Part 32 - Sorry Harry

2.6K 128 2
                                    

Pagi ini Harry tidak bisa menjemputku, dia harus berangkat lebih awal dibanding denganku. Sibuk sekali. But, it’s okay. That’s kind of my consequence.

Akupun bersiap untuk berangkat ke sekolah. Kuikat tali sepatu converse putihku lalu kukunci pintu utama flatku dan mulai berjalan menuju mobilku.

Aku mulai menyalakan mobilku. Tidak bisa. Sekali lagi. Tetap tidak bisa. What the hell is going on? Kulihat jam ditanganku, waktu sudah amat sangat mepet. Oh shit.

Segera aku turun dari mobil dan berlari menuju halte bus. Tapi ketika hampir sampai, kulihat bus merah sialan itu sudah berjalan menjauh dari halte. Okay, this is my fucking bad day. Ugh, fucking car.

“Hey!” tiba-tiba mobil Audi hitam berhenti di depanku.

“Petter! Hey!”

“Tertinggal bus, huh?” tanyanya.

Yeah, as you see.” 

“Naiklah.” Tawarnya.

“Umm...” 

“Kau mau jika hari ini kau tidak bisa mengikuti pelajaran pertama karena terlambat?” tanya Petter.

“Ugh, tentu saja tidak.” aku memutar kedua bola mataku lalu membuka pintu mobil Petter. Kuputuskan untuk ikut dengan Petter karena aku yakin jika aku harus menunggu bus merah bodoh yang selanjutnya, aku akan terlambat.

Thank you Petter for the ride. Jika kau tidak ada tadi, aku bersumpah sekarang aku sudah kembali ke alam mimpiku.” Ucapku saat kami –Aku dan Petter- sudah sampai di depan sekolah. Petter tergelak mendengar ucapanku.

It’s okay. Don’t ever noticed it. Aku juga bisa mengantarmu pulang.” Tawarnya.

“Tidak perlu, aku akan dijemput oleh kekasihku.” Tolakku sambil tersenyum.

“Oke, jika kau butuh tumpangan lagi, just call me.” Ucap Petter sembari menaikkan kedua alisnya tanda menggodaku. Hanya bercanda. Aku tau itu.

Ugh, shut up. Ayo masuk.” Ucapku memutar mata disusul gelak tawa Petter. Kamipun turun dari mobil dan masuk ke dalam sekolah.

“Kelas pertamamu apa?” tanya Petter.

Math, you?”

Biology. Jadi, kau belok kanan dan aku belok kiri?” tanyanya lagi sambil menunjuk kearah koridor.

“Menurutmu?” aku balik bertanya sembari menunjukkan raut wajah mengejek.

Ugh, okay see you aroud April.” Jawab Petter saat kami tiba di koridor yang akan memisahkan kami.

Yup. Once again, thanks Pett! See you!” ucapku lalu melambaikan tangan kearah Petter.

Lalu aku melangkahkan kakiku menuju kelas. Tiba-tiba saja ada yang mencolekku dari belakang. Saat aku menoleh, aku menemukan Hayley dengan raut wajahnya yang shock. Ada apa dengannya?

“Jadi ini benar kau?” tanya Hayley.

What do you mean?” aku balik bertanya sembari mengerutkan keningku.

“Aku melihatmu berjalan dengan Petter. Kukira itu bukan kau, tetapi setelah kuamati, itu memang benar kau.” 

“Lalu?” tanyaku masih dengan raut wajah yang sama seperti sebelumnya.

“Kau berjalan dengan Petter! Petter, April! Petter!” jawab Hayley membelalakan kedua matanya.

Oh come on! Memangnya kenapa jika aku berjalan dengannya?”

“Petter itu salah satu siswa paling keren disekolah kita, April! Kau tidak tau?” tanya Hayley. Sekarang matanya sudah hampir keluar dari kelopaknya. Ugh, tentu saja aku bercanda.

“Lalu? Aku harus apa?” ucapku mengikuti raut wajah Hayley. Tetapi mataku tidak sampai keluar.

“Ugh, kau ini! Hati-hati April, jangan sampai kau berpaling dari Harry.”

“Kau ini bicara apa? Aku dan Petter hanya berteman. Tadi pagi mobilku yang paling baik itu tidak bisa menyala dan aku terpaksa naik bus, tetapi stupid red bus itu meninggalkanku di halte. Lalu kemudian Petter lewat dan memberiku tumpangan. Itu sama sekali tidak disengaja.” Jelasku panjang lebar.. kulihat bibir Hayley membentuk huruf ‘O’ sekarang.

“Well, aku hanya memperingatimu. Jangan sampai kau jatuh hati dengan Petter.” Ucap Hayley.

“Ugh, shut up. Kau dengar bel bodoh itu sudah berbunyi, bukan? Ayo ke kelas.” Jawabku kemudian merangkul Hayley dan kamipun tertawa bersama. 

Louis’s POV

“Kau kenapa, Lou?” tanya Zayn.

“Kenapa apanya, Zayn?" jawabku mengerutkan kening.

“Tidak perlu menutupinya lagi, Louis. Katakan pada kami, ada apa antara kau dan Candice?” timpal Harry. Oh, ini pasti karena perlakuanku pada Candice tadi.

*flashbackon*

“Hey, aku mau ke supermarket depan. Apa ada yang mau menitip sesuatu?” tanya Candice pada seluruh orang yang ada diruang make up –aku, the boys&4 model movie clipku-

“Aku haus, aku titip minuman, ya. Apa saja.” Ujar Harry.

“Aku juga, tetapi dengan keripik kentang, ya.” Kalian tau, kan, itu siapa? Iya, Niall.

“Belikan saja minuman segar untuk kami semua, Candy. Dan beberapa keripik kentang.” Kata Liam.

“Aku minta air mineral saja.” timpal Zayn.

“Okay. Umm, Louis.. Kau mau titip sesuatu?” tanya Candice padaku.

“Tidak.” Aku hanya meliriknya malas dan menggelengkan kepalaku 2 kali.

“Serius? Kalau kau mau sesuatu aku bisa mem—“

“Tidak. Jika aku bilang tidak, ya tidak!” bentakku dan beranjak keluar dari ruangan.

*flashbackoff*

“Kau tau? Tadi Candy hampir menangis karena kau membentaknya.” Kini Liam yang bicara.

“Ayolah, ceritakan pada kami apa yang sebenarnya terjadi.” Pinta Niall sembari memasukan ponselnya ke dalam saku celananya.

“Ugh, aku bingung sekali.” Kataku.

“Kau bisa mempercayai kami, Louis.” Ujar Liam disusul anggukan ketiga sahabatku yang lain.

Hayley’s POV

Bip

From: Niall<3

Hayley sweety, maaf aku tidak bisa menjemputmu hari ini, aku blm selesai ;( xx

To: Niall<3

It’s ok, lagipula aku bawa mobil hari ini. Gdluck sweetheart ;) xx

Akupun mulai berjalan keluar sekolah dan menuju mobilku. Tapi ada sesuatu yang menarik perhatianku.

“April dan Petter?” batinku.

Ya Tuhan, April baru saja masuk kedalam mobil Petter. Tidak bisa dibiarkan. Aku tau bagaimana Petter. Tanpa ia harus menebarkan pesonanya, setiap gadis yang mengenalnya pasti akan menyukainya. Bagaimana tidak? Ia tampan, pintar, dan berbakat dalam bidang olahraga maupun musik. Perfect boy.

Bip

From: Niall<3

Thanks love. Harry bilang padaku, dia titip April padamu ya haha xx love yoooou!

Ya tuhan. Niall, apakah kau tau apa yang baru saja aku lihat? Ugh, maafkan aku Harry. 

 .

Pict of Hayley on multimedia >> cantik ya! hehe

Half A HeartWhere stories live. Discover now