Propose

7.6K 595 44
                                    

enJOY

.

Sebagai seorang mantan nuke-nin kelas atas, tentu Uchiha Sasuke tidak peduli dengan apa yang warga desa bicarakan tentang dirinya. Apalagi kebanyakan dari warga desa hanya bisa membicarakan hal buruk. Contohnya; "Kenapa penghianat Uchiha itu tidak di hukum mati saja?" atau "Kenapa Uchiha itu tidak di tahan di penjara selamanya?"

Sasuke sudah kebal. Sejak ia menjadi nuke-nin pun, Sasuke sudah menutup telinga rapat-rapat agar tidak mendengar hal buruk itu. Terkecuali jika ada yang menghina sang kakak, maka Sasuke tidak akan tinggal diam untuk membunuh sang pelaku di tempat dengan chidori.

Semua warga desa di mata Sasuke adalah orang-orang munafik. Bahkan si bungsu Uchiha ini sama sekali tidak percaya dengan para nakama. Ia yakin jika para nakama selalu berbicara buruk di belakangnya, hanya karena Sasuke seorang nuke. Kecuali Naruto dan Sakura.

Tidak mudah bagi Sasuke untuk memberikan kepercayaan miliknya. Semua orang di dunia ini selalu memakai topeng untuk menutupi kebusukan hati mereka.

Sasuke tidak pernah percaya apapun kebaikan yang orang beri untuknya. Mereka hanya ingin memanfaatkan Sasuke saja. Contoh saja seperti saat perang dunia ke empat. Memang ada yang peduli soal Sasuke saat ia mengerang kesakitan? Tidak. Tidak ada. Kecuali gadis itu. Ya. Satu gadis yang bahkan tidak pernah mengobrol dengannya. Gadis bersurai indigo yang selalu memfokuskan mata pada seorang Uzumaki Naruto yang tiba-tiba saja memilih menolong dirinya yang sekarat.

Saat itu, semua orang mengabaikannya. Dan memilih untuk menolong sang pahlawan dunia. Tapi gadis itu berbeda. Walaupun amethys si surai indigo tidak dapat berbohong dengan memperlihatkan kecemasannya pada Naruto, tapi ia tetap memilih menyelamatkan Sasuke yang kesakitan sendiri.

"Kau melamun lagi sendirian." Suara bariton yang dikeluarkan si surai raven, mampu membuat sang gadis bersurai indigo yang tengah duduk di atas roka (1) menoleh ke arahnya. Sebuah senyum tersungging manis di wajah cantik Hyuuga Hinata saat melihat Sasuke duduk di sebelahnya.

Uchiha Sasuke nampak menawan kali ini. Pria itu memakai hakama(2) berwarna hitam yang terlihat sangat pas di tubuh kekarnya. Hinata yakin, jika para kunoichi akan terpesona dalam sekali lihat ketika memandangi Sasuke sekarang.

"T-tidak Sasuke-kun." Hinata kembali tersenyum tulus. Senyum yang selalu membuat Sasuke tenang hanya dengan melihatnya. Bahkan salju putih yang sedang turun didepan mata dan menghiasi pepohonan tidak menarik di mata Sasuke. Hanya Hyuuga Hinata yang bisa memfokuskan pikirannya pada satu titik.

"Kau berbohong." Jemari si surai raven terulur untuk menyentuh pipi Hinata yang terasa dingin di telapak tangan.

"Tidak. A-ada apa kau ke sini Sasuke-kun?" Hinata menundukkan kepala. Enggan menatap onyx si bungsu Uchiha yang menatapnya tajam. Karena bagaimanapun juga, tatapan Sasuke selalu membuat Hinata tidak dapat berkutik di tempat.

"Mengingat lagi Naruto, huh?" Bukannya menjawab, tapi Sasuke malah mengalihkan pembicaraan. Satu jari pria itu bergerak ke arah dagu. Hingga Hinata mengadah ke arahnya. Amethys itu terkunci sepenuhnya oleh onyx sekelam malam milik si Uchiha terakhir.

"Dia sudah bersama Sakura. Kau hanya perlu melihatku saat ini, Hinata." Kedua tangan menangkup pipi Hinata. Mengelusnya dengan lembut. Hingga membuat sang gadis menahan napas akibat sentuhan kecil dari sang pria tertampan di Konoha.

Sasuke tidak berbohong ketika mengatakan ingin menjadikan Hinata miliknya. Lalu membawa gadis itu keluar dari Konoha. Ia serius. Karena bagaimanapun, Sasuke jatuh cinta pada Hinata ketika pertama kali gadis itu menolongnya.

Propose Marriage Where stories live. Discover now