Scene Seven

22 4 0
                                    

"Aletha!"

Beberapa saat sejak Felix meninggalkannya di kamar, terdengar suara teriakan dari teras rumah.

Aletha langsung bergegas keluar dari kamar Felix dan berlari menuju asal suara.

"Daniel? Ada apa? Kenapa tidak masuk kedalam saja." Aletha sedikit heran dengan Daniel yang hanya berteriak dari teras rumah tanpa masuk ke dalam.

"Kau sudah lupa dengan janjimu?" tanya Daniel pada Aletha dengan nada interogasi.

"Oh iya! Sini ikut aku ke halaman belakang." Aletha menarik tangan Daniel menuju halaman belakang.

"L-loh kenapa tidak ada?!" Aletha celingukan mencari benda yang ingin ditunjukkan kepada Daniel.

"Di mana piring terbang itu? Kau tidak sedang berhalusinasi, 'kan?" tanya Daniel. Sebenarnya wajar saja, karena seharian ini dia ikut berpikir banyak tentang penjelasan Aletha yang bercerita mengenai alien tinggal di rumah gadis itu. Daniel hanya ingin memastikan saja.

Aletha yang masih kebingungan tak menghiraukan pertanyaan Daniel. Matanya menelisik lebih jauh halaman belakang rumahnya.

Nihil. Benda besi besar itu tak ditangkap netranya.

Aletha masuk ke dalam rumah, Daniel pun mau tak mau ikut mengekor dari belakang.

"Aletha! Apa yang akan kau lakukan?" tanya Daniel yang kebingungan juga kesal melihat tingkah Aletha.

Aletha diam ketimbang membalas ucapan Daniel, dia membuka pintu kamar Felix.

"Felix! Kemana perginya si piring terbang?" tanya Aletha tak sabaran.

Felix menaikkan sebelah alisnya, "Piring terbang?" tanyanya heran.

Aletha mencari kata dalam kepalanya. "Ah, maksudku kemana perginya pesawat UFO-mu?" ujarnya.

"Kau mau apa dengan Jetfox?" tanya Felix dengan menahan tawanya karena sebutan 'piring terbang' untuk UFO-nya.

"Jetfox?"

"Benda yang kau sebut piring terbang." Felix memberikan senyum konyolnya.

"Dia ingin membuktikan padaku bahwa kau benar-benar alien." Daniel menjawab dengan tenang, menatap Felix tak suka.

Felix tersenyum singkat, namun penuh arti, dia mencari-cari benda kecil yang selalu di bawanya dalam saku.

Felix mulai gelisah, rautnya berubah tegang saat tangannya tak henti untuk membuka satu persatu rak pada meja dekat ranjangnya. Saat dia beralih pada ranjang dan mulai melemparkan bantal-bantal itu ke lantai, Aletha bertanya dengan terheran-heran, "Apa yang kau cari?"

"Snobix," jawabnya singkat. Felix pun beralih pada lemarinya. Mengeluarkan segala isi dan matanya naik turun bak sedang kesetanan.

"Apa itu snobix?" Aletha makin kebingungan dengan benda-benda aneh yang diucapkan Felix.

"Benda kecil yang memiliki banyak tombol."

Aletha mengeluarkan Snobix dari saku celananya. "Apa benda ini yang kau maksud?"

"Hei kau! Berani sekali mencuri snobixku! Cepat kembalikan padaku!" Felix menghampiri Aletha dan berusaha merebut Snobix-nya.

Aletha berjinjit, dia langsung berlari dan bersembunyi di balik tubuh Daniel yang mampu menyembunyikan badan kecilnya. Daniel tentu tak diam, dia menahan Felix untuk tidak mendekati Aletha

"Akan kukembalikan, asal kau menunjukkan UFOmu pada kami," kata Aletha, seketika membuat Felix diam.

Felix menatap Daniel dengan tak suka, kini giliran Daniel menjawab dengan seringai kecil.

Felix mendesah. "Baiklah, ikut aku!"

Felix keluar diiringi dengan Daniel dan Aletha yang bertanya-tanya dari balik punggungnya hingga mereka sampai di halaman belakang.

"Itu Jetfox." Tunjuk Felix pada ruang kosong.

"Eum... Felix? Maksudku benar-benar pesawatmu itu." Aletha mengangkat kedua tangannya tak percaya.

"Berikan Snobixnya dan akan aku tunjukkan Jetfox padamu, dia dalam mode tidak terlihat." Felix tersenyum.

"Hah?" Aletha memasang wajah idiotnya.

Felix mengusap wajahnya kasar. "Astaga! Berikan saja Snobixnya, salah satu tombolnya bisa mengembalikan Jetfox dalam mode terlihat."

Aletha mengangkuk kecil mengerti. "Lebih baik kau tunjukkan tombolnya."

Felix menyeringai. "Biar aku saja."

"Nope! Ini satu-satunya jaminan yang aku punya!" bebal gadis itu.

"Ya sudah lakukan saja sendiri," tantang Felix.

Aletha berdecak kesal. Dia menatap Felix dengan death glare paling mematikan. Namun, Felix memutar bola matanya.

Aletha mulai memencet satu persatu tombolnya dengan asal. Membuat ruang kosong yang sebelumnya Felix tunjuk itu bergerak-gerak tak teratur, mengeluarkan asap khas kendaraan bermotor, juga sesekali terdengar bunyi yang aneh.

Felix melotot tidak percaya. Dia berteriak, "Hentikan! Kau akan menghancurkan Jetfox-ku! Sial!"

Aletha menunjukkan raut bodohnya pada Felix. "Mungkin itu lebih baik."

"Fine! Pencet tombol biru paling besar! Jangan yang lain!"

Gadis itu memencet tombol yang Felix maksud.

Tiiit.

Kemudian piring terbang itu muncul. Jetfox sedang melayang rendah di udara.

Daniel terpukau. Aletha tersenyum. Felix kesal.

Pandora [Collaboration Project]Dove le storie prendono vita. Scoprilo ora