Tok.
Tok.
Tok.

"Ali...buka pintunya. Papa mau ngomong sebentar!"

Tak lama kemudian pintu kamar Ali terbuka perlahan. Wajah Ali tampak kusut.

"Kamu tidur?" Tanya Rizal. Ali menggaruk rambutnya sambil sesekali menguap.

"Iya Pa. Ali capek banget. Ada apa Pa?"

"Kakak kamu. Sampe jam segini belum pulang. Kamu kira-kira tau gak dia pergi kemana?"

Seketika mata Ali langsung terbuka lebar. "Prilly belum pulang?"

Rizal mengangguk. Belum sempat Rizal menjelaskan tapi Ali sudah masuk ke dalam kamar dan meraih jaket serta kunci mobil.

"Ali keluar dulu Pa!" Pamitnya.

"Hati-hati Li!" Teriak Rizal. Ali tak menyahut karena sudah terlanjur menghilang.

⏩⏩⏩

Prilly membiarkan hpnya berdering nyaring. Nama Rizal dan Dian silih berganti terlihat di layar hpnya. Prilly hanya mendesah pelan dan tetap membiarkannya sampai suara itu tak terdengar lagi.

Ia kembali menatap lalu lalang mobil yang bergerak cepat di depannya. Berkali-kali ia menyelipkan rambutnya yang tertiup angin malam ke belakang telinganya.

Saat ini ia butuh ketenangan dan hanya ingin menyendiri.

Sementara di tempat lain Ali tampak menelpon beberapa orang suruhannya.

"Cari dimana posisinya. Dalam waktu 5 menit kalian harus sudah mendapatkan hasil!"

Setelah itu Ali memutus sambungan telponnya secara sepihak. Ia tampak mengemudikan laju mobilnya dengan pelan. Sesekali ia menolehkan kepalanya ke kanan dan kiri. Mungkin saja ia menemukan Prilly.

Ali memang sengaja tidak menelpon Prilly. Karena hasilnya akan sia-sia. Prilly pasti tidak akan mau menjawab telponnya.

"Kenapa sih lo selalu bikin kuatir?" Gumam Ali pelan.

Saat tengah sibuk dengan pencariannya, hpnya kembali berdering. Sudut bibirnya terangkat saat menatap layar hpnya.

"Dimana dia?"

"........."

"Good Job!". Ali kembali memutus sambungan telponnya. Ia langsung menginjak pedal gasnya, menuju tempat di mana Prilly berada.

Prilly.Al
Temui aku di halte bis Darmo.
Now 😢😢

Prilly kembali meletakkan hpnya ke dalam saku celananya. Mungkin saat ini ia butuh teman untuk berbagi.

⏩⏩⏩

Kedatangan Arkan membuat Prilly mengulas senyumnya. Ia dengan cepat menyeka air matanya dan membenarkan letak duduknya.

"Kamu kenapa malam-malam sendirian di sini?" Tanya Arkan dan mengambil duduk di sebelah Prilly. Setelah mendapat pesan dari Prilly, Arkan langsung meninggalkan pekerjaannya dan meluncur menemui Prilly.

"Udah gak sendirian kok. Kan ada kamu!" Canda Prilly. Arkan hanya melempar senyumnya. "Aku lagi bingung aja sih sebenarnya..!"

"Soal?" Tanya Arkan dengan tatapan lembut ke arah Prilly.

"Butik aku...sekarang Bani yang handle!". Prilly mengatakannya dengan nada sinis. Tapi Arkan malah menanggapinya dengan tersenyum. "Kok malah senyum sih?"

"Kenapa? Apa ada yang salah?"

Prilly mengernyitkan keningnya menatap Arkan lalu sedetik kemudian ia membuang muka. Menatap jalanan Surabaya yang masih ramai.

LOVE YOU, PRILLY ( COMPLETED )Where stories live. Discover now