Apa aku pantas menyebut Reihan 'si brengsek'?

"Kei!" seru Vita yang berada di ambang pintu, "Niken gimana?" tanyanya kemudian saat sudah duduk di sampingku.

Aku menghela napas, "Ya begitu, Vit. Gue gak tau keadaannya sekarang, soalnya gue chat dia gak bales,"

"Emang kronologisnya gimana? Kenapa mendadak gini, sih?!" tanya Vita yang terlihat emosi.

"Gue juga gak tau, Vit. Semalem Niken gak terlalu banyak ngomong, dia cuma nangis sepanjang malem. Yang gue tau mereka putus tanpa sebab dan itu bikin gue kesel sendiri sumpah!" tukasku sembari mengepal telapak tanganku sendiri.

Brukk.

Seketika Vita menggeprak meja kencang sembari berdiri, "Anjir banget dia berani nyakitin sahabat gue kaya gini! Mana orangnya? Mana?!" teriaknya yang membuat seisi kelas menjadi bungkam.

Aku menarik tangan Vita untuk duduk kembali, "Udah tenang dulu, nanti kalo ada orangnya baru lo boleh marah,"

Vita pun menurutiku, dia menatap tajam meja yang tak bersalah.

Beberapa saat kemudian Aurel datang dengan wajah senang seperti biasanya.

"Morning everybody." sapa Aurel dengan senyum yang tak wajar untuk saat ini.

"Loh kok pada kesel gitu mukanya? Belum dapet asupan pagi yaaa?" lanjutnya seratus persen sadar.

Vita menoleh ke arah Aurel "Rel, Gak lucu!" ketusnya kesal.

Aurel terdiam, dahinya berkerut samar, "Kok sewot, sih?" tanyanya bingung.

"Lo gak liat line? Gak tepat tau, bercanda di saat kayak gini." jawab Vita lalu mengalihkan pandangannya.
Sebaliknya, Aurel beralih menatapku penuh tanya.

"Niken putus sama Reihan." ucapku tanpa ditanya.

"P-putus?"

Reaksinya sama dengan yang aku tunjukkan semalam. Namun tanpa menanyakan sebab atau apapun, Aurel langsung duduk terdiam dengan tatapan kosong.

Triinngggg.

Bel masuk berbunyi, tapi Reihan masih belum menunjukkan batang hidungnya.

Dan Niken juga.

Melihat dari kondisinya semalam, mungkin Niken tidak akan masuk hari ini.

"Selamat pagi semua," sapa Bu Ratna yang saaaangattt tepat waktu.

"Sekarang masukkan buku kalian dan keluarkan kertas lembar, kita akan melakukan ulangan harian." ujarnya dengan senyum tanpa dosa.

"Hah?" serentak kami merasa kaget.

"Gak usah banyak bicara, sekarang cepat laksanakan!" perintahnya yang tentu saja membuat seisi kelas panik.

Gumaman yang kuyakini sebagai umpatan itu mulai terdengar riuh di telingaku.

Ah, Aku benar-benar belum siap, semalam aku tidak sempat belajar sedikitpun.

Rasanya moodku ditakdirkan berantakan untuk hari ini. Argh.

Tok tok tok.

Suara ketukan pintu membuat seisi kelas refleks melihat ke arah sana.

Terlihat seseorang berdiri dengan wajah panik di ambang pintu. "Maaf bu saya telat," ujarnya sembari menghampiri Bu Ratna.

Aku mengalihkan pandangan kepada Vita yang sudah menatap kesal pada orang yang tengah salim dengan Bu Ratna.

Only HopeWhere stories live. Discover now