Satu

44 5 4
                                    

Nadine Hapsari sedang duduk melamun di sebuah coffee shop, ia melipat kedua tangannya di meja, menatap keluar jendela, memerhatikan para pejalan kaki dan kendaraan yang berlalulalang. Ia sedang menunggu seseorang dari setengah jam yang lalu.

Ia melihat benda kecil yang melingkar ditangan kirinya, hampir jam dua siang dan orang yang di tunggunya belum datang.
Ia melihat cangkir kopi yang tinggal setengah lalu meminumnya.

Jika dalam 10 menit orang yang ditunggunya tidak kunjung datang maka ia akan pergi. Batinnya.

Ia mengeluarkan sebuah buku lalu membacanya.

Tak seperti kebanyakan orang yang lebih memilih bermain gadget menunggu seseorang, perempuan berwajah manis itu lebih suka menunggu sambil membaca buku.

"Hey Nad! Sorry banget ya tadi gue habis jemput Dion sekolah bibinya lagi pulang kampung jadi segala urusan rumah gue deh yang handle udah gitu mas Rio ada tugas keluar kota jadi gue harus packing bajunya dulu mana tadi ban mobil ku kempes jadi harus mampir ke tambal ban dulu, maaaaf banget.. Nunggu lama ya?" Kata Devi panjang lebar persis setelah ia duduk berhadapan dengan Nadine.

Nadine mengernyit mendengar temannya yang berbicara tanpa titik koma.

"Santai bu, santai.. keretanya masih di stasiun." Katanya disususl tawa kecil.

"Aduh sorry deh, kebiasaan.." Devi menyeringai geli.

"Oh ya mau minum apa?" Tanya Nadine.

"Nanti aja gue pesan minumnya, caffee nya juga belum mau tutup.." Kata Devi acuh tak acuh.
"Jadi gimana soal 8Apparel? Katanya penting banget, ada apaan sih?" Devi lanjut bertanya.

Nadine menegakkan tubuhnya.
"Jadi gini, minggu ini kan kita launching produk baru dan masih dalam tahap sewing gue ada urusan keluarga di bandung selama tiga hari sampai empat harian dan gue ngga bisa absen diacara ini, jadi gue minta tolong banget lo ngawasin produksi dan persiapan untuk launching store baru ya?"

"Siap boss! Tenang aja, ngga usah khawatir, gue handle rumah tangga aja beres apalagi 8Apparel.." Kata Devi dengan penuh keyakinan.

"Sip kalau gitu, thank you so much sexy lady.." Nadine mengangguk, lalu diakhiri senyuman lebar.

"Duuuh gerah deh dipanggil kaya gitu, jadi pengen tari perut.." Kata Devi, mengibaskan rambut ikal sebahunya.

Mereka berdua tertawa lepas.

Devi adalah teman satu SMA nya dulu, mereka berteman hampir sebelas tahun. Mereka sama-sama menyukai fashion dan karena kesukaan mereka itulah yang membuat mereka membuka usaha clothing line bersama yang di beri nama 8Apparel.

"Mba!" Panggil Nadine.

Seorang pelayan wanita menghampirinya.

"Ada yang bisa saya bantu?" Kata pelayan wanita.

"Pesan ice capucino creamy latte sama strawberry cheese cake.." katanya.

"Dua ya mba.." Devi menimpali.

"Baik mba, ditunngu pesanannya." kata pelayan wanita itu, beranjak meninggalkan mereka berdua.

"Oh ya, gimana soal Ringgo?" Tanya Devi.

"Apanya?" Tanya Nadine tidak mengerti.

"Jadi lo belum baca sms dari Ringgo?" Seru Devi.

"Belum, gue belum check hp dari kemarin." Nadine menyeringai.

Devi mendecakan lidah, temannya itu memang tidak seperti kebanyakan orang yang mengutamakan menge-check hp setiap satu jam sekali.

"Ringgo itu minta di temani ke acara book fair, katanya kalau ngajak lo enak, kalian kan sama-sama suka baca buku jadi bisa nyambung, gitu.. Lagian nge check hp aja susah banget."

"Ohh gitu." Gumamnya. "Kenapa ngga langsung telpon gue aja? Pasti langsung gue jawab, kalau sms jarang gue baca." Kata Nadine. "Terus book fair nya kapan?" Tanyanya.

Devi mengangkat bahu, tidak tahu. "Tanya Ringgo nya langsung lah.."

"Yaudah kalau gitu, nanti gue telpon dia deh.."

"Jadi gimana hubungan lo sama Ringgo?" Tanya Devi

"Gimana apanya?" Nadine balik bertanya.

Devi menghela napas. "Kalian itu kan udah kenal hampir satu tahun, kalian juga banyak kesamaan, ngga ada niat untuk lanjut ke hubungan yang lebih serius gitu?" Katanya gemas.

Hal yang membuat Nadine malas adalah jika diungkit soal hubungannya dengan lawan jenis. Ia sama sekali tidak tertarik untuk membicarakan tentang hal itu, pada siapa pun.

"Permisi mba, ini pesanannya." Kata pelayan wanita tadi, menaruh dua gelas cappucino creamy latte dan dua piring kecil strawberry cheese cake pesanan mereka.

"Makasih mba.." kata Nadine memberi senyum pada pelayan wanita tadi.

Pelayan wanita tadi beranjak, meninggalkan mereka berdua.

Nadine duduk bersila diatas kursinya, ia menegakkan badannya dan menyeruput kopi pesanannya.

Ia melihat Devi menatapnya dengan serius. Ia tahu kalau temannya itu menunggu jawabannya.

Ia membenarkan posisi duduknya, ia bingung jika ditanya soal hubungannya dengan Ringgo.

Nadine berdeham. "Gini ya.. soal gue sama Ringgo itu kita teman yang akrab dan kita juga fine-fine aja, kita lebih suka berteman ketimbang pacaran yang buang-buang waktu, terus ujungnya putus." Katanya, santai.

"Kita? Lo aja kali, Ringgo tuh suka sama lo nad gue bisa lihat dari cara dia menatap lo, dari cara dia memperlakukan lo, dari semuanya.." Kata Devi, dengan penuh keyakinan.

"Bisa kita makan aja ngga? Kue nya udah ngedipin dari tadi.." kata Nadine disusul senyum lebar yang memperlihatkan barisan giginya yang rapi.

Devi hanya menghembusakan napas, temannya itu selalu saja menghindar jika ditanya soal hubungannya dengan Ringgo. Padahal ia hanya ingin memastikan kalau temannya itu mendapatkan laki-laki yang baik.




To be continue

Jangan lupa Vote dan Comment yaa

Saran kalian sangat membantu

Terima kasih yang sudah baca :)

I Found YouWhere stories live. Discover now