.

"Terimakasih sudah mengantarku" Jimin segera menyandang tas nya dan bersiap turun dari mobil lamborghini bewarna hitam metalic itu.

"Tidak ada salam perpisahan?" Refleks Jimin mengurungkan niatnya untuk turun dari mobil dan beralih menatap Jungkook dengan tampang bingungnya.

"Kau tau kan apa saja yang di lakukan sepasang kekasih jika akan berpisah?" Jungkook meyeringai, alisnya naik turun dengan lincah membuat Jimin benar-benar ingin meninju namja jangkung ini sekarang juga. Tapi, segera ia urungkan niatnya saat meningat sesuatu. Mereka masih dalam permainan.

Jimin menghembuskan nafas berat.

"Baiklah.

Perlahan Jimin mendekat pada Jungkook yang sekarang semakin memperlebar seringaiannya. Posisi mereka semakin dekat, dekat, dekat, hingga akhirnya..

PLAKK

Jimin menampar pipi Jungkook. Bibir nya tersenyum penuh kemenangan, sedangkan Jungkook membulatkan mata besarnya kaget.

"Sampai jumpa sayang-"

Jimin dengan cepat turun dari mobil, sebelum Jungkook membalas perlakuannya.

"Semoga hari mu MENYENANGKAN" Gadis berambut coklat tua itu menyeringai dan menekankan kata 'menyenangkan', setelahnya ia berlari masuk ke dalam rumah mewahnya.

Jungkook masih mematung.

Matanya masih terbelalak lebar.

Tidak bergerak.

Mencerna semua yang terjadi.

Hingga akhirnya...

"Pelecahan harga diri" Namja jangkung berwajah tampan itu bergumam samar, tangan besarnya mengusap pipi kirinya yang di tampar Jimin tadi Sesekali bibir tipis nya mengeluarkan umpatan kasar.

"Kita lihat saja nanti, Park Jimin. Aku benar-benar akan membuatmu bertekuk lutut padaku." Jungkook terseyum miring, matanya menatap tajam ke arah rumah mewah Jimin yang terlihat sepi. Setelah itu, ia pun melajukan mobilnya dengan kecepatan sedang. Bibirnya menyeringai semakin lebar, memikirkan begitu banyak hal yang dapat ia lakukan pada gadis musuh besar nya itu. Ya, hal yang akan membuat Jimin bertekuk lutut dan memohon-mohon padanya.

.

.

Gadis berambut panjang itu terlihat berguling-guling resah di atas tempat tidur bewarna pinknya. Sesekali ia menggigit bibir bawahnya dan mengoceh tidak jelas. Jam sudah menunjukkan pukul 4 sore, orang yang di tunggunya sejak 2 jam yag lalu itu belum juga datang ke rumahnya. Padahal ia sudah berjanji.

BRAKK

Jimin otomatis segera mendudukkan diri di atas kasur saat pintu kamarnya di buka keras. Pandangan Jimin langsung berubah marah saat tau siapa orang yang sekarang sedang berdiri di ambang pintu kamarnya dengan cengiran tanpa dosa di wajah imutnya.

"Kau terlambat 2 jam, Jin" Jimin melipat kedua tangan di dada dan memandang tajam gadis yang semula berdiri diambang pintu kini mulai berjalan memasukki kamar ukuran luas nya.

"Mian, Jimin -ah. Kau tau kan hari ini aku ada les" Jin segera duduk di tepi ranjang, kedua tangannya menggoyangkan bahu Jimin yang membelakanginya agar berhenti merajuk. Huh, dia sangat benci melihat Jimin yang sepeti ini. Kekanak-kanakkan.

Jimin berfikir sebentar. Sepertinya ia memang harus melupakan ego nya dulu untuk saat ini. Karna ia memang sangat membutuhkan bantuan Jin sekarang. Dia butuh bantuan sahabat imutnya itu.

"Jin..Eottokhe ?" Jimin berbalik dan menggenggam kedua tangan Jin dengan erat, wajahnya memelas. Tentu saja Jin sangat terkejut dengan perubahan Jimin yang secepat ini, biasanya gadis itu akan lama jika merajuk dengannya, bahkan dia tidak akan mau berbicara dengan nya untuk sementara waktu.

Play Game With My Enemy (KookMin/ Jikook)Tahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon