⏩ Lima

7K 650 7
                                    

⏩⏩⏩

Kini Prilly tengah berada di dalam sebuah kamar. Ali duduk di tepi ranjang saat Dokter memeriksa keadaan Prilly dan menjahit luka di keningnya.

"Sudah selesai!" Dokter itu merapikan peralatannya dan beranjak dari tempat tidur.

"Gimana Dok keadaanya?" Tanya Dian dengan sangat cemas.

"Dia baik-baik saja. Hanya mengalami syok dan dia akan sadar setelah reaksi obat biusnya habis!" Jelas Dokter Radit. Dokter langganan keluarga mereka.

"Makasih Dok!" Ucap Dian. Dokter Radit melangkah keluar. Dian lalu mendekati Ali yang tampak terdiam sambil terus menatap Prilly. "Kamu jagain dia ya. Mama mau liat keadaan Papa!"

Ali mengangguk pelan tanpa ada niatan melepaskan pandangan matanya dari wajah Prilly. Dian mengusap pundak Ali sebentar lalu melangkah keluar.

Dian langsung menuju kamarnya. Di sana Rizal sedang terduduk di kursi rodanya. Airmatanya tak henti-hentinya menetes.

"Sabar Pa!" Ucap Dian sambil mengelus kedua pundak Rizal. Rizal menggelengkan kepalanya.

"Papa pantas mendapatkan ini Ma. Papa pantas di benci oleh anak kandung Papa sendiri!" Rizal kembali menangis.

"Sssst...Papa gak boleh ngomong gitu. Prilly pasti punya alasan kenapa berbuat seperti itu--!"

"Papa tau alasannya. Karena Papa meninggalkan mereka. Papa tau alasannya!" Sela Rizal di sela isak tangisnya. "Bagaimanapun juga, Papa harus bisa ketemu Ully. Papa harus minta maaf sama Ully!"

Dian tak merespon. Kali ini ia tau seberapa besar kesedihan yang Rizal rasakan. Meninggalkan seorang istri dan anak agar mereka tidak terbebani dengan penyakit yang di deritanya.

"Iya. Nanti kita temuin Mamanya Prilly!" Sahut Dian sambil kembali mengelus pundak Rizal.

"Makasih ya Ma. Kamu emang baik dan sabar!" Puji Rizal. Dian hanya tersenyum.

⏩⏩⏩

Apa yang di katakan Dokter Radit tidak terbukti. Hari kedua tapi Prilly belum juga sadar. Ali yang awalnya memaksa ingin menjaga Prilly akhirnya mau menuruti Dian dan masuk sekolah.

Tapi percuma saja, pikirannya terus melayang memikirkan Prilly. Ia merasa bersalah. Ucapannya kemarin terlalu kasar bahkan ia belum sempat meminta maaf.

"Ali. Kamu kenapa sih dari tadi dieeem mulu. Kamu lagi ada masalah?"

"Gak ada!" Jawabnya singkat. Syifa semakin kesal dengan perubahan sikap Ali.

"Apa gara-gara Tante lo itu?"

Seketika Ali menolehkan kepalanya dan menatap ke arah Syifa. Syifa menanti jawaban Ali sambil mengernyitkan keningnya.

"Bukan!" Sahutnya lebih lembut. Syifa menghela nafas lega.

"Trus kenapa kamu dari tadi diem? Kamu gak mau cerita sama aku?"

Ali mengalihkan pandangannya menatap ke arah lain. Ia tidak bisa membohongi Syifa terus-terusan. Suatu saat nanti cepat atau lambat Syifa pasti tau siapa Prilly sebenarnya.

"Mm.. Fa. Sebenarnya ada hal penting yang mau aku omongin sama kamu!"

"Soal apa?" Syifa begitu antusias. Sebelum mulai menjelaskan, Ali terlebih dahulu menarik nafas panjang dan menghembuskannya dengan pelan.

"Ini soal aku dan.....Prilly!" Ucapnya ragu.

"Prilly? Prilly Tante kamu yang sering ke sini?" Tanya Syifa balik. Ali hanya mengangguk. "Kenapa emangnya Li?"

LOVE YOU, PRILLY ( COMPLETED )Dove le storie prendono vita. Scoprilo ora