Curiga

7.9K 426 4
                                    

Sinar matahari menukik tajam menembus jendela besar dikamar sederhana itu, membuat seseorang yang sedang terlelap didalamnya terbangun oleh cahayanya yang menyilaukan.

Olive menguap panjang lalu menatap malas kearah jam didinding didepannya.

"Omaigat jam 08.00? Mampus gue terlambat," Olive bergegas turun dari tempat tidurnya dan baru menyadari hal aneh tentang kamarnya pagi ini.

"Ini kan...." Olive berusaha mengingat memorinya tadi malam

"Rumah Reynald?" ia membelalakkan matanya, lalu segera mengecek pesan masuk yang ada diponselnya.

Oktaf Cempaka
Yang sekolah hari ini Alif?
Liv bales cepet
Liv?
Liv lo dimana?
Buset nona woi bales chat gue-"-
Anjir sedih dikacangi-"-
Oke fiks aku rapopo:"
Beneran nih ga dibls?
Liv
Liv
Liv
Liv lo dirumah Rey?
Liv buset lo marah sama gue?
Liv aku hampa tanpamu T_T
Lo lagi boker ya? Lama amat
Oke fiks bls kalo lo lagi mood aja:"

Olive merasa jengkel namun juga ingin tersenyum melihat sifat temannya yang kelewat lebay itu, segera ia membalas pesan itu agar Oktaf berhenti membuat ponselnya terus berdering

Olive Arabella
Iya gue lagi dirumahnya Rey T_T gue nggak mau pulang kerumah mlz~ lo awasi terus si Alif jangan sampai bikin masalah. Oiya sbb gue baru bangun wkwkwk xD

Oktaf Cempaka
Sbb? Sori baru butuh? :'v oke madam siap laksanakan~ tapi kayaknya Rey mulai curiga deh

Olive membaca pesan Oktaf dengan menggigit kuku jarinya yang mulai memutih, ia bingung harus bagaimana. Sudah sangat jelas semuanya akan terbongkar. Tinggal menunggu tanggal mainnya.

"Pokoknya gue harus pergi dari sini dulu," Olive bergegas mengambil handuk untuk menumpang mandi kemudian mengenakan kembali pakaian yang sama dengan semalam, lalu segera meninggalkan rumah kecil milik Reynald.

*******

Pelajaran matematika yang sangat membosankan membuat sebagian besar spesies dikelas X Ips 2 menguap lebar tidak dapat menahan kantuk, bahkan banyak pula yang tertidur. Sementara itu, Rey dan teman - temannya, panggil saja geng zonk~ sedang asik menentukan bagaimana cara kabur tanpa ketahuan selesai jam pelajaran ini.

"Kita lewat parkir belakang aja, naik keparkiran atas, terus loncat," Veno, yang memiliki gigi paling offside alias maju kedepan selalu merencanakan hal - hal yang tidak masuk akal.

"Lo kira kita boboi boy yang punya kekuatan super buat terjun dari lantai 2? Pass.. Pass... Yang laen?" Teda yang sering dipanggil Ipin karena kepalanya tidak dapat ditumbuhi rambut yang menjadi ketua mereka menolak ide Veno.

Sementara itu, Rey justru terfokus kepada sahabat barunya yang tengah bersemangat dengan pelajaran matematika, bahkan mungkin hanya satu - satunya orang yang terlihat semangat.

"Alif kesambet apaan? Kok rajin banget?" Rey terus memandangi Alif lalu menemukan kejanggalan disana.

"It's not you," gumam Rey pelan.

******

"Lo siapa?" Rey menatap tajam kearah Alif yang terkunci disudut ruangan, sesekali melihat kearah ponselnya untuk mencari tahu siapa pemuda menyeramkan didepannya ini

"A.. Aku.. Aku Alif," Alif gemetar. Sebelumnya tidak ada orang yang berbuat kasar kepadanya.

"Bohong!!" Rey berteriak kencang, membuat Alif makin tersudut. Keberaniannya mulai menghilang, bahkan untuk menatap pemuda didepannya saja ia tak mampu.

"A.. Aku.. Ber.. Berkata jujur Rey," jawab Alif, genangan air mata mulai terlihat disudut mata cantiknya

Rey tersenyum miring menatap gadis didepannya, ia mencengkram kuat dagu Alif dan memaksanya untuk menatap dirinya.

"Alif nggak pernah pake aku kamu, dia bicara lo gue. Dia juga nggak pernah takut sama siapapun, termasuk gue. Oiya wig lo lucu banget, hampir nipu semua orang, tapi nggak dengan gue, karena gue lebih tau Alif dari siapapun," Rey menghempaskan Alif, membuatnya tersungkur kelantai

Pandangan Alif berkunang - kunang, kepalanya sakit, tetapi hatinya lebih sakit. Siapa laki - laki ini? Kenapa dia begitu marah padanya, sakit dikepalanya sudah tidak bisa ia tahan lagi, dan semua menggelap.

"Aliiifff," Oktaf berteriak dikejauhan disusul oleh Ryan yang panik melihat keadaan Alif, Ryan langsung menggendong Alif kemobilnya untuk dilarikan kerumah sakit terdekat sementara Oktaf masih sibuk mengatur nafasnya

"Halo tante ini saya Zafar, Alif mengalami kecelakaan dan kami sedang dalam perjalanan kerumah sakit. Baik tante," Ryan menutup telponnya dan segera melajukan mobilnya, ia terus berdoa dan sesekali melihat keadaan Alif yang terbaring lemah disampingnya

Oktaf menatap tajam kearah Rey dengan mukanya yang memerah menahan emosi,

"Lo gila," teriaknya tepat didepan muka Rey.

Sementara itu ditempat lain, Olive berusaha menahan sakit dikepalanya yang datang tiba - tiba, lalu ia menangis sendirian ditengah hamparan tanah lapang yang kosong. Ia tidak tahu kenapa, tapi hatinya benar - benar sakit, sangat sesak

"Alif,"

Bersambung~

Hai^^ maaf kalau ceritanya makin absurd :'v belum disunting juga karena ngebut pengen nyelesaiin chapter inu hari ini juga^^

Nandalia

It's Me (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang