Chapter 3

3.5K 373 50
                                    

"Cih, cepat katakan bagaimana game nya ?" Jungkook terseyum miring saat suara penuh keyakinan Jimin menyapa indra pendengarannya. Ia tau jika gadis itu tidak akan menolak kalau ia sudah menantang seperti ini.

"Melakukan hal yang biasa di lakukan sepasang kekasih dengan ku selama seminggu. Dan siapa yang jatuh cinta duluan maka dialah yang kalah. Bagiamana, apa kau setuju, Enemy?"

.

.

FJimin menatap refleksi wajahnya di cermin. Di mulai dari rambutnya yang basah, wajahnya yang terlihat kusut dan hembusan nafas berat yang entah untuk berapa kalinya hari ini ia keluarkan.

"Menyebalkan !" Jimin membersihkan sisa jus jeruk di atas rambutnya dengan gusar. Pikirannya sekarang melayang kemana-mana, terutama ke arah tantangan Jungkook tadi yang tedengar tidak masuk akal. Tapi, entah kenapa ia tidak bisa menolak. Ia hanya takut Jungkook memandang remeh dirinya.

Jimin menghembuskan nafas berat untuk terakhir kalinya sebelum membasuh tangan dan wajahnya, lalu keluar dari toilet dengan langkah malas.

"Aaaa..eottokhe?"Hentakkan kaki Jimin terdengar menggema di koridor sekolah yang telah sepi, wajahnya terlihat gusar. Semakin dekat jaraknya dengan ruang kelas, semakin besar rasa khawatir membuncah dalam dirinya. Apa yang harus ia lakukan di depan Jungkook ? Apa ia sanggup bersandiwara seakan-akan Jungkook adalah kekasihnya? Mengingat jantungnya yang beberapa hari ini selalu berdebar tidak karuan jika di dekat Jungkook. Ia yakin sekali itu semua bukanlah pertanda serius, ia tidak mungkin berdebar pada Jungkook karna dia menyukai namja itu, Tidak ! Tidak akan pernah seperti itu !. Tapi, ia berdebar pasti karna hanya takut Jungkook selalu mempermalukannya kalau ia di dekat namja itu. Dan ia sangat takut kalau....Jungkook mendengar detakkan jantungnya yang berdebum kencang.

Jimin menarik nafas sebelum membuka pintu kelas yang tertutup rapat, sepertinya pelajaran sudah di mulai sedari tadi dan si Jeon sialan itu dengan seenaknya meninggalkannya sendirian di koridor sekolah setelah mengajak bermain game tolol itu.

"Mian ssaem aku terlambat. Tadi aku ke UKS sebentar." Jimin membungkukkan badannya tepat setelah pintu kelas terbuka sempurna.

Kang ssongsaenim yang berdiri di depan kelas dengan kaca mata bulatnya itu memandang Jimin sebentar.

"Duduklah"

Jimin tersenyum sekilas seakan mengucapkan terimakasih pada guru sastra nya itu sebelum melangkah ke arah tempat duduknya. Benar-benar berguna predikatnya sebagai murid terpintar saat ini. Semua guru percaya dengan mudah alasan konyolnya.

Jimin berhenti di depan mejanya, matanya menyiratkan kebingungan dan kemarahan yang menyatu. Apa-apaan ini ! kenapa si kelinci berotot itu sekarang duduk di bangku yang seharusnya di dudukki oleh Jin ?

"Kenapa kau duduk di sini?" Jimin mengepalkan tangannya kuat-kuat. Suaranya terdengar datar dengan beribu emosi yang tersirat. Semua pandangan di kelas terpaku ke arah Jimin dan Jungkook secara bergantian. Huh, sepertinya sebentar lagi akan ada perang Dunia ke-3.

Jungkook berdiri dari duduknya dengan senyuman miring, ia dekatkan tubuhnya ke arah Jimin yang menatapnya sinis.

"Karna mulai sekarang aku adalah kekasihmu" Suara Jungkook yang berbisik di telinganya bagaikan petir siang bolong yang menyambar seluruh tubuhnya. Kata-kata apa itu?!! Menjijikkan !.

Jimin bersiap mengeluarkan emosinya dengan tangan yang semakin mengepal kuat, menampakkan urat-urat tangannya yang menonjol jelas.

"Kau ingat dengan game itu?" Satu kalimat singkat tersebut mampu membuat Jimin kembali mengatupkan bibirnya, merenggangkan kepalan tangannya dan meredupkan mata penuh amarahnya. Hah ! dia baru ingat hal menggelikan itu !!.

Play Game With My Enemy (KookMin/ Jikook)Where stories live. Discover now