Bagian 10 : Dia Mencarinya

2.4K 86 1
                                    

🌙🌙🌙
Do not copy it
Written by Moon🌑
2017, 5th December
🌙🌙🌙

Alex memarkirkan mobilnya tepat di depan rumah Ana. Setelah dari Rumah Sakit tadi, ia langsung mengantar wanita itu pulang. Karena tanpa mengucapkan sepatah kata pun, Alex tahu bahwa wanita itu pasti ingin pulang ke rumahnya.

Ana turun dari mobil sambil memeluk diri. Sedangkan Alex turun dari mobil dan hanya berdiri di samping pintu untuk melihat Ana. Hari sudah senja, dan awan mendung menandakan bahwa hujan akan turun sebentar lagi.

"Jadi, apa masih terasa sakit?"

Ana menatap Alex dan tersenyum kecil. Jujur, ia memang sedikit merasa lebih baik. Tapi bayangan ketika lelaki itu menciumnya untuk kedua kali memenuhi kepalanya dari tadi. Kenapa ia diam saja tadi?

"Sedikit," jawab Ana jujur. Hatinya memang masih terasa sakit akibat kejadian tadi siang.

Ana mendengar Alex menghela napas. "Tidak usah terlalu dipikirkan. Kau pantas mendapat yang lebih baik darinya."

Ya, ia pantas mendapat yang lebih baik dari Ray. Tapi bagi Ana, hanya Ray yang paling baik. Hanya lelaki itu yang berhasil merebut hatinya. Jadi bagamana bisa ia tidak memikirkannya?

"Dan soal yang tadi, sekali lagi aku tidak akan meminta maaf."

Pipi Ana seketika merona ketika mengerti apa yang dimaksud Alex. Kenapa membahas itu lagi?!

"Masuklah. Aku akan langsung pulang saja." Ketika tidak mendengar sahutan dari Ana, Alex kembali berucap. "Sampai jumpa besok, Ana." Dan Alex pun memasuki mobilnya lantas pergi dari rumah Ana.

Ana, wanita itu masih diam sambil memandangi mobil Alex yang menjauhinya. Entah kenapa ada desiran aneh di dada. Mungkin itu karena sisa sakit hatinya. Ya, pasti karena itu. Setelah berdebat dengan hatinya, Ana pun masuk ke rumah, tepat saat hujan mulai turun membasahi bumi.

🌙🌙🌙

Malam ini hujan turun hingga membuat suhu menukik turun. William yang sedang berada di rumahnya menaruh sebuah novel di lemari. Dark and Light. Novel keluaran 15 tahun lalu yang ditulis oleh penulis tak berwujud. Disebut begitu karena tidak ada satupun yang tahu siapa sesungguhnya penulis buku tersebut. Bahkan kabarnya orang-orang yang menerbitkan buku itu pun tidak pernah bertemu secara langsung dengan si penulis. Tapi meski novel itu adalah keluaran lama, ia baru membelinya setahun lalu.

Buku itu adalah kisah nyata dari si penulis. Bercerita tentang perjalanan hidupnya yang bahagia bersama dua anak lelaki dan istrinya. Tapi semua kebahagiaan itu sirna ketika istrinya meninggal dalam sebuah kecelakaan. Si Penulis juga menggambarkan tokoh utama yang digambarkan sebagai si penulis itu sangat stress, selalu pergi ke klub malam, dan tidak sengaja meniduri seorang pelacur hingga hamil hingga membuat pelacur itu melahirkan seorang bayi perempuan yang tumbuh cantik. Penulis itu bahkan menggambar foto anak itu di akhir bukunya, berharap bahwa suatu saat anak itu bisa menemukannya.

Sebuah kisah yang cukup menarik bagi William. Menarik sekaligus menyakitkan. Menyakitkan karena ternyata ia adalah salah satu tokoh dari novel itu. Ia adalah satu dari dua anak lelaki penulis itu. Ya, penulis itu adalah ayahnya.

Tidak ada yang mengetahui sama sekali bahwa ayahnya berhasil menerbitkan sebuah novel, sampai akhirnya William tidak sengaja menemukan naskah mentah Dark and Light itu di kamar ayahnya beserta sebuah foto gadis kecil. Awalnya ia tidak mengerti, tapi ketika ia mencari novel itu yang sudah langka di toko buku akhirnya ia mengerti. Ia memiliki adik lain selain Alex. Seorang adik perempuan yang berusia lima tahun lebih muda darinya dan tiga tahun lebih muda dari Alex.

Ia menghela napas sedih. Kenapa semua ini terjadi pada keluarganya? Padahal keluarganya adalah keluarga harmonis yang selalu bahagia. Hanya saja masalah memang datang selama setahun setelah ibunya meninggal, tapi setelah masalah itu hilang, ayahnya kembali seperti semula, kembali menjadi ayah yang hangat tanpa menunjukkan bahwa ayahnya itu menyimpan rahasia pahit.

