6 - The Fragments [1]

Start from the beginning
                                    

Semua orang langsung mengiyakan pendapat Namjoon. Ketegangan mendadak mencair dan wajah mereka melunak memikirkan kebenaran asumsi sang ketua, tanpa menyadari bahwa sebetulnya masih ada satu orang yang rupanya merasa terlalu enggan untuk menerima pendapat Namjoon.

Pandangan Taehyung tak mau lepas dari lawan bicara Mijin yang tampak seperti mayat hidup. Dari mobil, hanya terlihat punggung Mijin yang menghadap mereka. Bahunya bergerak naik turun, memberi alasan kepada Taehyung bahwa Noona-nya mungkin sedang tertawa, barangkali tengah mengalami perbincangan seru bersama orang asing itu. Akan tetapi dahi Taehyung justru mengernyit heran saat mengawasinya. Kendati obrolan mereka berdua sepertinya menyenangkan, namun ekspresi wajah yang ditunjukkan sosok mengerikan itu justru masih tetap sama dari awal. Terlihat datar dan....

Jengkel?

Ada apa sebenarnya?

Apa Taehyung keliru mengartikan seringaian lebar di wajah wanita itu ketika mereka pertama kali melihatnya? Ataukah entah bagaimana ekspresi itu memang berubah masam ketika Mijin tiba-tiba muncul dan memeluk wanita itu?

Apa sejak awal wanita itu memang ingin bertemu dengan Noona?

"Tae, kau kenapa?" celetuk Seokjin tiba-tiba. Tangannya terjulur menyentuh bahu Taehyung, membangunkan anak itu ke permukaan kesadarannya.

Melihat kelegaan di wajah para member yang lain membuat Taehyung semakin tak tega untuk menjelaskan apa yang ada di pikirannya. Dia kemudian menyempatkan menatap sosok itu lagi dan melihat obrolan kedua wanita itu kini telah usai. Mijin melambaikan tangan pada sosok itu, yang dibalas anggukan samar sebelum orang asing itu berbalik dan melangkah menjauh. Perasaan lega tiba-tiba saja menguasai dadanya, entah bagaimana sedikit mengikis gejolak aneh yang baru saja Taehyung rasakan.

"Tidak apa," jawab Taehyung kepada Seokjin.

"Kau yakin? Wajahmu sedikit pucat ...."

Tampaknya kata-kata Seokjin telah menarik perhatian semua member. Kini Taehyung merasa semua orang melihat kepadanya dengan tatapan ingin tahu. Dia merasa tidak ada gunanya untuk memperpanjang situasi dan hendak menekankan jawaban bahwa dia baik-baik saja, tetapi ketika Taehyung hendak menjawab, suara ketukan jendela di bangku kemudi tiba-tiba terdengar. Rupanya itu Mijin yang mengawasi mereka dari balik mobil dengan tampang agak cemberut, memerintahkan siapapun untuk membuka kuncinya supaya dia bisa masuk.

-oOo-

Masih berada di dalam mobil, Mijin mendengarkan dengan baik semua tuturan Seokjin tentang ketegangan yang menyelimuti mereka beberapa menit lalu. Dia menceritakan semuanya―bagaimana dirinya begitu cemas di awal karena menyangka sosok itu sedang membuntuti mereka, Hoseok yang gemetar ketakutan, dan Jimin yang nyaris dilanda serangan panik karena mengira orang itu adalah stalker yang selama ini mengincarnya―sambil sesekali disahuti oleh para member yang lain.

"Kalau begitu," kata Mijin, seraya memperhatikan refleksi para member dari kaca spion depan. "Aku mewakili atas nama temanku untuk meminta maaf kepada kalian."

"Ah, bukan masalah," kata Namjoon, mengibaskan tangannya di udara. "Kami memakluminya."

"Tidak, tidak," kata Mijin, tampak merasa bersalah. "Baru beberapa hari ini kalian mengalami insiden pembobolan, jadi rasanya sangat wajar bila kemunculan temanku membawa dampak pada ingatan traumatis kalian. Aku akan mengatakan hal ini kepada temanku hanya supaya dia tidak asal menghampiriku di tengah jam kerja." Mijin berkata dengan berat, mendadak menyesal sekali setelah bertemu dengan temannya.

𝐓𝐇𝐄 𝐒𝐓𝐀𝐋𝐊𝐄𝐑 | 𝐁𝐓𝐒 Where stories live. Discover now