkait proyek MRT.

Ayah Tiara bukanlah seorang pebisnis yang bersih. Ia tak segan menyuap pejabat dan menggunakan preman untuk mendapatkan keinginannya. Tiara memang mewarisi sifat ayahnya yang keras kepala dan semaunya sendiri. Namun, untuk kali ini, Surya Jati benar-benar tak menyuap Sujatmo untuk mendapatkan proyek MRT. Ya, mengapa ia harus menyuap Sujatmo ketika ia dapat menyuap ketua Komisi V DPR langsung?

Itulah sebabnya ia sangat geram ketika dokumen proyek MRT-nya menghilang dari ruang rahasianya. Ia langsung tahu bahwa Tiara-lah yang mengambilnya karena ia baru saja bertemu Tiara pada hari yang sama dokumen tersebut hilang. Namun ia juga yakin, bukan Tiara yang membocorkan penyuapannya terhadap media. Buktinya, fakta yang dibeberkan Naryo tidak tepat.

Ia meraih ponselnya dan menghubungi seseorang.

"Pak Adi," ujarnya, "Anda selidiki, apa yang kali ini dilakukan oleh Krisanto Purnomo? Apakah ia bekerja sama dengan Arifin dan Naryo untuk mengkriminalisasiku dan membersihkan namanya sendiri? Aku yakin, ia sedang berusaha merebut proyek MRT ini dari tanganku. Ia sampai mengorbankan Sujatmo yang merupakan komplotannya demi melindungi dirinya."

Pak Surya terdiam sejenak ketika kepala premannya menjawab.

"Oh, ya, selidiki juga apa yang dilakukan putriku. Dan sampai sejauh mana ia tahu tentang proyek MRT ini. Jika perlu, hentikan dia."

.

.

.

-- Hotel Jati Village, Thamrin, Jakarta Pusat, 18:00 WIB

Sore itu, Tiara, Bagus, Danar, dan Lita kembali berkumpul di hotel. Tiara mengeluarkan papan buktinya untuk merekonstruksi kasus mereka sampai sejauh ini. Ia menambahkan sticky notes di awal terkait pemerkosaan Wulan. Siapa sangka ternyata Doni masih mengintai Wulan dengan mengirimkan psikiater tersebut supaya tak mengkriminalisasi dirinya?

Kasus mereka semua ternyata berhubungan. Tiara yang mencari keadilan atas kematian Angela. Bagus yang sempat berhenti mencari tahu kebenaran atas terbunuhnya rekan-rekannya dan dilumpukannya Operasi Singa Putih. Danar yang ingin membalas dendam adiknya. Mengerikan karena dalang di belakang semua itu ternyata saling berhubungan. Krisanto Purnomo. Raymond Widayanto. Sujatmo Laksono. Doni Laksono. Naryo Anggriawan. Arifin Saputro.

Macan Hitam merupakan sindikat preman paling besar dan paling rahasia di Jakarta. Bahkan mereka memiliki jaringan dengan kelompok preman di kota-kota besar lainnya, meskipun mereka dominan beroperasi di Jakarta. Sindikat preman yang dibiayai pengusaha-pengusaha untuk melakukan kegiatan kotor mereka. Sindikat preman yang menyisipkan pemimpin-pemimpin mereka di jajaran pemerintahan, termasuk DPRD dan DPR.

Jakarta Vigilante ☆ [SUDAH TERBIT]Where stories live. Discover now