Ketika mengetahui rahasia itu, Alex yang paling hancur. Sejak saat itu Alex tidak pernah mau tinggal bersama ayahnya lagi. Bahkan ketika setahun ditinggal pergi oleh William, Alex sudah benar-benar berubah dari seorang lelaki pemain wanita. Mungkin ia sekarang merasa jijik pada setiap wanita murahan yang selama ini dikencaninya. Jijik karena ayahnya pernah mengkhianati ibunya yang baru saja meninggal.

Meski ayahnya sudah menyesali perbuatannya dan mengaku bersalah pada kedua anaknya, tapi William dan Alex sudah terlanjur sakit hati. Mereka tidak akan pernah berbahagia bersama lagi setelah apa yang dilakukan ayahnya terbongkar.

Lelah, William menghempaskan diri ke kasur. Meski sudah terlanjur membenci ayahnya, ia sangat ingin menemukan gadis kecil itu. Meskipun terlahir dari wanita sampah, tapi gadis itu lahir dari benih yang juga menghasilkannya. Gadis itu tetap adiknya, seburuk apapun reputasi ibunya. Berbeda sekali dengan Alex yang justru tidak akan pernah mengakui gadis itu adiknya.

Petunjuk yang ia punya semuanya sia-sia. Ibu dari gadis itu ternyata sudah lama meninggal akibat OD*. Dan sebanyak apapun teman sesama sampah wanita itu, tidak ada yang mengetahui bahwa ia pernah memiliki anak. (*Over Dosis)

William meraih foto gadis kecil itu dari laci di sebelah kasurnya, menatap mata gadis itu yang sama sepertinya, lalu menghela napas pasrah. Meskipun sudah menyerah untuk mencari gadis itu, tapi rasa penasarannya tidak akan pernah hilang.

Ketika ponselnya berdering, ia mengusap wajah dan mengangkat telepon itu.

"Halo?" Hening beberapa saat sampai kemudian wajah William memucat. "Apa?!"

🌙🌙🌙

Keesokan harinya Ana berangkat ke kantor sedikit lebih lambat dari biasanya. Semalam ia begadang untuk menyelesaikan tugas kantor yang ditinggalnya kemarin akibat Alex. Selain itu, ia masih kepikiran tentang ciuman Alex. Itu adalah kedua kalinya lelaki itu menciumnya. Kembali memikirkan itu, pipi Ana seketika bersemu. Aku pasti sudah gila!

"Selamat pagi, Ana," sapa Tania, seperti biasa.

Ana tersenyum. "Selamat pagi juga, Tania. Bagaimana kabarmu?"

"Seperti yang kau lihat." Lalu Tania mengernyit. "Kenapa kemarin aku tidak melihatmu setelah jam istirahat? Kau sakit lagi?"

"Ah." Ana bingung hendak menjawab apa. "Itu karena aku harus menjenguk temanku ke Rumah Sakit. Aku sudah izin dengan Tuan Alex kemarin."

"Tuan Alex? Bukankah kemarin dia tidak masuk?"

Bodoh! Ana merutuki dirinya sendiri. Sekarang ia harus membalas apa?!

"Ana, aku minta berkas kemarin yang kusuruh kau kerjakan." Itu suara William yang terdengar sambil lalu.

Ana memanjatkan puji syukur dalam hati lalu tersenyum kikuk pada Tania. "Maaf, tapi sepertinya aku harus segera mendatangi Tuan William."

Tidak lagi menengok pada Tania, Ana langsung masuk ke ruangan William. Tanpa sadar ia menghela napas lega.

"Terima—."

"Ana, Alex kecelakaan."

🌙🌙🌙

Ana terdiam, sedang mencerna apa yang baru saja dikatakan William. Namun setelah beberapa saat ia tertawa kecil. "A, apa maksudnya kecelakaan?" Meski tertawa, tapi entah kenapa ada sesuatu yang bergemuruh dalam hatinya. Kenapa ini? Ia seolah ingin menepis pikiran buruk yang sedang bergelayut di pikirannya. "Kemarin dia baik-baik saja, Will. Kau jangan bercanda."

"Aku tidak bercanda, Ana. Itu terjadi setelah dia mengantarmu pulang. Semalam hujan lebat, dan dia, truk, dan jalanan basah...." William menghentikan ucapannya ketika sadar bahwa kata-katanya rancu tidak beraturan. Ia menghela napas pelan lalu memandang Ana penuh harap. "Dia mencarimu. Jenguklah dia."

🌙🌙🌙
To Be Continued
🌙🌙🌙

Lama nggak buka wattpad eh tau-tau viewers sudah 1k. Thank you untuk siapa pun yang sudah baca dan suka cerita ini. Jangan sungkan untuk mengkritik cara penulisan, alur, atau kesalahan-kesalahan lain yang ada di cerita ini ya. Kritik pedas sangat dibutuhkan hehe :D

A Thousand KissesWaar verhalen tot leven komen. Ontdek het nu