Bagian 11 : Words Before Sleep

2.5K 67 6
                                    

🌙🌙🌙
Do not copy it❌
Written by Moon🌑
2018, 26th February
🌙🌙🌙

Di salah satu ruangan VVIP, di situlah lelaki itu terbaring. Lelaki itu sedang tertidur. Kepalanya diperban, ada beberapa luka di wajah dan tangannya.

Ana menatap Alex ragu. "Apa... menyakitkan?" tanyanya pelan. Lebih kepada diri sendiri.

Hening. Jelas saja lelaki itu tidak mungkin menjawabnya.

Tadi pagi, setelah dari ruangan William, Ana kembali ke mejanya. Ia tidak langsung menjenguk Alex seperti permintaan William. Meski ingin, akhirnya Ana baru menjenguk setelah urusannya selesai, sore hari.

Ana mengedarkan pandangannya. Ruangan ini terlalu besar dan mewah untuk seorang lelaki yang tidak ada menjaga.Terlalu sunyi.

"Bangunlah," Ana berucap pelan di sebelah kasur Alex. "Aku tidak datang untuk diabaikan. Kalau kau tidak bangun, aku akan pergi."

Aneh. Meski ucapannya terkesan datar, tapi hatinya bergetar.

"Kau tuli ya? Kubilang bangun!"

"Kau mengganggu tidurku, tahu!"

Dengan sesak yang entah kenapa semakin menjadi, Ana seketika tertegun demi melihat mata Alex yang terbuka perlahan. "A, Alex? Kau bangun?"

"Bukankah tadi kau yang minta?"

"Kau mengerjaiku ya?!"

"Cih," Alex mencela. "Untuk apa aku mendapatkan luka-luka ini demi mengerjaimu? Ini sungguhan sakit asal kau tahu saja."

Lelaki itu, meskipun terlihat penuh luka tapi sepertinya ia sehat-sehat saja. Seperti merasa ditipu, tiba-tiba Ana menjadi kesal. "Aku pergi."

Belum lagi Ana membalikkan tubuhnya, sebuah tangan sudah menahanya. "Jangan," Alex berkata. "Aku membutuhkanmu."

Sementara itu William mengintip dari balik pintu tempat ruang rawat Alex. Ada Ana di sana. Dan adiknya itu sekarang tengah memegangi lengan wanita itu. Tanpa sadar ia tersenyum. Kurasa kau telah mendapatkan orang yang tepat, Alex. Dan ia pun memutuskan untuk pulang.

Di dalam ruangan, Alex melepaskan tangannya. Ia mendehem sekali untuk mengusir keheningan yang mencekam. "Ma, maksudku aku membutuhkan seseorang. Kau, kan, bisa lihat sendiri tidak ada yang merawatku."

Melihat tidak ada reaksi yang diberikan Ana, Alex memutar bola mata. "Berhentilah memikirkan pikiran kotor di kepalamu itu. Aku tidak akan menciummu lagi kalau itu yang kau takutkan."

"Kau!" Ana tiba-tiba berseru. Ia memalingkan wajahnya yang terasa sangat panas. "Jangan katakan itu lagi dengan frontal. Itu... itu memalukan, tahu!"

Alex tertawa kecil. "Ternyata benar ya kau sedang memikirkan itu? Padahal aku tadi hanya asal bicara." Demi apa pun, menggoda Ana mungkin sudah menjadi kebiasaannya selama beberapa hari belakangan. Namun tawanya terhenti ketika melihat Ana melangkah mendekati pintu keluar. "Hey! Mau ke mana kau? Kubilang, kan, jangan pergi!"

"Diamlah. Aku harus pulang untuk mengambil baju ganti. Memangnya kau mau menyuruhku memakai baju ini lagi setelah aku mandi?"

Alex mengangkat kedua bahunya meskipun wanita itu tidak sedang melihatnya. "Tidak usah pakai baju juga tidak masalah. Aku tidak akan keberatan."

Lalu tawa Alex meledak ketika melihat Ana yang buru-buru ke luar karena merasa malu luar biasa.

🌙🌙🌙

Ketika Ana datang malam harinya, Alex tidak sendiri. Ada beberapa orang bertuxedo hitam dan seorang wanita cantik berpakaian mewah. Dari yang bisa dilihat oleh mata awam Ana, bisa dipastikan mereka adalah rekan kerja Alex. William juga ada di sana.

A Thousand KissesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang