KETOS - 8

3.3K 177 78
                                    

Plak!

Satu tamparan mendarat mulus dipipi kanan David.

"Jangan nguji kesabaran gue sekarang. Sekali lagi gue tanya lo'kan yang ngecoret loker itu?" nada bicaranya terdengar tenang. Namun, terlihat jelas dimatanya jika ia sedang kesal.

"Bukan gue"

Plak!

Satu tamparan lagi mendarat mulus dipipi kanan David.

"Udah gue bilang jangan nguji kesabaran gue seka-" ucapan Davis terhenti akibat ulah David yang tiba-tiba saja mencengkram ke-2 bahu Davis.

"Denger. Gue nggak tahu lo lagi ada masalah apa. Tapi, tolong. Jangan lampiasin kemarahan lo itu ke gue. Karena gue udah cukup banyak masalah buat lo tambah lagi!"

Ah-tidak David sudah berada diambang batas kesabarannya.

"Nggak usah sok kebanyakan masalah. Karena lo itu cuma sumber masalah"

"Terserah lo mau anggap gue ini apa. Tapi, lo juga harus tau kalo sumber masalah juga bisa punya masalahnya sendiri" setelah mengatakan itu David langsung pergi meninggalkan Davis.

+++

Sret!

"Eh, kalo ngecat itu yang bener, bego! Kalo kagak niat mending lo pergi aja deh" ucapan itu lolos keluar dari mulut Davis setelah noda cat mengenai rok yang Ia pakai.

"Kagak sengaja"

"Emang bener ya kata orang, kalau maling pasti kagak bakalan ngaku. Kalau ngaku penjara penuh" Ia bergumam seraya mengangguk-angguk seperti mengejek.

"Lo nyindir gue? maaf gue bukan maling"

"Yang bilang lo maling siapa? Yang bilang gue nyindir elo siapa? Lagi pula maling itu cuma pribahasa yang gue gunaian dalam artian maling itu orang yang bersalah" Davis tetap mengecat sembari berbicara tanpa menolehkan kepalanya ke arah David.

"Cewek selalu ngotot, cowok selalu ngalah"

+++

Buk!
Tak!

Suara roti basa dan sekaleng sprite yang David hentakan di meja nampaknya terdengar cukup kuat membuat sang empunya meja sontak menolehkan kepalanya ke arah sang empunya tangan yang mengganggu tidur siangnya itu.

"Mau apa lo?" terlihat jelas orang yang dibangunkan itu tak senang dengan prilaku David.

"Makan aja" tatapan bersalah mulai terpancarkan dari mata David.

"Nggak usah sok baik"

"lo laper'kan? Makan aja"

"Kenapa lo nggak pura-pura nggak tau aja? Atau melarikan diri? Bukannya lo itu ahlinya dalam hal melarikan diri?" satu alis terangkat dari wajah Ary.

David terdiam.

"Hei, gue rasa kita nggak bisa satu sekolah. Salah satu dari kita harus pergi. Lo atau gue"

David masih terdiam.

"Ok, gue yang pergi" Ary hendak bangun dari tempat duduknya. Namun, satu tangan David menghentikan aktivitas Ary.

"Biar gue yang pergi"

+++

Semilir angin menggelitik tubuh membuat siapa pun yang merasakannya menggigil. Cowok itu. David Pranata. Tengah duduk di bawah pohon sembari menikmati semilir angin malam yang menggelitik. Mata cowok itu terpejam layaknya orang tidur tapi indra pendengarannya masih bisa berfungsi.

Tik! Tik! Tik!

Dentingan jam tangan yang terdengar samar mengisi kesunyian malam itu.

"Huh" Ia menghembus napasnya. "Gue harus gimana?!" lanjutnya seraya mengacak rambutnya gusar.

Detik berikutnya cowok itu terdiam. Mengamati seseorang yang tengah berjalan dengan tatapan kosong.

Cowok itu bangkit dari tempat duduknya. Menghampiri seseorang yang sedari tadi ia amati.

"Cewek nggak baik keluar malem" suara itu mampu membuat cewek itu terkejut.

"Gue lagi males berantem Nat" cewek itu lantas menatap malas cowok yang menghampirinya.

"Pertama lo bisa masuk angin kalau keluar malam pakai baju tipis kayak gini. Kedua lo bisa diganggu sama preman-preman di sini" tak menghiraukan omongan Davis sebelumnya. David malah melanjutkan ocehannya.

"Ayo, gue antar lo pulang"

" nggak usah, lo tau kan rumah gue deket sini. Gue bisa jalan sendiri"

Tak menghiraukan perkataan Davis. David masih senantiasa menemani Davis berjalan.

"Alya, lo masih marah sama gue?"

"Alya?" Davis membeo dengan nada tak senang.

"Iya, Alya. Kenapa nada lo kayak kagak senang gitu?"

"Panggil gue Davis bukan Alya"

"Kalau gitu lo juga harus manggil gue David bukan Nata" nampaknya David terlalu keras kepala untuk mengalah pada Davis saat ini.

"Nata!" Davis kehilangan kesabarannya. Ia yang dari awal memang lagi badmood ditambah dengan perdebatan yang David ciptakan membuat Ia benar-benar tak tahan untuk mengeluarkan bebannya.

Tes!

Tidak-Davis benar-benar tidak ingin menangis didepan musuhnya ini. Davis buru-buru menundukkan kepalanya. Ia tak ingin menunjukkan sisi lemahnya. Namun, kenapa tubuh dan pikirannya tidak sejalan?

David panik. Gadis disampingnya tiba-tiba menangis setelah Ia membantah perkataan gadis itu. Apa gadis itu tersinggung dengan perkataannya barusan?

"Aly---Davis" David memutarkan tubuh Davis menghadap dirinya.

"Gu-gue, minta maaf kalo lo tersinggung"

Tak ada jawaban. Hanya isakan kecil yang terdengar.

"Maaf" David langsung memeluk Davis setelah tak ada jawaban apa pun "gu-gue bukan lagi nyari kesempatan dalam kesempitan, gue,  cuma mau nenangin lo. itu aja, nggak ada maksud lain"

"Nat" samar. Suara Davis terdengar sangat samar.

"Hm"

"Nikahin gue"

To Be Continued

Alooooo, guys, ada yang kangen nggak sama ni cerita?wkwkwk. Semoga suka ya sama part yang ini :) see you next time guys 😚

SS (1) : Ketua OSISTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang