SATU

1.6K 106 1
                                    

🌸 The Dream Of A Moth 🌸


-Lee Seung Gi-

Hidupku penuh dengan mimpi. Ada banyak hal yang ingin aku kejar dan aku capai hingga aku terus berlari. Tak peduli pada apa yang aku tinggalkan di belakang, aku hanya ingin menggapai mimpiku secepat yang aku bisa.

Melihat banyak orang yang sudah merengkuh mimpi itu di dalam dekapan mereka, aku iri. Jiwaku terus terpacu untuk cepat bisa menjadi seperti mereka. Aku hanya berpikir itu memang tak akan mudah, tapi bukan berarti mustahil!

Aku terus berlari. Jatuh berkali-kali. Bangkit lagi lantas kembali berlari. Sampai aku berada di satu titik dimana aku juga merasa lelah. Terkadang aku lupa, bahwa aku ini manusia yang terbuat dari sekumpulan daging yang disangga oleh tulang. Tulang, bukan besi!

Begitu pula dengan hatiku.

Berada di titik rendah membuatku tak menyadari bahwa kesuksesan orang lain yang aku lihat itu mereka dapatkan tidak dengan mudah. Pasti ada yang harus mereka relakan demi mimpi itu. Pasti ada yang harus mengeluarkan tangisan demi mimpi itu. Pasti ada yang harus ditinggalkan demi mimpi itu. Hatiku teriris.

Apa yang harus aku berikan untuk mimpiku yang bertumpuk itu?

Salju pertama benar-benar turun hari ini. Sore ini. Di tengah perjalanan sepasang kakiku yang berbalut sneaker dengan warna netral.

Sejenak, aku terpekur. Memandang sayatan tipis salju yang mulai turun. Lantas mendongak ke arah langit. Bertanya pada semesta, kenapa harus hari ini?

Apa salju pertama ini juga akan mengulang masa lalu itu? Membawa kembali gadis pecinta pasta itu kembali ke dalam jarak pandanganku? Seperti dulu.

Seperti dulu aku melihatnya tersenyum setiap kali aku jemput dia. Seperti dulu aku menertawakan berbagai hal bersamanya, hanya berdua. Seperti dulu saat genggaman tanganku juga mendapat genggaman balasan yang lebih erat dari tangannya yang kecil. Seperti dulu, saat sebelum akhirnya semuanya terhenti.

Suara getar ponsel yang aku letakkan di saku coat memaksa menarik kembali kesadaranku. Ah, sepertinya aku melamun lagi.

"Ya?" Aku menjawab panggilan itu. Dari salah satu sahabatku, Dae Woong. Aku sudah mengenal Dae Woong sejak lama. Dan dia juga hadir di acara itu.

"Kau ini sebenarnya jadi datang atau tidak?" Dae Woong tampaknya kesal dengan keterlambatanku. Ah, apa Dae Woong tidak bisa membaca situasiku? Kenapa dia tidak mengerti ada ganjalan besar di dalam hatiku saat ini! Tuhan, langkahku berat!

Aku menghela napas lantas menjawab Dae Woong, "Aku sedang di jalan, lima menit lagi aku sampai. Berhentilah cerewet seperti seorang gadis!"

"Baiklah. Tapi Seung Gi-ya, kau tidak sengaja mengulur waktu agar kau tidak bertemu dengannya 'kan?"

Pertanyaan Dae Woong menohokku! Aku terdiam hingga tiga detik lantas berusaha tersenyum kosong, "Siapa yang kau maksud?"

Aku bersumpah. Bukannya aku tidak tahu siapa yang Dae Woong maksud. Aku hanya ingin memastikannya. Itu bukan sebuah kesalahan 'kan? Bukan dosa 'kan?

"Kau yakin ingin aku menyebut namanya? Bagaimana kalau dia mendengar? Dia sedang ada di dekatku!" Aku mendengar Dae Woong tertawa di akhir ucapannya. Haruskah ia tertawa seperti itu saat hatiku terasa semakin berat begini? Sahabat tidak tahu diri! Tidak tahu kondisi! Hah!

Aku masih belum memberikan jawaban hingga aku tiba-tiba mendengar Dae Woong berseru di seberang sana.

"Ada yang ingin mendengar suaramu!"

Shall We Marry? [LEE SEUNG GI & YOONA]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang