Scene One

81 11 1
                                    

Setelah sekian lama, Aletha melihat kotak itu lagi.

Semua ini karena Daniel. Tadi pagi, laki-laki itu meminta Aletha mengembalikan buku yang dia pinjamkan sejak lama. Aletha bahkan sudah lupa di mana dia meletakkan buku sialan itu. Jadi, dengan amat terpaksa Aletha membongkar hampir seluruh isi kamarnya. Ruangan berukuran 4x4 itu kini terlihat seperti area yang baru saja digunakan sebagai medan pertempuran antara manusia dan alien.

Tunggu, memangnya alien benar-benar ada? Ah, Persetan dengan alien. Bukannya menemukan buku milik Daniel,  Aletha justru menemukan kotak peninggalan neneknya yang sudah lama tidak dilihatnya.

Sebenarnya, Aletha sedikit penasaran dan sempat berpikir untuk membukanya. Tetapi dia teringat pesan neneknya saat itu.

"Aletha, jaga kotak ini baik-baik. Jangan sampai kau membukanya."

Maka dari itu Aletha tak berani membukannya dan hanya menyimpannya saja sesuai dengan permintaan nenek. Meskipun rasa penasaran bercokol di hatinya.

Aletha meletakkan kotak itu di atas pangkuannya.

"Aku lupa nama kotak ini," gumam Aletha sambil terus menatap kotak tersebut.

Saat asyik dengan pikirannya, tiba-tiba pintu kamar Aletha terbuka.

"Astaga! Kau habis berperang dengan siapa?" tanya Daniel yang tak lain adalah orang yang membuka pintu kamar Aletha.

Aletha hanya melirik Daniel sekilas lalu kembali fokus dengan kotak yang dipegangnya.

Merasa tidak diacuhkan, Daniel kembali bertanya, "Kau sudah menemukan bukuku?"

"Belum," gumam Aletha.

"Kalau begitu kenapa kau hanya duduk-duduk saja dan menatap kotak tak jelas itu bukannya mencari bukuku," cerocos Daniel.

Aletha mendongakkan kepala, menatap Daniel cemberut. "Kau pikir aku tidak berusaha mencarinya? Lihat sekelilingmu, kamarku berantakan karena seharian ini aku mencari buku sialanmu itu. Tapi, sepertinya buku itu hilang ditelan bumi. Aku tidak bisa menemukannya."

Daniel mendesah, dia memberikan seulas senyum yang tak Aletha sadari. Laki-laki itu pun akhirnya masuk dengan langkah lamban, memutuskan duduk di sisi ranjang setelah berusaha melewati setumpuk kekacauan. Dia melihat-lihat benda-benda yang Aletha keluarkan dari persembunyiannya hingga matanya menangkap sebuah foto kecil mereka berdua. Lagi-lagi dia tersenyum.

"Kapan kau akan berhenti ceroboh?" gumam Daniel.

"Itu salahmu, kenapa tiba-tiba menanyakan buku yang entah kapan aku pinjam." Aletha berujar kesal.
Dia tak kunjung melanjutkan pencariannya. Namun, perhatiannya raib ditelan kotak lama yang tak dia lihat.

"Menurutmu, apa isi kotak ini?" tanya Aletha, tanpa sadar mengutarakan rasa penasarannya.

Daniel memicing mata, meletakkan foto yang dia lihat tadi.

"Mungkin sebuah harta karun berisi emas," ujar Daniel sekenannya.

Aletha mendesis dan memukul tangan Daniel.

"Aku serius, Daniel."

Daniel tertawa kecil dan berucap, "Entahlah, coba saja kau buka jika membuatmu penasaran."

"Apakah kau lupa, Nenekku melarang membukannya," ujar Aletha sambil terus menatap kotak itu.

Daniel mengambil alih kotak itu dari Aletha dan menelitinya dengan kening berkerut. "Lalu apa tujuan nenekmu memberikan kotak ini jika dia melarangmu membukanya?"

Aletha menghela napas. Terlalu banyak pertanyaan mengenai kotak ini ketimbang jawabannya.

Pandora [Collaboration Project]Where stories live. Discover now