Bagian 2 : Tugas Pertama

4.5K 116 2
                                    

🌙🌙🌙
Do not copy it
Written by Moon🌑
August 9th, 2017
🌙🌙🌙

Pagi hari Ana terbangun di kamarnya. Samar-samar ingatan semalam menggelayuti pikirannya.

Bukankah semalam aku tidur di sofa? Tanya Ana bingung. Ray juga tidak terlihat sedikit pun batang hidungnya. Saat Ana duduk, ia mendapati beberapa lembar post-it yang menempel di samping kasurnya.

Aku tahu kau pasti akan bangun jam enam tepat. Tanpa sadar Ana melirik jam dinding dan benar saja, jam sudah menunjukkan pukul enam tepat. Kemudian ia kembali membaca isi post-it itu.

Aku pergi setengah jam yang lalu. Aku baru sadar bahwa kita tertidur di sofa, dan karena aku tidak sampai hati membangunkanmu jadi aku menggendongmu ke kamar. Hey! Jangan berpikir macam-macam! Aku tidak berbuat macam-macam padamu. Oh iya, sayur semalam sudah kupanaskan untuk sarapanmu. Semoga harimu menyenangkan, Ana!

Peluk hangat. R.

Tanpa sadar Ana tersenyum membaca pesan singkat itu. Setelah menghela napas pelan, ia bangkit dari tidurnya untuk bergegas mandi.

🌙🌙🌙

"Iya! Aku tahu, aku tahu. Semuanya lancar. Semuanya tidak ada yang dapat merugikan perusahaan kita...."

Setelah itu Ana tidak mendengar lagi ucapan lelaki yang berjalan cepat ke ruangannya sambil berbicara kesal pada ponselnya. Ini adalah hari pertama ia berada di lantai tujuh belas sebagai staf direksi, dan juga untuk pertama kalinya ia melihat atasan tertingginya itu dalam jarak kurang dari lima meter.

"Jangan dipandangi terus. Takut kau kepincut. Jika itu terjadi, kau akan merasakan patah hati."

Suara itu menyentakkan lamunan Ana dan dengan cepat ia memalingkan wajah ke meja rekan kerjanya itu.

"Dia memang mempesona," kata rekannya itu.

Ana tersenyum malu-malu pada rekan kerja barunya itu. Tania, itu namanya. Umurnya jauh di atas Ana. Ia bahkan sudah memiliki dua orang anak yang sudah memasuki remaja.

"Ya, dia memang mempesona." Tanpa sadar Ana menggumamkan kata-kata itu. Untungnya ruangan itu masih sepi karena dua rekan kerja yang lain masih berada di lantai bawah mengurus urusan yang tadi ditugaskan oleh atasannya. Alex Saputra.

Tania tertawa. Memperlihatkan guratan yang semakin nampak jelas di wajahnya yang semakin menua. Tawa yang renyah untuk diberikan seseorang yang baru dikenalnya seperti Ana. "Itu memang fakta. Kau tidak bisa memungkirinya. Jika saja aku masih muda seusiamu, aku pasti sudah berhayal bisa mengaetnya." Lalu Tania kembali tertawa namun sedikit tertahan akibat tidak ingin dipergoki Alex yang ruangannya hanya berbatasan kaca hitam  tebal.

Saat Ana ingin membalas kata-kata Tania, Alex keluar dari ruangannya yang membuat Tania langsung bungkam. Sepasang mata hitam legam itu langsung menyapu meja kerja Ana hingga membuat Ana panas dingin. Ia tidak biasa ditatap sebegitu intens oleh lelaki yang tidak dikenal meskipun Alex adalah atasannya.

"Kau... apa kau yang bernama Ana?" gumamnya dengan suara elegan yang dapat melambungkan banyak wanita. Termasuk Ana.

"I-iya saya A..Ana," jawab Ana sedikit tergagap. Atasannya itu benar-benar seperti dewa yang sangat tampan. Membuat siapa saja akan menengok dua kali jika berpapasan dengannya.

"Ikut aku ke dalam." Setelah itu, tanpa memperdulikan keterperangahan Ana, Alex kembali masuk ke ruangannya.

Sejenak Ana masih diam di tempat dengan mulut yang sedikit terbuka, tapi kemudian tepukan pelan dari Tania menyentakkannya pada dunia nyata. "Cepat sana. Dia paling tidak suka menunggu."

A Thousand KissesDove le storie prendono vita. Scoprilo ora