Delapan

989 158 3
                                    

"Dia mah cuma umurnya doang segitu. Tapi dia lebih dewasa daripada kamu, lho." kata nyokap gue.

"Lebih dewasa gimana?" tanya gue.

"Dia bentar lagi mau jadi pemegang perusahaan sah gantiin mamanya. Tapi katanya nunggu dia lulus SMA. Gila ga? Lulus SMA udah bisa jadi pemegang perusahaan. Ga kayak kamu yang cuma jadi guru. Contoh tuh koko kamu, disuruh kerja di perusahaan papa dia nurut."

"Iya iya." gue paling kesel disama samain sama koko.

Gue ga bisa ngapa ngapain sekarang. Toh, mau nolak juga gaada gunanya. Sekarang gue cuma bisa berharap sama pak Sehun yang katanya mau bantuin gue.

Untungnya hari ini hari libur nasional. Jadi pak Sehun bisa mikirin rencananya dengan matang.

.

.

Ini udah jam 7 malem dan gue masih deg deg an keringet dingin. Kalo pak Sehun ga bantuin gue sekarang juga, udah dipastikan gue berakhir dengan dijodohin beneran sama Lay.

Ga beberapa lama, ada yang nelpon gue. Gue langsung angkat tanpa liat nama pemanggilnya.

"Halo?" kata seseorang di sebrang sana yang gue hafal itu pak Sehun.

"Pak, bantuin saya.." kata gue.

"Keluar sekarang. Saya ada di depan rumah." kata dia.

Wah wah wah. Ini gue mau dibawa kabur nih?

"Ajak mama kamu juga." kata dia.

Gue pun manggil mama dan ngajak mama ke halaman rumah.

Dan hal yang pertama gue liat adalah pak Sehun yang lagi duduk di motornya sambil mandangin bintang.

"Maaf, Sehun yang kemarin ya? Ada apa ya?" tanya mama gue.

"Mungkin ini agak terlambat, apalagi mengingat Kyra akan dijodohkan dengan Yixing. Tapi bukankan perjodohan tanpa dasar cinta tidak akan berbuah apa apa?" kata pak Sehun.

"Maksud kedatangan saya kesini adalah untuk melamar anak anda, nyonya." sambung pak Sehun yang bikin gue kaget.

"Kyra, will you be my fiance?" tanya dia sambil setengah berlutut di depan gue.

"No, no, no Kyra. Dia cuma guru, sayang." kata nyokap gue.

"Memangnya.. Yixing...?"

"Dia calon tetap pemegang perusahaan sah mamanya. Beda sama kalian yang cuma guru. Maaf ya, Sehun. Tapi saya sebagai orang tua bertugas untuk memastikan masa depan anak saya cerah."

"Pemegang perusahaan sah?" tanya pak Sehun sambil menatap gue penuh tanda tanya.

Gue hanya mengedikkan bahu sebagai respon.

Mama gue langsung masuk ke rumah setelahnya dan meninggalkan gue sama pak Sehun disini.

"Apa maksud mama kamu? Pemegang perusahaan sah?" tanya dia.

"Saya ga ngerti pak.."

"Kyra, tolong jelasin." tegas dia.

"Gini ya pak, mama bilang sosok Lay yang dia kenal itu jago di bidang pelajaran. Sedangkan bapak tau sendiri Lay yang kita kenal itu gimana. Terus katanya, Lay mau gantiin mamanya setelah dia lulus kuliah, gila gak tuh?" jelas gue.

"Kenapa bisa?" tanya dia yang gue jawab dengan gidikkan bahu.

"Apa dia cuma pura pura doang, ya? Tapi untuk apa?" tanya gue.

"Mungkin. Pokoknya kita harus terus mengawasi Lay. Kita cari tahu kebenarannya, apakah Lay cuma sekedar pura pura atau apa." kata dia.

"Iya pak."

"Yaudah, saya pamit dulu ya," kata dia sambil pake helm.

"Tunggu pak," kata gue.

"Kenapa? Oh ya, kan udah saya bilang jangan panggil bapak." kata dia.

"Kenapa kakak mau bantuin saya sampe sekarang?" tanya gue memberanikan diri.

"Karna saya lelaki sejati."

"Maksudnya?"

"Ya waktu itu kan saya pernah bilang mau nolongin kamu, kalau saya menyerah disini kan ga elit banget dong ya? Jadi saya akan nolongin kamu sampai kamu terlepas dari Lay, dan..."

"Dan?"

"Nikahin kamu." kata dia sambil nyalain motor dan melambaikan tangannya ke gue yang masih jadi patung.

WAT? TADI DIA BARUSAN NGOMONG APA?

[DISCONTINUED] Dumb Student🔹 Zhang Yixing (2017)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang