[24] Rencana

1.2K 70 2
                                    

"Pagi Cipa," sapa Aisyah, yang baru saja datang.

"Pagi." Cipa menunjukkan senyumnya, lalu kembali fokus pada handphonenya.

"Azka mana?" tanya Aisyah, ia sengaja ingin memancing Cipa.

"Enggak tau! Bukan siapa-siapa!" jawab Cipa ketus.

"Maksud lo?" tanya Aisyah ambigu.

"Azka bukan siapa-siapa gua. Kita udah putus, tadi malam!" tegas Cipa, air mata jatuh di kedua pipinya.

"Cipa, lo jangan nangis dong." Aisyah memeluk Cipa iba, terhadap sahabatnya.

"Syah?" panggil Ari, yang kini berdiri bersama Mauren di belakang Aisyah.

"Cip, kita ada buat lo." Mauren menenangkan Cipa, yang kini masih terguncang.

"Azka ja—hat!" rengek Cipa, yang kini masih berada dipelukan Aisyah.

"Udah lo tenang ya." Aisyah melepaskan pelukannya.

Aisyah lalu membuka tasnya dan mengambil selembar tisu. Kemudian, mengelap pipi Cipa yang dibasahi air matanya. Mauren mengelus pundak Cipa.

"Mau, gue duduk sama Cipa aja ya? Nanti Azka sama lo," ucap Aisyah.

Mauren ingin sekali menolaknya, namun tidak ingin menyakitkan hati Cipa.

"Oke." Mauren mengancungkan jempolnya pada Aisyah, pertanda dia setuju.

Tidak lama, Azka dengan Jeha pun datang. Azka berjalan mendahului Jeha ke tempat yang kini diduduki Aisyah.

"Lo sama Mauren," kata Aisyah, membuat Azka mengernyitkan dahinya.

"Kenapa?" tanya Azka, seolah dia tidak memiliki masalah dengan Cipa.

"Kurang jelas? Lo duduk sama Mauren!" bentak Aisyah, membuat Azka langsung menuju tempat yang tadi dibilang sama Aisyah.

🐼🐼🐼

Aisyah, Mauren, Sarah, Ari, Kefan, dan Ajil telah berdiri di belakang gudang sekolah. Sepulang sekolah tadi, Aisyah dan Mauren beralasan untuk membayar kartu komite. Dengan terpaksa, Cipa menjadi pulang sendiri.

"Ok, kita jalanin rencananya bentar malam," ucap Sarah.

"Lo udah kasih tau Azka?" tanya Aisyah pada Ari.

"Udah," jawab Ari.

"Cipa gimana?" tanya Kefan.

"Udah gue ajak tadi siang kok," jawab Sarah.

"Pokoknya, kalian sebentar datang jam lima. Karena, kita janjian sama Cipa dan Azka jam enam. Ada satu jam untuk melakukan semuanya. Ok?" jelas Mauren.

"Ok!" mereka semua menjawab dan menganggukan kepala.

🐼🐼🐼

"Sssttt... berisik tau!" geram Sarah, membuat Kefan dan Ajil yang tadi mengoceh menjadi tenang.

Mereka berada di belakang meja kasir, menatap Cipa dan Azka yang akan datang. Mereka telah bekerja sama, dengan pelayan agar tidak ada yang datang di sana, kecuali teman mereka.

"Eh, Cipa datang tuh," bisik Aisyah, ketika melihat Cipa mendekati Caffe Kyla.

"Sstt, tetap berada dalam rencana!" titah Mauren, mereka semua mengangguk.

Drtt ... Drttt

Handphone Aisyah berbunyi. Cipa menelponya. Mereka semua segera mengoceh pada Aisyah, karena tidak mengheningkan handphonenya.

"Anjay, kita udah capek! Lo batalin lagi," oceh Kefan.

"Lo nggak tau apa? Buat ini itu perjuangan," omel Ajil.

"Duh, lo itu cantik kok nyebelin sih?" oceh Ari.

"Sstt.. bisa diam gak?"

Aisyah segera mengangkatnya.

"Halo Cip."

"Halo, lo dimana? Gue udah di caffe nih."

"Duh, maaf ya. Gue nggak bisa datang nih," jawab Aisyah memelas.

"Kenapa emang? Yaudah gue pulang aja yaa?"

"Ehh, jangan dong. Lo tunggu yang lain aja!"

"Yaudah deh, see you."

Aisyah lalu mematikan handphonenya.

"Gimana?" tanya Mauren khawatir.

"Nggak pa-pa. Eh, itu Azka bukan sih?" tanya Aisyah tiba-tiba.

"Anying, dia datang bawa Jeha!" pekik Ajil.

"Sstt... berisik tau!"

"Mampus! Rencana bisa kacau nih," ucap Ajil menepuk keningnya.

"Kita lihat aja."

Azka, Jeha, Cipa.

"Hai," sapa Jeha, sedangkan Cipa hanya tersenyum.

"Hai, Syifa!" sapa Azka, Cipa membuang wajahnya sebal.

"Kenapa Cip? Yang lain mana?" tanya Jeha.

"Nggak tau nih," ucap Cipa ketus.

"Anjing! Kecentilan banget tuh cewek!" kesal Mauren.

"Benci banget gua!" omel Ajil.

"Mak lampir is back." Kefan berkata.

"Berisik lo pade! Tuh cewek ngapain coba?"

Suasana menjadi hening seketika. Mereka ber-enam sibuk memperhatikan Azka, Jeha, dan Cipa. Sedangkan, Azka, Jeha, dan Cipa masih berkutat dengan handphone masing-masing.

"Kalau kayak gini, nggak bakal selesai masalahnya!" geram Sarah, meremas tangan Mauren.

"Ih, sakit tau!" keluh Mauren.

"Kita samperin aja." Kefan mengeluarkan ide bodohnya.

"Gila? Capek nih buat rencana, malah dibatalin!" kesal Ajil.

"Yee, daripada gini mulu?" Kefan menyenggol Ajil.

"Bener kata Kefan, nggak bakal selesai nih masalah." Aisyah membenarkan ucapan Kefan.

"Kita keluar!" ucap Mauren, lalu berjalan ke arah Cipa.

"Mauren sinting!" umpat Ajil.

"Pacar gue bego!" timpal Kefan.

Mereka semua lalu mengikuti Mauren. Sesampainya di sana, Cipa mengerutkan keningnya. Mengapa ada Aisyah?

"Haii," sapa Mauren.

"Haii," sahut Jeha, Mauren menunjukkan fake smilenya.

"Kita jujur?" bisik Sarah ke Mauren.

"Iya," jawab Mauren.

"Cip, maaf. Kita udah ngrencanain ini semua dari lo," ujar Mauren.

Cipa mengernyitkan dahinya, "Kenapa?"

"Ini semua kita rencanain biar lo sama Azka baikan. Tapi, karena lo nggak membuka bicara makanya kita nyamperin lo," ucap Mauren, muka Cipa berubah menjadi kesal.

"Maksud lo apa?" tanya Cipa, yang kini telah berdiri, menyamakan posisinya dengan Mauren.

"Gue cuman mau lo baikan. Itu aja."

TBC

IGNORANTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang