5 : No, We're Not!

341 77 35
                                    

"Beli dimana souvenirnya?" Moon Byul bertanya pada Jung Hoseok yang berjalan di sebelahnya.

Hoseok menoleh sesekali ke arah Moon Byul, tanpa kehilangan fokusnya ke depan. "Tadi gue tanya temen, katanya ada yang murah deket-deket sini. Bentar, gue cek lagi alamatnya."

Hoseok lekas membuka ponselnya. Jari-jarinya dengan lincah membuka aplikasi messenger-nya. Menggulung layarnya beberapa kali, untuk mencari obrolannya dengan seorang teman. Setelah ketemu, ia segera membuka ruang obrolannya tersebut, dan menemukan sebuah pesan berisi alamat, juga penjelasan menuju tempat tersebut.

"Oke, bentar lagi, Byul. Tinggal belok ke gang depan, terus masuk gang kecil ke sebelah kanan," jelas Hoseok.

"Masih jauh?" tanya gadis itu.

"Kayaknya sih enggak. Kenapa? Capek?"

Moon Byul menggeleng. "Nanya doang."

Hoseok sedikit keki mendengar jawaban Moon Byul. Mereka meneruskan berjalan, hingga sampailah mereka ke toko souvenir yang dimaksud teman Hoseok.

"Ini deh kayaknya," ucap Hoseok.

Kini keduanya berdiri di depan sebuah toko souvenir yang tidak terlalu besar, tapi tidak juga terlalu kecil. Beberapa orang telah berada disana. Tak hanya wisatawan lokal, namun beberapa terlihat muka-muka warga negara asing yang tengah berlibur di Yogyakarta. Di bagian depan toko tertulis 'menyediakan berbagai macam souvenir dengan harga grosir'.

"Mau lihat-lihat dulu?"tawar Hoseok. Moon Byul mengangguk. Keduanya memilih masuk, membaurkan diri dengan pengunjung lainnya di dalam toko.

Seseorang tiba-tiba menghampiri keduanya. Salah seorang pegawai toko.

"Cari apa mas, mbak? Bisa saya bantu?" tanyanya ramah.

"Souvenir mbak," jawab Moon Byul. "Tapi, lihat-lihat dulu boleh?"

"Monggo, silahkan mbak, mas. Sebelah sini mbak. Nyari souvenir buat nikahan, to?" cetus si mbak-mbak pegawai toko.

Mendengar pertanyaan si mbak-mbak pegawai toko barusan, membuat Moon Byul menoleh ke arah Hoseok. Menatapnya tajam.

Hoseok lantas segera mengoreksi ucapan mbak pegawai, "Eh, bukan mbak! Souvenir biasa. Souvenir nikahannya menyusul, haha."

"Oh, saya kira mbak sama masnya ini mau cari buat nikahan. Habis cocok banget berduanya, mbaknya cantik, masnya ganteng, auranya kayak calon penganten," kelakar si mbak pegawai.

Moon Byul menatap mbaknya tak percaya. Apa-apaan si mbak-mbak ini?! Nggak mutu banget becandanya!

Sayangnya yang ditatap tidak merasa, malahan kembali berjalan, munjukkan pilihan-pilihan berbagai souvenir yang ada. Bukan souvenir pernikahan tentunya.

"Ah, mbaknya bisa aja," Hoseok menanggapi guyonan si mbak pegawai toko. Membuat Moon Byul kembali melirik kesal pada cowok itu.

"Ya doain ajalah mbak. Semoga pas dateng kesini lagi carinya souvenir buat nikahan," ucap Hoseok, ngalus plus berharap. Siapa tahu ada yang mengamini do'anya dan terkabul.

"Silahkan lihat-lihat dulu mbak, mas. Nanti kalau ada yang sreg, bisa panggil saya. Saya tinggal dulu," ujar si mbak pegawai toko.

"Makasih, mbak," balas Hoseok. Si mbak-mbak tersebut mengangguk, lantas meninggalkan Hoseok dan Moon Byul berdua.

Seperginya mbak-mbak tersebut, Moon Byul menatap Hoseok kesal. Gadis itu memberi sikutan keras pada Hoseok, "Kenapa ngomong-ngomong kayak gitu tadi? Lain kali nggak usah ditanggepin yang mulutnya usil kayak gitu."

selene-o-phile | j.hs & m.bTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang