⏩ Enambelas

Mulai dari awal
                                    

Dad calling...

"Ya halo Pa!" Sapa Ali.

"Loh Prilly mana Li? Kok kamu yang angkat?"

"Mm. Prilly tidur Pa. Kami di apartemen!"

"Oooh syukurlah. Papa kira Prilly kenapa. Oh iya kalau bisa ajak kakakmu pulang. Papa mau ngomongin soal pertunangan Prilly sama Arkan!"

"Iya Pa!" Sahut Ali lemas.

Setelah itu suara Rizal sudah tak terdengar. Ali meletakkan hp Prilly du jok sebelahnya. Ia lalu keluar dari mobilnya dan masuk kembali ke apartemennya.

Lorong apartemen tampak sepi. Sekarang sudah jam 1 pagi. Ali perlahan masuk ke dalam apartemennya dan langkahnya langsung menuju kamar utama.

Begitu pintu kamar terbuka, Ali mendapati Prilly terduduk di tengah tempat tidur sambil menekuk kedua lututnya dan memeluknya.

Prilly menatap Ali sebentar lalu kemudian menundukkan kepalanya lagi.

Ali melangkah mendekat ke tempat tidur dan duduk di tepinya. Kehadiran Ali tak membuat Prilly menatap ke arah Ali.

"Maaf!" Ucap Ali lirih. Prilly tak bergeming. Ali sekilas menatap ke arah bercak merah di spreinya. Sedikit ada penyesalan dalam hatinya tapi kalau dia tidak bertindak maka Prilly akan meninggalkannya.

"Maaf. Gue lakuin itu karena--!"

"Sakit hati gue karena Papa belum sembuh. Dan sekarang lo bikin luka baru di hati gue. Coba lo pikir. Kata apa yang pantas buat nyembuhin luka itu!" Sela Prilly.

Matanya menatap ujung jemari kakinya dan buliran bening itu kembali meleleh. Prilly menangis dalam diam.

"Tolong ngertiin gue. Gue bener-bener gak bisa liat lo sama cowok lain. Kenapa lo gak ngerti kalo gue beneran sayang sama lo!"

"Sayang sama gue? Apa cara ini yang lo lakuin kalo lo sayang sama seseorang?". Mata Prilly beralih menatap tajam ke arah bola mata hitam Ali. "Dengan merusak masa depannya? Dengan cara menidurinya?"

Ali menggeleng pelan. "Gue ngelakuin itu karena ada alasannya--!"

"Alasan apapun akan tetap salah kalo cara lo kayak gini. Makasih udah ngasih gue kado terindah dalam hidup gue!"

Prilly lalu beranjak dari tempat tidurnya sambil menyeret selimut dan membalut seluruh tubuhnya. Langkahnya menuju kamar mandi. Tubuhnya menghilang di balik pintu kamar mandi yang tertutup.

Ia kembali menumpahkan tangisnya di depan wastafel. Menatap dirinya dari pantulan cermin di depannya. Jauh di lubuk hatinya, ia masih menyimpan rasa itu untuk Ali. Tapi yang ia sesalkan, kenapa Ali mengambil langkah ini untuk mendapatkan dirinya?

"AAAAKHH!" teriak Prilly dengan tangan menyapu seluruh isi perlengkapan mandi di depannya. Beberapa botol shampoo dan sabun tampak jatuh dan berserakan di lantai.

Tubuh Prilly luruh ke lantai. Ia kembali menangis meraung. Ali yang mendengar keributan itu langsung menyusul Prilly dan masuk ke dalam kamar mandi.

Melihat keadaan Prilly yang mengenaskan membuat hatinya hancur. Dengan langkah cepat ia menghampiri Prilly dan memeluk tubuh mungil itu. Prilly mencoba berontak tapi cengkraman tangan Ali begitu kuat.

"GUE BENCI LO ALI. GUE BENCI LO!!!" Teriak Prilly sambil memukul lengan Ali.

"Maaf. Maaf!!" Hanya itu yang bisa Ali ucapkan. Matanya sedikit basah. Hatinya semakin hancur saat Prilly mengatakan hal itu.

"Gue benci lo Ali...gue bener-bener benci sama lo!!" Suara Prilly terdengar lirih. Tapi isak tangisnya masih terdengar. Ali semakin mempererat pelukannya dan sesekali menciumi pucuk kepala Prilly.

LOVE YOU, PRILLY ( COMPLETED )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang