Again

19 2 0
                                    


***

...kenapa aku melihat dia lagi...

***

—o0o—

Tok tok tok

Clap clap clap

Hem..

Klik klik

Tangan, kaki, kepala.

Semuanya bergerak.

Ini bukanlah sejenis olahraga. Ya meskipun basket salah satu favoritnya.

Ini hanya sebuah kegiatan siswa tingkat akhir di Paran Internasional High School. Tentu saja bukan sembarang kegiatan. Ini hanya dilakukan bagi yang telah mendapatkan kata 'produser' sebelum namanya.

Min Suga. Ah iya, bukan hanya Min Suga tapi, Produser Min Suga.

Pria berdarah campuran tentunya, karena hanya yang memiliki campuran darah asing atau memang sepenuhnya orang asing saja yang bersekolah di tempat yang populernya disebut PIHS.

Terlahir jenius tidak membuatnya lancar menulis lirik lagu kali ini. Uang yang di tawarkan perusahaan tidaklah sedikit. Bahkan selama ini ia tak pernah meminta pada orang tuanya semenjak BomHit Entertaiment mengajaknya bergabung, uang dari perusahaan sudah lebih dari cukup. Uang dalam rekeningnya masih sangat banyak untuk seorang remaja 18 tahun, tapi itu mungkin belum cukup baginya. Entahlah.

Rambut hitamnya berantakan. Penyebabnya? Apalagi jika bukan tangannya sendiri yang mengacak-acak rambutnya kasar.

Meskipun ruang kesenian dilengkapi AC, hal itu tidak membuat putra kedua pasangan Pebisnis Min Dae Young dan Joana Alexandra nyaman. Ia tetap gerah. Sebenarnya jiwanyalah yang gerah tapi itu berdampak pula pada fisiknya. Gerah karena hingga kini ia hanya menghasilkan setumpuk kertas yang berisi coretan. Entah kenapa ia merasa sangat mood hari ini.

Piano.

Beralih pada benda berwana putih di dekatnya. Benda itu yang disebut-sebut sebagai piano oleh seluruh manusia di muka bumi. Benda yang menempati posisi pertama di hatinya, lalu diikuti oleh bola basket, ponsel dan computer.

Ting..ting.. tingg..

Tangannya mulai memainkan piano itu. Layaknya anak kecil yang baru pertama kali melihat piano sepanjang hidupnya, Suga hanya menekan 2 tuts piano berulang ulang. Sangat berbanding terbalik dengan kemampuannya yang sebenarnya.

Ia hanya tidak mood saat ini untuk memamerkannya.

Lagi pula pada siapa?

Pada gitar di sebelah kanannya?

Atau pada drum di belakangnya?

Mungkin cicak di sudut ruangan itu akan memujinya jika ia memamerkan keahliannya bermain.

Beruntung ia masih waras untuk tidak mengimplementasikan ide-ide gilanya.

Meskipun tak berniat. Tetap saja ia mulai memainkan piano itu dengan baik. Bahkan sangat. Ia tidak akan berharap cicak itu akan memujinya. Ini serius.

Matanya terpejam. Menikmati alunan piano yang ia buat.

2 menit..

5 menit...

10 menit...

Cukup lama piano itu dimainkan oleh jemari yang lentik itu.

Selamat datang.

Moodnya telah kembali. Bahkan inspirasinya mengikuti.

Aku yakin ini akan menjadi lirik yang luar biasa gumamnya

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 01, 2017 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

DreamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang