Buka Buka Buka

143 14 13
                                    

Setelah menyelesaikan soal nomor 15 dan menyimpannya bersama soal-soal lain yang telah di kerjakan, Vito menghampiri meja di mana Ivo sedang duduk sendiri, melamun. Seketika otak jahilnya muncul melihat Ivo yang tidak fokus seperti itu.

Vito berjalan mengendap-endap ke belakang Ivo, lalu saat itu juga mengagetkan Ivo dengan berteriak kencang di telinga Ivo. Ivo langsung terperanjat hampir jatuh dengan tangan kanan menutup telinga dan tangan kiri memegang dada. Seperti yang terlah di perkirakan, Ivo mulai mencak-mencak karena di kegetkan seperti itu, dan Vito akan tertawa kencang hingga matanya menyipit.

"Ih! Vito apaan sih ngagetin segala? Gak boleh gitu sama temen! Kalo Ivo mati gara-gara kaget gimana?!", ucap Ivo dengan​ nada jengkel dan tangan yang menyubit lengan Vito dengan gemas. Tapi tentu saja cubitan itu tidak berarti apa-apa untuk Vito. Vito malah mengacak rambut Ivo, hingga Ivo membelalakan matanya dan kembali dengan omelannya.

"Tuh, kan! Malah ngacak-ngacak rambut, bukannya minta maaf ih Vito! Rambut Ivo kan jadi acak-acakan.", omelnya masih dengan mencubit lengan Vito.

"Ya udah sini Vito rapiin lagi rambutnya.", ucapnya sembari merapikan rambut Ivo, dan memindahkan beberapa helainya ke belakang telinga.

"Taraaaaa! Udah beres deh, rambutnya udah rapi lagi.", kini nada suara Vito terdengar sangat ceria. Seakan telah melakukan hal yang luar biasa.

"Cuma ngerapiin rambut doang juga.", Ivo memutar bola mata malas.

"Dih, sukur-sukur Vito rapiin lagi. Makhluk baik mana lagi yang mau rapiin rambut Ivo?", Vito membela diri.

"Eh iya juga ya. Cuman Vito yang mau beresin rambut Ivo kalo udah acak-acakan."

Iya, Ivo baru menyadarinya sekarang.

"Iya, lah. Cowok yang sayang sama Ivo kan Cuma Vito aja.", ucapnya tulus dengan senyuman. Lalu tangannya terulur mengusap puncak kepala Ivo lembut.

Deg.

Dadanya kembali menghangat, kini hangat di dadanya menjalar sampai ke pipi, Ivo kemudian menunduk menyembunyikan pipinya yang berubah menjadi tomat siap panen.

Ini bukan tentang kepalanya yang di usap, ini tentang siapa yang melakukannya. Perasaan aneh itu kembali muncul. Ivo merasa dadanya hampir meledak. Kini jantungnya berderam kencang. Kupu-kupu juga kembali mengepakkan sayap di dalam perutnya.

"Eh ngomong-ngomong, Vito mau ngasih tau sesuatu sama Ivo."

Ivo menaikkan alisnya menyuruh Vito melanjutkan.

"Vito udah jadian sama Veira tadi malem. Vito udah gakjomblo lagi loh!"

-//-

Buka Buka BukaWhere stories live. Discover now