Part 17

111 9 0
                                    

Mobil Matsumoto tiba di depan rumah Yamami. Dari dalam rumah, wanita itu segera membuka pintu ketika mendengar suara mobil berhenti di depan rumahnya.

"Terima kasih sudah mengantarkan saya pulang," ucap Kyoko ketika keluar dari mobil lelaki itu.

Matsumoto hanya mengangguk seraya melontarkan senyuman manisnya.

"Sensei." Yamami mendekati mereka bedua.

"Konnichiwa Yamami-san," sapa Matsumoto seraya membungkukkan sedikit tubuhnya.

"Konnichiwa."

"Saya masuk dulu, Sensei, Yamami-san," pamit Kyoko.

"Saya kira Kyoko ke mana ternyata bertemu Sensei." Ada perasaan lega dari wajah Yamami.

"Bukankah dia pamit ke Yamami-san?" tanya Matsumoto heran.

"Tidak."

"Baiklah, saya pamit dulu. Permisi." Matsumoto kembali ke mobilnya setelah membungkukkan tubuhnya sebagai salam santun.

*****

Keesokan harinnya, Matsumoto agak telat datang ke rumah sakit. Semalam dia sulit tidur. Di kepalanya berputar-putar segala masalah. Tepatnya masalah yang mengambang. Matsumoto memang sulit mengungkapkan penolakan jika ada yang meminta tolong padanya meskipun dirinya tidak sanggup. Sebisa mungkin dia akan membantu semampunya. Dia tidak ingin orang lain merasakan apa yang dia rasakan di masa lalunya. Dia tahu betul rasanya terabaikan.

Semalam tetangganya tiba-tiba datang ke rumahnya untuk meminta tolong. Anak perempuannya, Okada Akiane baru saja mendapatkan perlakukan tidak senonoh dari seorang lelaki ketika pulang dari tempat kerjanya. Untung ada yang menolongnya sehingga tidak sempat terjadi yang lebih menyeramkan. Meskipun lengan bajunya sudah koyak. Gadis itu tidak banyak bicara. Sejak Matsumoto masuk ke rumah itu, Akiane terus saja menangis. Hanya Okada Hiraku, ibunya yang menjelaskan. Sejak itu dia tidak ingin keluar rumah. Esok pun Akiane tidak ingin pergi ke kantor. Ada rasa takut yang terpancar dari wajahnya. Dan, berulangkali mencoba bunuh diri dalam delapan jam ini. Melihat kondisi anaknya, Okada Hiraku mengetuk pintu rumah Matsumoto di tengah malam meskipun sejujurnya sungkan mengganggu tengah malam. Wanita itu meminta Matsumoto untuk berbicara dengan anaknya. Setidaknya merubah menenangkannya.

Matsumoto kembali ke rumahnya mendekati dini hari. Kelopak matanya sulit untuk terpejam. Selintas kepikiran Kyoko, ibunya, dan keluarga Okada secara bergantian. Matsumoto mendesah berat beberapa kali. Tubuhnya yang sedari tadi direbahkan di ranjang sedikit lebih rileks. Kedua tangannya bersilangan menahan kepala. Matanya dibiarkan kosong ke langit-langit kamar. Hingga pagi.

"Ohaiyo gozamasu, Sensei!" sapa Mia ketika melihat Matsumoto berjalan menyusuri lorong ke arah ruangannya. Suster itu menggenggam kopi panas yang baru saja dibeli di kantin rumah sakit.

"Ohaiyo," jawab Matsumoto seraya melontarkan senyuman seperti biasa.

"Sensei sudah tahu kalau Ikeda-sensei dipukul orang tadi malam?"

"Ikeda Aoi?" Matsumoto memastikan.

"Hai. Tapi aneh." Mia memiringkan kepalanya.

"Aneh? Kenapa?" Matsumoto mengerutkan keningnya.

"Ikeda-sensei tidak mau melaporkan orang itu."

"Hah? Kenapa?" Matsumoto semakin tidak mengerti.

"Tidak tahu." Mia mengangkat bahunya lantas membuka pintu ruangan Matsumoto.

"Tidak akan ada sebab bila tidak ada akibat." Matsumoto meletakkan tasnya di atas meja.

Mia membuka jendela ruangan sehingga udara segar dari pepohonan taman rumah sakit masuk menyegaarkan ruangan putih itu.

"Bagaimana keadaannya?" Matsumoto mengkhawatirkan kondisi dokter muda satu itu. Ikeda Aoi dan Matsumoto Akira sudah berteman sejak kuliah di fakultas kedokteran. Hanya saja Ikeda Aoi mengambil spesialis gigi. Namun mereka memang terbilang dekat untuk sejawat profesi.

"Kabarnya kepalanya bocor seperti dipukul dengan benda keras. Mmm ... seperti itu yang dikatakan istrinya," jelas Mia.

"Sekarang di mana dia?"

"Di ruang inap 112," jawab Mia dengan telunjuk menekan keningnya.

"Hai, arigatou." Matsumoto bergegas ke ruang inap yang diberitahu Mia.

Konnichiwa : Selamat siang/ sore/ apa kabar

Ohaiyo gozaimasu : Selamat pagi


Song : Yui - Stay with me


Another MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang