2. THAT EYES

31.9K 797 7
                                    

Semua bermula ketika Rossie Zander menjalin pertemanan dengan seorang gadis berambut merah di sebuah kafe yang terletak di bagian utara kota London, Inggris. Kafe dengan nama unik gabungan dari bahasa Inggris dan Italia, The Romantique.

Tidak lebih dari sekedar pelayan dan pelanggan, begitulah kisah pertemanan mereka terjalin. Saat itu ketika dimana Rossie mendapatkan kategori menjadi gadis bodoh dimana ia telah berhasil ditipu empat pria dalam kurun waktu dua minggu.

Memang sial dan bodoh. Dia, seorang gadis cantik dengan tubuh bak model proposional bisa dengan mudahnya di tipu oleh pria bajingan sialan yang hanya mengincar uang dan tubuhnya.

Ketika Rossie benar-benar benci karena begitu payahnya dia dalam urusan percintaan, disitulah Valerina hadir untuk memberikan saran yang tepat untuk mengatasinya. Begitu bijak dan tepat, setiap kata yang keluar dari mulut Valerina memang selalu benar adanya. Namun ada satu kalimat yang begitu membekas di ingatan Rossie dari Valerina adalah.

Dekat belum tentu suka, pacaran belum tentu sayang, dan status belum tentu cinta. Bisa jadi itu hanya untuk ketenaran atau pelampiasan?

"Ah... aku memang gadis bodoh, Vale! Bodoh dan benar-benar bodoh!" keluh Rossie sambil mengusap wajahnya kesal. Dia mengambil bantal dengan sarung berwarna biru muda itu ke dalam pelukannya dan menenggelamkan wajahnya disana.

"Jadi apa kesalahan kamu kali ini?" tanya Valerina sambil menjauhkan ponsel dari pandangannya untuk menatap sahabatnya yang kini sedang meminta sarannya.

"Namanya Evan Walsh. Kamu tahu apa yang dia katakan padaku Vale..." Rossie menjeda dan menatap sahabatnya dengan sungguh-sungguh.

Valerina tersenyum sebagai respon lalu berkata, "Aku tidak tau, Rie. Kamu belum mengatakannya." Dia menghela napas--ini memang kebiasaan Rossie, bagaimana mungkin Valerina tahu apa yang dikatakan Evan jika gadis itu belum mengatakannya?

Namun seakan sudah biasa, Rossie kemudian melanjutkan kalimatnya. "Tubuhmu terlihat lebih menggiurkan, aku sangat ingin menidurimu," Ucap Rossie sambil meniru nada bicara pria yang bernama Evan Walsh.

"Dan kamu menerima ajakannya?" Vale mengernyitkan keninganya. Lebih tertarik untuk mendengar lanjutan cerita sahabatnya. Karena baru kali ini ada pria yang secara terang-terangan mengatakan hal menjijikan itu pada Rosie.

Rossie memajukan bibirnya kemudian menggigit bibirnya. Menunjukkan kecemasannya untuk tanggapan Vale kepadanya. "Iya...tapi--"

"What the fuck?! Kali ini kamu benar-benar bodoh, Rossie. Apa kamu sudah gila?" protes Valerina tidak terima. Oh, sial. Sejak kapan Rossie sudah seberani itu hanya untuk sebuah hubungan?

"Ssshh...Vale, dengar dulu," bisiknya pelan ketika mendengar suara Valerina yang sudah naik satu oktaf. "Tapi ketika kita--errr.. aku di tempat tidurnya, dia bilang bahwa aku terlalu polos dan tidak tau cara mmmhh--kamu pasti tahu maksudku," ucapnya malu-malu. Pipinya bahkan sudah bersemu merah.

"Jadi dia menolak kamu?"

Rossie mengangguk. "Iya."

Valerina berdecak senang. "Bagus. Kekurangan yang sangat bagus." Valerina tersenyum dan merebahkan dirinya di atas kasur Rossie yang empuk.

"Apa?"

"Kamu cantik, kaya, punya tubuh yang bagus... bisa dibilang sempurna mungkin? But, after all, kamu mempunyai dua kekurangan yang sangat sulit untuk kamu tangani." Kata Valerina sambil menatap langit-langit kamar Rossie yang dihiasi dengan lukisan awan.

"Masalah cinta maksud kamu?" tanya Rossie memastikan.

"Itu salah satunya. Yang satunya lagi, kamu terlalu polos di umur kamu yang ke dua puluh empat tahun ini. Bagaimana mungkin kamu tidak bisa merangsang pria bernama Evan itu?" sungut Valerina seraya bangkit dan menggenggam tangan sahabatnya.

HIDDEN TRUTH [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang