Bagian 1 : Andai saja

5.7K 114 1
                                    

🌙🌙🌙
Do not copy it
Written by Moon🌑
August 9th, 2017
🌙🌙🌙

Bertahun-tahun kemudian....

"Ana?"

Wanita cantik berambut lurus panjang serta berponi menyamping itu mendongakkan kepala ketika namanya dipanggil. Mata abu-abu itu langsung mendapati atasan yang bertubuh gempal sudah berdiri di depan kubikelnya.

"Ya, Pak?"

"Apa tugas Tuan Alex sudah kau selesaikan?" Tanya atasannya itu tanpa mengalihkan pandangannya dari map.

Ana tersenyum. Ia meraih sebuah map biru di samping komputer lalu menyerahkan kepada atasannya itu. "Sudah selesai sejak kemarin. Semua pengeluaran atas kerja sama itu tidak menimbulkan kerugian seperti yang Pak Martin khawatirkan."

Atasannya yang bernama Martin itu kini menatap Ana dengan puas. Senyum pun terukir di bibirnya. Ia menutup map dan mengambil map biru itu. "Kau memang bisa diandalkan, Ana. Kerjamu benar-benar bagus. Selama setahun belakangan ini, setelah kau masuk ke bagianku, semua kerjamu benar-benar bagus. Tidak ada yang mengecewakan. Tidak salah jika Tuan Alex akan menaikkan pangkat kerjamu menjadi staf direksi."

Ana tersenyum sopan. "Suatu kehormatan bagi saya."

Martin menyeringai lalu mengedipkan matanya sambil lalu. "Kuharap, kau tidak terpesona kepada Tuan Alex kelak."

Sebenarnya Ana ingin membalas ucapan Martin, tapi berhubung lelaki itu sudah pergi, ia urung.

"Psstt...."

Dengan cepat, kepala Ana berputar ke sisi lain kubikelnya dan mendapati Lucy di sana. Wanita bermata sipit itu tersenyum menggoda kepada Ana.

Ana mendengus. "Apa kau belum cukup puas menggodaku?" Ia lalu kembali menatap layar komputernya untuk menyalin segala sesuatu yang penting ke dalam hard disk, mengingat bahwa besok ia sudah tidak akan menempati bilik itu lagi.

"Oh ayolah, Ana! Berita itu menyebar dengan cepat. Kau, sebagai pegawai yang baru setahun bergabung di sini tiba-tiba saja diangkat Tuan Alex menjadi staf direksi inti! Mengalahkan pekerja lain yang bahkan sudah bertahun-tahun bekerja di sini dan berlomba untuk mendapatkan posisi itu. Kau pasti akan sangat sering berduaan dengan Tuan Alex si hot man itu."

"Hust!" Ana menaruh telunjuknya di bibir. "kecilkan suaramu. Kau membuatku malu tahu tidak?!" Ia menyandarkan tubuhnya di kursi dan menutup mata. "Lagi pula staf direksi bukan hanya aku. Ada tiga pekerja lainnya yang akan menemaniku di atas sana."

Ruangan staf direksi memang terletak di lantai tujuh belas gedung ini. Jauh di atas ruangan Ana sekarang yang berada di lantai sebelas. Lantai itu juga menjadi ruangan kerja Alex, sang pengusaha muda yang menjadi pemilik perusahaan ini.

"Tapi posisimu itu bukan hanya sekedar pekerja. Kau itu inti dari mereka. Jadi, jika tiga pekerja di sana sering bertemu Tuan Alex, kau akan lebih sering lagi karena posisimu sedikit di atas mereka."

Ana membuka matanya dan menatap Lucy sebal. "Sudahlah, Lucy. Aku tidak ingin membahas ini."

"Oke. Tapi berjanjilah padaku jika kau tidak akan melupakan temanmu yang cantik ini meski kau kini menjadi atasanku."

"Baiklah, Rachella Lucy."

🌙🌙🌙

Ana membanting tubuh di kasur medium size-nya. Sejenak ia memejamkan mata lalu kemudian menghembuskan napas panjang.

Rumahnya sangat sepi. Tapi ia sudah biasa. Ia hanya sebatang kara di dunia ini. Tidak ada kakak, tidak ada adik, tidak ada ayah, tapi ibunya..., Ana menelan ludah pahit. Mengenang masa lalu hanya akan menimbulkan luka yang menyakitkan.

A Thousand KissesWhere stories live. Discover now