⏩ Empatbelas

7.5K 668 15
                                    

⏩⏩⏩

Prilly menarik nafasnya dan membuangnya dengan pelan. Ia lalu melangkahkan kakinya masuk ke dalam sebuah butik.

Tempat yang sangat ia rindukan.

Prilly lalu masuk begitu saja dan salah satu karyawannya tampak terkejut melihat kedatangan Prilly.

"Mbak Prilly?!" Seru Delia pelan. Matanya mengerjap beberapa kali. Ia tak percaya jika Prilly yang setahun lalu menghilang kini ada di depan matanya. Berdiri dengan sangat anggun dan cantik. "Ini beneran Mbak Prilly kan? Mbak Prilly apa kabar?" Cerocos Delia sambil memutari tubuh Prilly.

"Alhamdulillah sehat Del. Toko ini gak ada perubahan ya..!" Tanya Prilly.

"Sama sekali gak ada Mbak. Kami berusaha menjaga amanat agar toko ini tetap seperti dulu. Mbak Prilly gak akan pergi lagi kan?"

Prilly tersenyum lalu menggeleng. "Aku kesini gak untuk pamitan kok Del. Kamu tenang aja. Oh iya.. Bani mana?"

"Ada di dalem Mbak. Monggo!"

"Makasih ya Del..!"

Delia lalu mengangguk dan membiarkan Prilly masuk ke sebuah ruangan yang dulunya itu adalah ruang kerjanya.

Mungkin ruangan ini akan ia pakai lagi untuk bekerja. Saat daun pintu terbuka, mata Prilly sedikit melotot. Bani duduk di kursi kebesarannya sambil menghadap laptop. Bani tampaknya tak menyadari kedatangan Prilly.

Prilly melangkah masuk. Suara hentakan sepatu Prilly membuat Bani mendongak dan menatap Prilly.

"Prilly?!" Serunya. Bani bangkit dari tempat duduknya dan berjalan cepat menghampiri Prilly. "Lo udah balik?"

Prilly tak menjawab. Ia sedikit terkejut kenapa ada Bani di dalam ruangannya.

"Duduk dulu. Lo mau minum apa? Biar gue ambilin!"

Bani hendak pergi mengambilkan minuman untuk Prilly tapi Prilly malah menahan lengan Bani.

"Gue gak haus!" Jawab Prilly dingin. Ia lalu berdiri di sebelah meja kerjanya yang sekarang sudah pindah tangan ke Bani. Ia tersenyum miris menatap beberapa berkas yang tertumpuk di meja dan sebuah laptop yang Prilly tau itu bukan miliknya.

"Gue bisa jelasin Prill--!"

"Enak ya sekarang lo jadi Bos di sini!" Potong Prilly.

"Prill...dengerin gue dulu setelah itu lo boleh komentar sesuka lo!"

"Apa yang gue lihat udah cukup buat ngejelasin semuanya Ban. Jadi gue rasa itu gak perlu!" Sahut Prilly. Ia membalikkan badannya menatap ke arah Bani. Senyumnya mengembang tapi sangat getir. "Usaha yang gue rintis dari nol dan sekarang dengan mudahnya pindah ke tangan orang lain!"

Setelah itu Prilly langsung pergi dan meninggalkan butiknya yang kini sudah di handle oleh orang lain. Teriakan Bani sama sekali tak membuat langkahnya berhenti.

Ternyata apa yang Bani takutkan terjadi. Prilly pasti akan salah paham suatu saat nanti.

⏩⏩⏩

Sampai jam 8 malam Prilly belum juga pulang. Membuat Dian dan Rizal sangat cemas.

"Kemana anak itu?" Gumam Rizal pelan sambil sesekali melongok pagar rumahnya. Di telpon beberapa kalipun tidak di angkat.

"Mungkin sama Arkan Pa!" Saran Dian.

"Gak ada Ma. Arkan sekarang lagi praktek!"

"Ali. Mungkin Ali tau kemana perginya Prilly!"

Rizal menatap Dian sebentar lalu melangkah menuju kamar Ali.

LOVE YOU, PRILLY ( COMPLETED )Where stories live. Discover now