Bagian 8 : Unexpected Kiss

5.4K 81 0
                                    

🌙🌙🌙
Do not copy it❌
Written by Moon🌑
2017, 21th October
🌙🌙🌙

"Dan kau membiarkannya saja?" kening Ana berkerut ketika mengetahui alasan Alex hadir di rumahnya dalam keadaan basah kuyup. Alex bilang, saat kebetulan melewati jalan di dekat rumahnya, ia dicegat oleh beberapa preman. Mereka memalak dan mencuri mobil beserta isinya. Tapi bukan itu yang membuat Ana mengerutkan kening.

"Biarkan saja. Yang mereka curi bukan mobil mahal. Hanya Maserati keluaran lama pemberian perusahaan Itali beberapa tahun lalu." Lalu kemudian lelaki itu menyuap makanan terakhirnya. Lelaki itu tipe orang yang banyak makan tapi tetap seksi.

Ana mengerjap bingung. Apa dia bilang tadi? Maserti? Apa itu?

"Tidak usah dipertanyakan. Kau tidak perlu tahu apa itu Maserati. Tidak penting." Setelah berkata seperti itu, Alex bangkit membawa piringnya ke wastafel, terlihat seperti hendak mencuci piring. Haha, yang benar saja!

Ana yang juga membawa piring kotornya ke wastafel akhirnya menyadari bahwa lelaki itu benar-benar mencuci piringnya sendiri! Wow!

"Kau bisa mencuci piring?" Kini ia mencuci piringnya.

"Tentu saja." Alex berdiri menunggui Ana yang mencuci piring kotor. "Aku selalu melakukan pekerjaan rumah sendiri. Masak, mencuci piring, bersih-bersih, bahkan untuk pakaian rumah pun aku mencucinya sendiri. Hanya beberapa baju penting dan butuh perawatan khusus saja yang harus dicuci oleh pekerja rumah."

"Sungguh? Kau? Seorang Alex Saputra mengerjakan semua itu sendiri?"

Alex mengangguk di tengah suara deras hujan yang tidak berkurang sejak tadi.

"Terus apa gunanya semua pembantu rumah tanggamu?"

"Semua?" Alex tertawa kecil. "kata itu terlalu banyak. Asal kau tahu saja, pembantu di rumahku hanya ada satu. Itupun aku tidak menganggapnya sebagai pembantu, melainkan bibiku."

Ana sudah selesai mencuci piring lalu kemudian ia berdiri menghadap Alex dengan telunjuk yang mengacung pada lelaki itu. "Kau pikir aku percaya? Oh, ayolah, Alex. Mana ada orang kaya zaman sekarang yang hidup seperti katamu. Hampir mustahil. Hanya 1 persen!"

Kali ini tawa Alex lebih nyaring dari sebelumnya. "1 persen?" Ana mengangguk. "Maka akulah 1 persennya itu, Ana."

Lalu tanpa peringatan guntur terdengar nyaring hingga membuat rumah bergetar. Bahkan saking kagetnya, Ana nyaris saja jatuh terpeleset lantai yang basah akibat bekas cuci piring tadi. Beruntung Alex menahannya dengan meraih pinggul Ana.

Ana merasakan wajah Alex yang sangat dekat dengannya. Lelaki itu tersenyum. Senyum yang belum pernah ia lihat sebelumnya. Dan dalam posisi ini ia menyadari sesuatu bahwa sisi Alex yang selalu membuatnya takut kini telah hilang. Malam ini lelaki itu banyak tertawa. Ia merasa lebih hangat terhitung mulai malam ini.

"Jangan takut lagi padaku, oke? Aku tahu kau takut padaku selama ini. Aku sendiri juga tidak paham kenapa aku bisa membuatmu takut. Tapi bisakah kau tidak takut lagi? Kita bisa berteman, bukan?"

Ana mengangguk kaku. Ya, mereka bisa berteman. Alex ternyata memang berbeda. Tidak seseram yang ia sangka.

Sekali lagi guntur menyambar. Akibatnya kali ini listrik langsung padam. Ketika Ana hendak menjerit, saat itulah ia menyadari bahwa ada sesuatu yang melumat bibirnya.

Ya, mereka bisa berteman. Tapi... apa ciuman ini bisa membuat mereka 'hanya' sebatas teman?

🌙🌙🌙

Alex melepas ciumnya. Dalam remang rumah Ana ia bisa melihat wajah wanita itu masih belum sadar dengan apa yang baru saja terjadi. Ia sendiri juga tidak tahu kenapa ia mencium wanita ini. Hanya saja, seketika ada sesuatu yang mendesak dalam dirinya untuk melakukan itu. Dan ketika listrik kembali menerangi seisi rumah, mata keduanya langsung bertumbukan.

A Thousand KissesWhere stories live. Discover now