Tak ada kata-kata yang mampu diucapkan Itachi untuk menghibur Sasuke. Hatinya sendiri terasa sakit melihat Sasuke yang kini terlihat sangat rapuh dan menderita. Air mata lelaki itu bahkan mengalir semakin deras hingga ia membenamkan wajahnya sendiri dengan lututnya.

"Aku tak bisa marah pada orang lain. Aku mengerti, aku memang beban dan patut disalahkan. Aku juga 'sampah' bagi otou-san."

Ucapan Sasuke tak runut dan tak begitu mudah dipahami. Ia hanya mengucapkan apa yang ingin ia katakan tanpa berharap orang lain akan memahami apa maksudnya.

"Aku sama sekali tidak menyalahkanmu,," sahut Itachi pada akhirnya. "Sekalipun orang lain terus menyalahkanmu, hal yang sudah terjadi tak bisa diulang. Bagaimanapun kau menyalahkan dirimu, kau tetap tak bisa mengulang waktu."

Itachi mengulurkan tangan dan memutuskan untuk memeluk Sasuke. Ia tak tahu apa yang akan terjadi pada dirinya maupun Sasuke setelah ia memeluknya, namun ia berharap tak ada dampak negatif bagi Sasuke. Jika memang ada dampak negatif, ia berharap dirinya lah yang akan mendapat dampak negatif.

Sasuke menangis dalam pelukan Itachi. Emosi yang selama ini ditahannya bagaikan bom yang sudah meledak. Ia tak mampu lagi mengendalikan dirinya dan mengeluarkan seluruh emosinya begitu saja. Ia bahkan tak mampu lagi mengucapkan kalimat apapun untuk mengutarakan perasaannya.

Untuk pertama kalinya Sasuke menangis hingga ia tak bisa mengucapkan apapun. Air matanya terus mengalir bagaikan rintik hujan yang mengalir dengan deras. Otaknya bahkan tak mampu bekerja dan emosi telah mengambil alih dirinya.

"Maaf. Aku tak seharusnya begini," ucap Sasuke dengan pelan dan agak samar seraya menahan diri agar tidak terisak.

Itachi menepuk-nepuk bahu Sasuke dan mengeratkan pelukannya, "Tidak masalah. Kau sudah berjuang selama tiga tahun ini."

Itachi menyentuh rambut Sasuke dengan lembut, "Lagipula, apapun yang kau lakukan, aku akan tetap menyayangimu dan mendukungmu."

Isakan yang sejak tadi tertahan kini mulai terdengar dari bibir Sasuke. Ia tak lagi menahan emosinya, kini ia memilih menumpahkan segala perasaan yang bercampur aduk dalam tangisan. Jika ia tak melakukannya sekarang, mungkin tak akan ada kesempatan baginya untuk menumpahkan emosinya tanpa diketahui siapapun. Atau sekalipun ia bisa melakukannya, tak akan ada lagi sepasang tangan yang bisa memeluknya dengan erat seperti saat ini.

"Arigatou," ucap Sasuke disela-sela isakannya dengan suara yang terdengar samar-samar.

Itachi mengeratkan pelukannya pada punggung Sasuke yang bergetar akibat menangis. Sasuke pasti benar-benar menderita hingga berani menelanjangi dirinya sendiri dengan memperlihatkan sisi lemah dalam dirinya.


.

.


Sakura mengetikkan pesan balasan untuk Naruto yang mengajaknya untuk menjenguk Sasuke besok siang. Ia menoleh ketika tiba-tiba saja ia mendapati sosok Itachi yang dengan santainya menyalakan televisi di kamarnya dan menonton acara music di stasiun TV Korea.

"Lho? Sejak kapan kau ada di dalam kamarku? Jangan membuatku terkejut, dong."

"Lima menit yang lalu. Kau tidak menyadari kehadiranku, hn?"

Sakura menggelengkan kepala. Ia menatap Itachi lekat-lekat dan menyadari jika ada yang berbeda dengan lelaki itu. Wajah lelaki itu terlihat lebih cerah dan sikapnya telah kembali ceria.

"Tidak, tuh. Omong-omong kenapa kau disini? Bukankah aku sudah bilang untuk tidak mengunjungiku lagi? Temani saja Sasuke, dia pasti lebih membutuhkanmu."

Sixth SenseKde žijí příběhy. Začni objevovat