"Kita ke kantin!" Ajaknya.

"Pembicaraan ku dengan tuan putri ini belum selesai!"

"Aku lapar. Kau mau ikut atau tidak?" Desak Archer.

Amber tidak memiliki pilihan lain karena ia sadar bahwa Archer sedang mencoba untuk melerai perdebatan yang sebentar lagi akan menjadi sebuah perkelahian. Amber tidak terlalu feminin, bertarung secara fisik bukan masalah untuknya. Tapi, lawannya adalah Rose si putri kampus yang memiliki segudang penggemar dan tentu akan membuatnya kerepotan dikemudian hari.

"Baiklah, ayo pergi!"

Amber merangkul bahu Archer yang jelas lebih tinggi beberapa cm dari dirinya. Ia melakukannya dengan mudah, tanpa rasa canggung dan tentu merebut perhatian orang-orang di sekelilingnya. Pada akhirnya Amber adalah teman pertama yang dimiliki oleh seorang Archer Collins dan ia adalah seorang wanita.

Tentu saja semua itu semakin membuat Rose merasa kesal. Ia langsung duduk di tempatnya dengan kasar sedangkan teman-temannya hanya memberikan tatapan dalam diam. Enggan mengganggu Rose.

**

Chris duduk di tepi lapangan sambil menatap ke arah segerombolan mahasiswa yang sedang bermain bola basket. Ada Elois di sana. Begitu juga dengan Luke. Para gadis-gadis sibuk melakukan hal-hal aneh di tepi lapangan itu untuk menarik perhatian keduanya. Sekarang, Elois memiliki segerombolan kecil penggemar dan Chris tidak terlalu menyukainya.

"Chris!" Seru salah satu mahasiswa di sana ketika ia tanpa sengaja melempar bola ke arah yang salah.

Orang-orang menatap ke arah Christina yang sedang berkumpul bersama teman-temannya itu. Kecepatan bola melaju tidak bisa diprediksi karena mahasiswa itu melemparnya dengan tenaga yang cukup kuat. Chris memejamkan matanya, menantikan sesuatu terjadi pada dirinya.

Namun tidak ada yang terjadi selain ia merasakan bahwa seseorang memeluk dirinya.

Buk!

Bola itu tepat menghantam kepala belakang Elois. Membuat ia seketika limbung dan berlutut di lapangan. Orang-orang segeda berkerumun untuk memastikan keadaan Elois.

"El!"

Chris tidak tahu apa yang terjadi selama beberapa detik sampai Luke datang dan meneriakkan nama Elois. Ia tersadar lalu segera berlutut di hadapan Elois dan memegangi kedua pipi lelaki itu dengan tatapan khawatir.

"El? Are you okay?" Tanya Chris.

Tidak ada jawaban.

Elois dapat merasakan kepala belakang dan lehernya sakit. Ia tidak bisa membayangkan jika Chris yang terkena bola itu, sudah pasti ia akan jatuh pingsan.

"Kita harus membawanya ke ruang kesehatan!" Ucap Luke yang langsung meraih tangan Elois dan memapahnya. Chris bergegas mengikuti keduanya dan meninggalkan teman-temannya di sana.

"Kurasa Chris menyukai pria bernama Elois itu." Ucap Linda yang langsung disetujui teman-temannya yang lain.

Chris duduk di tepi tempat tidur sambil menatap wajah tenang Elois. Begitu mereka sampai di depan ruang kesehatan, Elois langsung merasakan kepalanya berkali lipat lebih sakit dari sebelumnya hingga Luke memberikan obat pereda sakit yang memberikan efek samping rasa kantuk. Merasa tugasnya sudah selesai dan Chris enggan beranjak, akhirnya Luke meminta gadis itu tetap di sana sementara ia akan mengikuti mata kuliah berikutnya untuk menggantikan Elois mencatat.

Ia tahu bahwa Elois sangat sensitif dengan masalah nilai.

Chris menatap wajah itu dalam diam. Hanya ada keheningan di sana sampai suara deru nafas Elois terdengar begitu jelas dan berirama ditelinganya.

Ia mengulurkan tangannya, menyentuh setiap inchi wajah Elois dengan jari telunjuknya. Sangat tampan. Ia ingat bagaimana cerita-cerita yang selalu ia dapatkan dari Casandra dengan betapa sempurnanya rupa seorang Max Lynford bahkan mampu membuat para saudarinya sendiri jatuh cinta. Max seperti sebuah tolak ukur.

Chris tidak percaya semudah itu. Usia pamannya sudah tidak lagi muda meski masih ada ketampanan yang terlihat di sana. Menyukai saudara sendiri adalah sebuah hal yang salah sampai ia ingat bagaimana dirinya bertemu dengan Elois. Begitu rupawan dan memesona. Bahkan dalam diamnya, ada sisi karismatik yang tidak bisa ditolak.

"Aku terlalu banyak bergaul dengan Tante Sandra." Keluhnya sambil menarik tangan dan menggelengkan kepala.

Ia menghela nafas sejenak sebelum akhirnya memilih untuk tidur di ranjang kosong yang ada di dekat Elois.

**

"Kau tahu? Tadi ada kejadian menarik di lapangan!" Salah satu gadis penggosip dikumpulan Rose mulai membuka mulutnya dan mengundang rasa penasaran.

"Ada apa?"

"Ku dengar kalau Elois hampir jatuh pingsan."

Mendengar satu nama itu langsung menarik perhatian Rose. Ia langsung memasang pendengarannya tajam-tajam.

"Ada apa?"

"Saat para mahasiswa sedang bermain basket, salah satu orang di sana tidak sengaja melemparkan bola dengan kuat ke arah Chris. Elois menyelamatkan gadis itu dan membuat bola tersebut menghantam bagian belakang kepalanya dengan keras."

Rose langsung mengernyitkan dahinya. Setelah Amber menghalangi usahanya untuk menyakiti Chris dan menarik perhatian Archer sekarang Chris kembali muncul bersama Elois yang baru saja menjadi seorang pahlawan.

"Bagaimana keadaan Elois?" Tanya Rose dengan nada khawatir.

"Apa kau khawatir?" Tanya salah satu temannya dengan nada heran. Bukankah misi mereka mendapatkan pangeran dari keluarga Collins bukan Elois yang bahkan tidak terlalu terkenal.

"Tentu tidak. Hanya penasaran seberapa kuat lemparan bolanya." Jawab Rose dengan santai. Ia berusaha kembali menguasai dirinya.

"Sangat kuat. Elois tidak bisa berdiri, ia berlutut di lapangan dan Luke memapahnya menuju ruang kesehatan."

Mendengar hal itu, Rose langsung beranjak dari kursinya.

"Aku harus ke toilet." Ucapnya berbohong.

Teman-temannya hanya menganggukkan kepala dengan heran sedangkan Rose segera pergi meninggalkan ruang kelas menuju ruang kesehatan. Ia melangkahkan kaki cukup cepat hingga akhirnya ia berdiri di depan pintu dan membukanya dengan perlahan. Ia masuk, tidak ada dokter penjaga di sana sehingga ia memutuskan untuk ke dalam dimana ada berjejer ranjang rawat.

Langkah kakinya terhenti.

Ada Chris di sana, menyentuh wajah Elois dengan jemarinya. Rose mengepalkan tangannya dengan kuat sambil menatap Elois yang terpejam dan Chris bergantian sebelum akhirnya ia memutuskan untuk pergi dari sana.

Ia menutup pintu di belakangnya dan bersandar sejenak sambil menghela nafas. Ia menatap tajam lurus ke depan sebelum akhirnya meninggalkan tempat itu.

Kau akan menyesalinya, bisik Rose dalam hati.

To be continue...

Let's stream Kokobop and waiting for The War next album Hheee... Btw, I love "Forever" in The War album.

Closer [END]Dove le storie prendono vita. Scoprilo ora