Chapter 20

5.3K 491 44
                                    

Sasuke memeluk lututnya sendiri dengan keringat dingin yang membanjiri tubuhnya serta nafas yang terputus-putus. Tubuhnya gemetar dan ia bahkan tak mendengar dengan jelas suara Itachi yang sejak tadi memanggilnya dengan khawatir.

Ia mengenggam kalung miliknya yang kini telah kembali terpasang di lehernya dan meremasnya pelan. Mendadak ia mendapat penglihatan yang begitu jelas tanpa ia inginkan dan penglihatan itu membuatnya merasa ngeri.

Dalam penglihatannya, Sasuke melihat Sakura yang merasa ketakutan ketika berjalan sendirian di jalanan sepi saat melihat mahluk halus yang ditemui dijalan dan seolah mengikutinya. Salah satu roh berusaha mengejar Sakura dan berusaha menyentuh bahunya, entah untuk apa dan Sakura berusaha menghndarinya. Untuk itu, Sakura berusaha menghindar. Namun ia tak menyadari mobil yang melaju kencang dan gadis itu tertabrak di trotoar dengan tubuh bersimbah darah. Dan pengemudi mobil itu melarikan diri.

Sasuke memejamkan mata, namun ia malah kembali terbayang dengan apa yang dlihatnya. Ia masih memiliki trauma dengan kecelakaan, dan hanya dengan mendengar kata 'celaka' pun ia akan menolak untuk mendengarnya. Dan ia semakin ketakutan dengan 'penglihatan' yang terlihat begitu mirip dengan kecelakaan yang menyebabkan kematian Itachi beberapa tahun yang lalu.

"Sasuke! Kau kenapa?!" ucap Itachi dengan nada setengah berteriak.

"Itachi-nii," ucap Sasuke dengan suara pelan dan nafas yang memburu, "Tolong... jaga Sakura untukku. Pastikan dia baik-baik saja, setidaknya hingga dia sudah terbiasa dengan kemampuannya."

Mata Itachi terbelalak seketika. Ia tak mengerti dengan Sasuke yang tiba-tiba berbicara seperti itu. Padahal sebelumnya ia sendiri yang menyuruh Sasuke untuk menjaga gadis itu dan Sasuke bersedia melakukannya meskipun awalnya lelaki itu agak keberatan.

"Apa maksudmu, Sasuke? Aku sudah memintamu untuk menjaga Sakura, kan?"

Sasuke menggeleng, "Kalau aku bisa melakukannya, aku akan melakukannya sendiri. Kumohon, tolong aku sekali ini saja."

Itachi terperanjat hingga ia memelototi sang adik, memastikan jika orang dihadapannya benar-benar Sasuke, bukan orang lain yang menyamar. Ia tak pernah melihat Sasuke merendahkan diri pada siapapun hingga memohon-mohon dengan wajah memelas dan menangkupkan kedua tangan di depan dada seperti yang dilakukannya saat ini. Sasuke bahkan terlihat sangat serius dan menatapnya lekat-lekat. Jika Sasuke sudah memohon sampai seperti ini, maka Itachi tak bisa menolaknya.

"Memangnya kalian berdua kenapa, sih?" Itachi mengernyitkan dahinya. Ia tak paham dengan Sasuke yang mendadak pulang ke rumah dengan wajah muram tanpa bicara satu katapun. Sasuke bahkan berkata ingin sendirian ketika ia menghampirinya. Sementara ketika ia mengunjungi Sakura, gadis itu juga sangat pendiam, matanya bahkan bengkak dan merah seolah habis menangis dalam waktu lama. Sakura seolah mengelak saat ia ingin menanyakan soal Sasuke.

"Itu bukan urusanmu," jawab Sasuke dengan tajam. "Kalaupun kau tahu apa yang terjadi, jangan salahkan Sakura. Jangan coba-coba berpikir untuk mencelakainya."

"Aku malah semakin penasaran," ujar Itachi sambil mengacak rambut Sasuke. Ia masih bisa melakukannya ketika hanya sekadar menyentuh rambut meski ia sendiri tak bisa merasakan sensasi sentuhan pada rambut Sasuke, "Aku tak pernah berpikir untuk mencelakainya."

"Kau bersedia menolongku, kan?"

Itachi menganggukan kepala. Ia tak memiliki pilhan selain menerima permintaan Sasuke. Ia tak tega menolak ketika Sasuke sudah sampai memohon-mohon seperti ini.

"Ya sudah. Namun kau harus mengatakan padaku mengenai apa yang terjadi padamu tadi. Kau membuatku ketakutan ketika kau tiba-tiba terdiam lama lalu wajahmu pucat dan berkeringat dingin hingga tubuhmu bergetar."

Sixth SenseWhere stories live. Discover now