Rey mengangguk,
"Gue nggak papa, gue pulang dulu ya. Bye," ujar Rey sambil tersenyum manis

Rey pergi dari rumah yang menyisakan kenangan pahit dalam hidupnya itu, ia melihat kearah bundanya yang menangis tersedu - sedu sambil terus meminta maaf kepadanya

"Aku bukan anakmu, jadi jangan perdulikan aku. Urus saja anakmu yang tidak tau diri itu," teriak Rey kepada Lidia

*******

Olive menatap Ryan kesal, keheningan tercipta diantara keduanya. Hanya suara angin yang mengisi keheningan diantara mereka.

"Apa yang dia ceritakan ke lo?" tanya Ryan berusaha memecahkan keheningan.

"Apa itu penting? Atau lo takut semua kebusukan lo itu kebongkar?" jawab Olive sinis

"Liv,"

"Gue nggak nyangka ya bisa jatuh cinta sama orang sejahat lo," teriak Olive

"Liv dengerin penjelasan gue," ujar Ryan

"Apa lo masih ngerasa jadi orang paling suci dimuka bumi ini?"

"Liv dengerin gue dulu,"

"Oh atau lo masih mau jadi perebut kebahagiaan orang?"

Ryan sudah kehilangan kesabarannya,
"Olive," bentaknya kasar sambil menatap marah kearah Olive

"Iya gue emang udah ngelakuin kesalahan dan kesalahan gue itu nggak pernah bisa dimaafkan. Gue cuma manusia biasa, bukan malaikat yang nggak punya dosa, dan saat itu gue cuma anak kecil yang dipenuhi rasa cemburu, sama seperti lo yang iri dengan kebahagiaan Alif," ujar Ryan lirih

"Tapi gue nggak pernah berusaha ngerebut kebahagiaan Alif," ujar Olive ketus

"Gue tau itu kesalahan gue. Dan gue udah minta maaf berkali - kali ke Rey, tapi dia bahkan ngancam buat ngancurin hidup gue dan ngambil semua yang gue miliki," lanjut Ryan

"Gue nggak percaya,"

"Terus lo kira kenapa gue sampai pindah keluar negri dulu? Lo tau nggak, gue bahkan harus rutin ke psikiater selama 2 tahun hanya untuk bebas dari kenangan buruk tentang dia. Lo tau kenapa mama gue segitu takutnya sama dia? Karena dia berbahaya Liv," ujar Ryan sendu

Olive bingung siapa yang harus dia percaya saat ini. Rey adalah sahabatnya sedangkan Ryan adalah cinta pertamanya

"Sudah cukup, hentikan. Itu urusan kalian, jangan bawa - bawa gue. Lo bisa keluar dari kamar gue sekarang," ujar Olive sambil mendorong Ryan keluar dari kamarnya

Pikiran Olive benar - benar kacau. Siapa yang harus ia percayai saat ini? Ryan sahabat kecilnya ataukah Rey sahabatnya kini?

Olive menunduk kecewa, namun bingung kecewa karena apa. Apakah karena ia tahu sifat asli Ryan atau karena ia tidak tidak tahu bahwa Ryan memiliki saudara? Atau karena keduanya? Entahlah, tapi ia benar - benar merasa kecewa

Pertemuannya dengan Rey dan Ryan, apakah ini takdir yang Tuhan gariskan untuknya? Sungguh, jika ia bisa memilih yang dia inginkan hanyalah tidak terlibat dalam masalah yang rumit ini, karena untuk mengurus hidupnya yang rumit saja ia tak mampu.

"Tuhan. Takdir ini sangatlah kejam. Aku tidak menginginkannya, maka hapuslah takdir dalam hidupku, biarkan aku sendiri yang mengatur hidupku, bukan takdirMu,"

*******

Rey berjinjit, mengintip seorang gadis cantik yang memiliki senyum manis yang selalu meneduhkan hatinya.

"Ryan, apakah kau akan bermain dengannya lagi hari ini? Aku ingin ikut,"

"Tidak, aku tidak akan mengizinkanmu untuk bermain dengannya. Ia tidak akan mau bermain dengan anak jelek sepertimu. Lebih baik kamu membereskan kamarku dan kerjakan pr ku juga,"

Rey menunduk sedih, namun kemudian kembali tersenyum,

"Katakan padanya, aku menyukainya. Jika ia sudah mau bermain denganku, ajak aku untuk bermain bersama kalian,"

"Tidak,"

Bersambung~

Heyhoo~ udah lama ya nggak update:'v sempet lupa juga sama cerita ini :'v soalnya udah nggak pernah buka wattpad lagi :'v sekarang udah kelas 3 jadi nggak bisa sesering dulu updatenya tapi bakalan diusahain kok xD (padahal dari dulu mah ngaret xD ) makasih buat yg setia nungguin cerita gj ini xD (emang ada? xD ) makasih buat yg selalu like + komen xD itu udah kayak vitamin penyemangat buat aku. Sekali lagi, makasih buat kalian readers2 tercintahh yg tetep nungguin cerita ini😘😘😘

It's Me (Complete)Where stories live. Discover now