Scene Nine

18 3 0
                                    

Sebuah asap berwarna hijau pekat muncul dari dalam kotak yang terbuka. Terdengar suara gemuruh yang memekakkan telinga, membuat mereka bertiga terkejut dan cemas kala melihat asap yang semakin membumbung ke atas, menyatu dengan udara di sekitar.

"Aletha, a-apa itu?"

Daniel sedikit takut karena asap itu begitu menyeramkan dan sedikit mengeluarkan bau busuk. Selain itu, mereka masih di kelilingi oleh asap tersebut yang kini berubah menjadi seperti kabut yang tipis. Warna hijau pekat tadi berubah menjadi lebih muda warnanya.

Felix yang melihat itu sedikit kebingungan. Dia menyambar kotak itu dan menutupnya. Sayangnya, asap hijau pekat itu sudah mengangkasa.

"Aletha, kotak apa ini?!" tanya Felix dengan nada tinggi.

Aletha kebingungan, matanya tak menatap Felix, dia memerhatikan ke seluruh arah karena gugup tidak mengerti dengan apa yang baru saja dilihatnya, lantas gadis itu memberi jawaban, "A-aku lupa apa nama kotak itu, ya-yang jelas itu kotak peninggalan Nenekku dan be-beliau berpesan agar tidak membukannya ataupun sampai terbuka," jelas Aletha sedikit tergagap. Dia tampak lebih ketakutan.

Mereka terdiam dan tampak berpikir untuk beberapa saat.

Kemudian sesuatu yang aneh terjadi dengan Daniel.

Laki-laki itu dengan napas tersenggal-senggal memukul-mukul dadanya karena merasa udara tak dapat masuk dengan baik lewat hidungnya. Matanya memerah dengan urat-urat tipis yang tampak jelas. Mulutnya menganga lebar seperi hendak meraup sesuatu.

Lalu tanpa diduga-duga, kedua tangan Daniel terulur ke depan, mencekik leher Aletha. Tenggorokannya mengeluarkan sebuah geraman aneh yang membuat Aletha dan Felix berjengit kaget.

"Da-daniel, apa yang kau lakukan?!" teriak Aletha. Gadis itu terbatuk-batuk. Kedua tangannya memegang tangan kekar Daniel yang dengan kasar semakin mengeratkan cengkeramannya. Aletha kesusahan melepaskan tangan Daniel dari lehernya.

Tanpa pikir panjang, Felix mengambil kotak milik Aletha dan sekuat tenaga memukulkan benda tersebut ke kepala Daniel.

Daniel ambruk dan menggelepar di tanah. Aletha meringis mendengar pukulan yang amat keras. Daniel tak sadarkan diri.

Tangis Aletha pecah. "A-apa yang sebenarnya terjadi?" Aletha terduduk, perlahan terseok untuk mendekat pada  Daniel dan mengguncang tubuh laki-laki itu.

"Daniel, kau kenapa? Bangun! Jangan membuatku khawatir! Daniel!"

Teringat sesuatu, Felix berlari ke dalam Jetfox beberapa saat sebelum kembali dengan membawa sebotol kecil seukuran dengan jari manis. Botol itu seperti tabung elenmeyer hanya saja ukurannya berkali lipat lebih kecil, berisi cairan biru keunguan.

Aletha menyeka air mata dengan punggung tangannya. "Apa itu?"

"Ini obat yang bisa menyebuhkan segala penyakit apapun," jawab Felix. Tangannya berusaha membuka mulut Daniel yang kini justru terkatup rapat. Lalu dia menuangkan cairan tersebut. "Aku membawanya dari Saxon. Semoga obat ini bekerja."

Detik berikutnya terdengar suara batuk dari Daniel dan memuntahkan cairan kental berwarna hitam sangat pekat. Selain itu, dia tampak telah kembali menjadi normal, meskipun wajahnya tampak lebih pucat dan tubuhnya bergetar hebat.

Aletha menghela napas lega. "Oh astaga Daniel..."

Daniel berusaha bangkit dari posisi terkaparnya dibantu oleh Aletha yang sudah memegang tangan dan punggung Daniel. Ketika laki-laki itu berhasil duduk, Aletha langsung berhambur memeluknya. "Aku mengkhawatirkanmu."

Felix mengamati keduanya dalam diam. Laki-laki itu merasakan perasaan asing yang tak pernah dia rasakan sebelumnya. Namun, perasaan itu hanya bertahan selama tidak lebih dari tiga detik setelah dia yakin untuk mengenyahkannya. Karena setelahnya, dia memerintahkan dirinya untuk bangkit. "Ayo kita cari tahu apa efek dari terbukanya kotak itu."

Pandora [Collaboration Project]Where stories live. Discover now