Chapter 8

649 30 4
                                    

Gray dan Lucy saling memakaikan cincin ke jari satu sama lain. Semua tamu bertepuk tangan disana. Acara itu sangat meriah mereka juga mengadakan dansa disana. Alunan musik yang romantis menjadi latar suasananya yang indah.

Natsu mengajak Juvia masuk kedalam, udara luar semakin dingin, tak baik untuk kesehatan Juvia. Lelaki itu melihat banyak peserta dansa di sana. Alunan musiknya mulai menyenangkan. Natsu menarik gadisnya untuk bergabung berdansa disana.

Juvia meraih tangan Natsu dan lelaki itu memeluk mesra pinggul Juvia. Mereka mengikuti irama musik yang sangat merdu. Gray yang melihat adegan itu langsung menarik tangan Lucy untuk bergabung.

Saat musik berubah irama para pedansa perempuan akan memutar dan mendapat pasangan dansa yang baru sampai kembali lagi ke pasangan dansanya yang lama.

Irama musik megisyaratkan bahwa pasangan itu harus bergantian. Natsu bersama Erza dan Juvia bersama Jellal. Mereka bergurau di sela-sela dansanya. Beberapa kali mereka bergantian pasangan. Juvia memutar badannya, seseorang menyambar tangannya dan mendekapnya dengan rasa cemburu.

“G-Gray-sama?” Juvia benar-benar merona saat mengetahui teman dansanya saat ini adalah majikannya. Mereka saling tatap, degup jantung mereka sudah mulai tak beraturan. Mata biru navy milik Gray bertemu dengan mata shappire milik Juvia.

Tatapan itu sangat lama sampai pada akhirnya Natsu yang melihat pemandangan itu secara langsung mendekati mereka, menarik tangan Juvia kembali dalam pelukannya. Gray menyadari kehadiran Natsu disana, ia tak ingin membuat keributan dan mempermalukan kedua belah pihak keluarganya.

“Ayo kita pulang, Juvia. Ini sudah sangat larut.” Juvia menatap kekasihnya dan mengangguk, ia menyetujui ajakan pulang lelakinya. Mereka meninggalkan mansion itu dan pulang ke apartemen milik lelaki bersurai merah muda itu.

***

Acara kelulusanpun selesai, mereka berfoto-foto untuk mengabadikan momen-momen berharga ini. Satu kelaspun berfoto bersama untuk kenang-kenangan. Setelah acara selesai, Natsu sebenarnya ingin mengajak Juvia jalan-jalan ke taman yang biasa mereka kunjungi, tetapi tiba-tiba Juvia pingsan dalam pelukan Natsu.

“Juvia, ada apa denganmu? Bertahanlah.” Natsu segera menggendong Juvia, ala bridal style. Ia membawa Juvia memasuki mobil hitam dengan corak api di bagian depan. Natsu memasangkan sabuk pengaman pada kekasihnya, ia menjalankan mobilnya dengan cepat namun hati-hati.

Ia tak ingin mencelakakan dirinya maupun Juvia. “Juvia, bertahanlah.” Natsu sangat cemas sekali ia sangat panik saat itu, dia mencoba untuk tetap tenang agar semuanya baik-baik saja.

Setelah tiba di Rumah Sakit, Natsu membawa Juvia turun dari mobilnya, menggendong gadis bersurai biru yang masih pingsan itu. Natsu segera berlari mencari pertolongan. Petugas Rumah Sakit itu langsung dengan cepat menanggapi pasien. Juvia di bawa ke ruang pemeriksaan. Salah satu perawat itu menyuruh Natsu untuk menunggu diluar. Perawat itu meyakinkan pada Natsu.

‘Semua akan baik-baik saja,’ natsu kebingungan, ia hanya bisa menunggu di luar dan berdo’a, ‘semoga tak terjadi sesuatu padamu, Juvia.’

Tak lama kemudian, dokter keluar dari dalam ruangan itu. “Anda keluarganya?” Dokter itu bertanya dengan nada yang lembut, mengisyaratkan bahwa Juvia masih dapat terselamatkan. Natsu mengangguk singkat mengakui bahwa dia adalah bagian dari hidup Juvia, keluarganya.

“Ahahaha, tentu saja, Anda pasti suaminya.” Dokter itu tersenyum lebar, kabar gembira akhirnya keluar dari mulut dokter tersebut. “Selamat kandungan istri Anda sudah enam minggu.”

Bagai disambar petir jantung Natsu berdenyut sakit. Kekasihnya telah mengandung seorang anak. Bahkan itu bukan anak darinya, melainkan itu adalah anak dari sahabat baiknya, Gray Fullbuster. Natsu mencoba menyembunyikan keterkejutannya, ia mengangguk dan tersenyum singkat pada dokter tersebut.

I'm Your SlaveWhere stories live. Discover now