SURAT #12

5.2K 777 162
                                    

Dengan malas Cara berjalan di taman fakultasnya. Ia mendudukan bokongnya disalah satu bangku. Menyandarkan punggung dan menutup kedua mata, merasakan kehangatan matahari pagi.

"Selamat pagi, Nona Caramel." seseorang menyapanya.

Ia berdiri dengan senyuman ramah dihadapan Cara. "Ya?" serunya bingung.

"Saya diperintah oleh Tuan Juan untuk menjemput anda," jelasnya.

Cara menegakan duduk. Keningnya berkerut menatap pria separuh baya tersebut.

"Ini surat untuk anda. Setelah anda selesai membacanya, lebih baik kita lekas berangkat." Ia memberikannya pada Cara.

My Sugar!

Ikutlah dengan Tian, dia akan mengantarkanmu ke tempat konperensi pers Maluma siang ini.

Aku juga akan berada di sana. Seperti biasa, menjagamu hahaha ...

Maaf kemarin aku tidak membalas surat darimu. Jadi, ini adalah permohonan maaf dari aku.

Lekas pergi, jangan sampai dirimu terlambat.

Hati-hati dijalan.

Adiós!
DJ

Cara melipatnya dan menatap Tian.

"Kita pergi sekarang, Nona?" tanyanya.

Cara hanya menganggukan kepala dan mengikuti Tian menuju mobil, yang akan membawanya bertemu artis favoritnya itu.

~~~

Mobil Mercedes hitam berhenti tepat di depan pintu lobby sebuah hotel berbintang di pusat kota.

Cara menatap pintu tersebut dengan detak jantung kencang. Ia bahkan sempat berpikir untuk kembali ke kampus karena grogi.

"Nona," seru Tian yang sudah membukakan pintu untuknya.

"Tian, bolehkah saya minta ditemani selama acara itu berlangsung?" pinta Cara.

"Dengan senang hati, Nona. Tunggulah di dalam Lobby. Saya akan datang setelah menaruh mobil ini terlebih dulu," ucapnya sopan.

Cara mengangguk dan berjalan memasuki Lobby.

Suasana Lobby hotel penuh sesak dengan para wartawan berbagai media. Bahkan Cara berusaha berjalan sedikit berdesakan, agar bisa menyingkir dari kerumunan tersebut.

Cara terhenti tepat di depan sebuah poster. Ia tersenyum memandang wajah artis favoritnya itu.

"Nona, lewat sini. Acara sudah dimulai," ujar Tian yang memecahkan lamunan Cara.

Benar saja, yang tadinya suasana ramai kini menjadi sepi. Semua wartawan sudah berada di dalam aula utama tempat acara berlangsung.

Cara melangkah mengikuti Tian memasuki pintu besar yang terdapat lambang huruf M berwarna gold.

Baru saja ia memindahkan pandangannya, ia menatap seseorang yang tengah duduk di bagian depan dan tersenyum menatap balik.

Cara membeku. Ia menghentikan langkah.

"Nona," seru Tian yang khawatir dengannya.

Dia ... dia!. Cara menoleh ke belakangnya. Memastikan ia tidak salah duga. Dia ... senyum sama gue ?

Hola Mi Corazón. Sekarang kamu bisa lihat aku dengan jelas. Batin Juan menatap wanita pujaannya.

Cara mendudukan bokong di kursi barisan paling belakang. Baik Cara maupun Juan, saling mengunci tatapan satu sama lain.

Acara mulai dibuka dengan penjelasan dari pihak Sony Columbia, lalu dilanjutkan dengan keterangan jadwal konser.

Saat acara beralih pada sesi tanya jawab. Juan mengambil Mic di tangannya. Bukan menyapa wartawan yang sudah mengangkat sebelah tangan untuk dipersilahkan memberi sebuah pertanyaan kepadanya, melainkan fokus pada Cara yang kini mulai terhalang pandangannya. "Maaf, apa saya bisa tolong pada Nona yang berambut coklat yang sangat cantik di belakang sana, untuk pindah duduk di bagian depan?!" ucapnya lantang.

Seketika semua kamera yang berada di tangan wartawan, berbalik kearahnya.

Dengan wajah terkejut, Cara menatap semua orang yang kini menatapnya.

Luis menghampiri Cara yang terlihat bingung. "Nona, mari?!" Ia mengulurkan tangan agar Cara bisa menggenggamnya. Berharap, Cara tidak terjatuh karena kini wajahnya sudah memucat.

Cara menggenggam tangan Luis dan melangkah pelan berpindah pada kursi tepat di depan Juan.

Keduanya berhadapan dengan sebuah meja panjang yang memisahkannya. "Hola," sapa Juan pada Cara.

Cara tidak menjawab, ia hanya membisu sembari menatap tanpa berkedip. "Terimakasih sudah hadir disini, Señorita!"

Cara memaksakan senyum karena terlalu grogi.

"Baiklah ada yang ingin bertanya?" kini Juan kembali pada wartawan yang kembali mengangkat tangan masing-masing. "Ya, anda silahkan!" Juan menunjuk salah satunya.

"Selamat siang. Saya dari media style and life. Pertama, Maluma kenapa anda memutuskan untuk mengadakan konser di sini? Kedua, siapa Nona ini?"

Juan tersenyum menatap Cara. Ia kini menegakan tubuhnya. "Pertama, karena negara ini adalah negara kelahiran saya. Kedua ...." Juan kembali menatap Cara. "Kedua ... Nona ini adalah ... Admin dari Maluma Fans Club. Saya mengundangnya khusus untuk hari ini. Karena bagi saya, fans adalah keluarga kedua. Mi Familia. Tanpa mereka, saya bukan apa-apa." Ia menganggukan kepala memberitahu bahwa jawabanya telah selesai.

Dan acara konperensi pers pun berjalan hanya dalam waktu sejam. Maklum saja, jadwalnya terlalu padat dari satu interview di media elektronik, hingga pemotretan untuk beberapa media cetak lokal.

Saat Juan berdiri dan acara foto pun dimulai. Blitz kamera pun mulai menyala, menembakan cahaya ke arah dirinya.

Juan dengan santai tersenyum, ia sudah terbiasa dengan ini semua. Ia adalah seorang superstar. Berbeda dengan Cara, ia lekas mengambil langkah keluar lebih dahulu meninggalkan aula.

Tian yang melihatnya segera mengikuti Cara. "Nona," panggilnya yang kini melangkah mengejar. "Apa anda ingin pulang sekarang?"

Cara menganggukan kepalanya.

"Tunggulah di sini, saya akan mengambilkan mobil untuk anda." Tian lekas berlari menuju area parkir.

Cara yang berdiri di depan pintu Lobby, menoleh sejenak menatap pintu aula berlambang huruf M tersebut.

Ada sebuah hal yang mengganjal di hatinya kini. "Mata, senyum dan suara ... kenapa nyaris mirip dengan Juan?!" ucapnya monolog.

DON JUANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang