Chapter 8

6.8K 564 47
                                    

Sakura terbangun pukul empat pagi dengan tubuh yang terasa segar. Ini sungguh aneh, tak biasanya ia merasa begitu segar seperti hari ini. Seminggu menjelang berulang tahun ke tujuh belas, mendadak ia megalami sakit setiap malam hari dan baru akan sembuh dengan sendirinya pada pagi hari.

Ia bahkan sempat mengeluh pada orang tua nya dan meminta untuk pergi ke dokter. Namun ayah nya mengatakan jika itu adalah proses yang biasa dan ia akan sembuh setelah berulang tahun ke tujuh belas.

Sakura segera menyentuh layar ponsel nya dan tersadar jika hari ini adalah hari ulang tahun nya yang ke tujuh belas. Dalam hati, ia merasa was-was jika ucapan ayah nya akan menjadi kenyataan. Sejak berbulan-bulan lalu, ia berkunjung ke kuil setiap minggu dan berdoa cara Kristen setiap malam menjelang tidur agar ucapan ayah nya tidak menjadi kenyataan.

Sakura memutuskan untuk menuruni tangga dan berjalan menuju dapur untuk mengambil minum. Semalam ia lupa untuk membawa minuman ke kamar nya dan saat ini ia berjalan menuruni tangga.

Dengan langkah tenang, ia berjalan menuju dapur serta membuka lemari untuk mengambil gelas. Namun ia terbelalak saat menyadari ia tidak sendirian di dapur. Terdapat sesosok wanita tua berkimono yang sedang menatap nya di dekat tempat cuci piring.

'Siapa orang itu? Aku pasti sedang berhalusinasi akibat kurang tidur belakangan ini' batin Sakura sambil mengalihkan pandangan dan mengambil gelas serta mengisinya dengan air dingin di dispenser.

Sakura berusaha untuk tak mempedulikan apa yang dilihatnya dan berjalan kembali ke kamar. Ia masih tak percaya jika apa yang dilihatnya adalah mahluk halus dan memutuskan untuk tak memikirkannya.

Namun pemandangan tak kalah mengejutkan terlihat ketika ia membuka pintu kamar nya dan membuat ia menjatuhkan gelas yang sedang dipegangnya serta menimbulkan suara keras. Pen yang terletak di atas meja nya bergerak dan terdapat seorang lelaki muda dengan rambut hitam yang terikat sedang menatapnya serta tersenyum. Lelaki yang entah berasal darimana itu duduk dengan santai di kursi dan memakai meja belajar Sakura seenaknya.

"Siapa kau?! Kau ingin mencuri di rumah ini?!" teriak Sakura dengan suara keras.

"Mencuri? Aku datang kesini hampir setiap hari dan tak pernah mencuri apapun," ucap lelaki itu sambil menyeringai tipis.

Tanpa mempedulikan ucapan lelaki itu, Sakura segera mengambil pecahan kaca dan melemparkannya ke tubuh lelaki itu. Namun pecahan kaca itu malah menembus tubuh lelaki itu dan membentur dinding, membuat Sakura semakin terkejut.

"Sudah kubilang aku bukan pencuri, Sakura," jawab lelaki itu dengan ekspresi datar.

Sakura mengernyitkan dahi menyadari lelaki itu bahkan mengetahui nama nya dan pecahan kaca yang dilemparkannya menembus lelaki itu.

'Aku pasti hanya terlalu lelah. Aku tidak mungkin gila, kan?' batin Sakura.

Sakura segera berjalan menuruni tangga dan berusaha mengambil sapu dan pengki untuk membersihkan pecahan kaca. Beruntunglah orang tua nya tidak terbangun sehingga ia tak perlu merasa bersalah telah membangunkan mereka.

Kini Sakura mulai khawatir jika ucapan ayah nya memang benar. Ia tak yakin jika dirinya sudah gila. Ia tak merasa depresi dan merasa tak memiliki masalah apapun saat ini.

Sakura segera menaiki tangga dan membersihkan pecahan kaca serta mengintip ke kamar nya. Ia merasa lega ketika tak mendapati sosok lelaki berambut hitam itu di kamar nya.

Dengan cepat Sakura membersihkan pecahan kaca itu dan menuruni tangga serta kembali ke dapur untuk membuang sampah serta mengembalikan sapu dan pengki ke tempat semula.

Namun ia merasa terkejut saat masih mendapati sosok wanita tua berkimono di dapur yang kini malah tersenyum padanya.

Sakura segera berlari dengan cepat meninggalkan dapur dan kembali ke kamar nya. Dengan nafas terengah-engah, ia menutup pintu dan bersandar di pintu. Ia merasa ingin menangis seketika, ia benar-benar takut jika ia akan menjadi gila.

Sixth SenseWhere stories live. Discover now