Ke Mana Perginya Kucing-Kucing yang Mati?

1.9K 248 53
                                    

Chapter enggak penting (sebagaimana keseluruhan rantbook) ini bermula saat nyokap tiba-tiba memunculkan pertanyaan di atas--yang notabene bagus buat judul cerpen inspiratif gitu lah.

Tapi iya juga sih. Kecuali kucing peliharaan, atau kucing yang enggak sengaja kelindes, kok saya enggak pernah lihat bangkai kucing berserakan di jalan gitu ya? Kucing yang mati karena tua?

Padahal secara logika, di jalan itu ada banyak banget kucing. Jadi seharusnya, supaya seimbang pasti setiap harinya kalau diakumulasikan di Jakarta aja, mungkin ratusan sampai puluhan ekor kucing yang mati setiap harinya. Nah, tiap minggu aja pasti ada banyak banget berita kematian di koran. Apalagi kucing?

Terlebih, kucing itu 'kan lebih enggak higenis daripada manusia. Tingkat kesejahteraan dan kesehatan itu berbanding terbalik sama angka harapan hidup. Kembali pada intinya, kok saya jarang, hampir enggak pernah bahkan, lihat bangkai kucing?

Dan bukan cuma kucing... burung pun saya enggak pernah lihat. Begitu pula ayam.

Hipotesis pertama: Apa jangan-jangan emang enggak ada hewan yang hidup di daerah perkotaan mati tua? Jadi kalau mati pasti gara-gara kecelakaan atau sakit. Tapi tetap aja rasanya ada yang masih mengganjal soal teori ini. Kurang sreg.

Hipotesis kedua: Apa jangan-jangan ada tempat di mana semua kucing, burung, dan ayam pergi, sebelum mereka mati? Terus dikuburin sama sesama kucing, burung, dan ayamnya? Tapi di mana tempatnya? Kenapa selama (hampir) tujuh belas tahun usia saya ini, saya belum pernah lihat pemakaman massal kucing? Terlebih, siapa yang nguburin mereka? Apa sanak-saudaranya? Atau gimana?

Tempo hari ada seekor kucing bulu putih di depan rumah saya yang kelihatannya udah tuaaaaaaa banget. Kata bokap, ntu kucing udah sakaratul maut. Ya udah 'kan, saya biarin, meskipun rada sebel soalnya ntar kalo doi mati pasti saya yang ketumpuan mindahin bangkainya. Satu, dua, tiga, tujuh hari, si Ncing enggak pindah dan kita udah sohiban.

Suatu hari, si Ncing tiba-tiba ngilang tanpa jejak. Sirna. Saya asumsikan si Ncing mati.

Tapi di mana?

Apa yang awalnya cuma ngomongin kematian kucing, bergejolak tanpa arah dan pikiran saya melayang ke mana-mana. Bukan cuma pemakaman--saya juga enggak pernah liat kucing nikahan! Kayak resepsi akad nikah de el el?! Saya juga enggak pernah lihat kucing syukuran empat puluh hari kelahiran!!

Apa ini sebabnya, hubungan hewan lebih enggak langgeng daripada hubungan perkawinan antar manusia? Tapi masa sih. Buktinya banyak pernikahan seleb yang kandas, padahal seluruh kronologi hubungan asmaranya dari A sampe Z disorot media.

Atau... barangkali kalau saya lihat hewan lagi kumpul-kumpul di pinggir jalan, itu sebenernya lagi gelaran resepsi nikah, lho. Cuma saya aja yang enggak tahu dan enggak diundang. Soalnya saya enggak bisa ngomong bahasa hewan. Kira-kira souvenir tamunya berwujud apa, ya?

Di luar semua itu, kayaknya hubungan hewan oke-oke aja. Anak, banyak. Hidup oke? Hidup lah... banyakan hewan kali daripada manusia hidup di dunia.

Jadi... upacara pemakaman, empat puluh hari syukuran kelahiran, sama akad nikah itu sebenernya cuma akal-akalan manusia aja. Entah buat nyombong, ngasih tau ke tetangga, atau berusaha mengikat janji dengan kata-kata semata. Manusia emang aneh, kadang. Katanya pintar, tapi ide-idenya dalam menjalankan hidup kayaknya masih penuh kelemahan dan kekeliruan. Motif tersembunyi. Saling menjatuhkan satu sama lain. Saling membantu satu sama lain.

Dan itulah manusia. Diberi akal oleh Yang Maha Kuasa. Satu-satunya makhluk yang diberi kesempatan itu. Kadang saya malu jadi manusia. Pernahkah kamu bertemu hewan dan mendadak malu jadi manusia?

Pernahkah kamu bertemu sesama manusia dan mendadak malu jadi manusia? Karena dia manusia yang sangat buruk... dan kamu satu spesies dengan dia? Karena dia manusia yang sangat baik... dan kamu satu spesies dengan dia? Jadi... seharusnya sebagai sesama manusia, kalian punya potensial untuk berubah menjadi satu sama lain, 'kan?

Tapi, apa iya? Apa semua manusia itu sama?

Ah. Tidak tahu.

Jadi ke mana perginya kucing-kucing yang mati?

Jujur Aja Deh [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang