"kamu gak mau ke rumah sakit cha?" tawar jaya sambil berusaha mengalihkan pembicaraan saat ia melihat karin sudah menahan tangisnya, ia mendekati karin dan berusaha menenangkan istrinya.

"gak apa-apa mas, besok juga saya bakal ke rumah sakit, kalian udah tau kondisi sebenarnya ara, jadi saya mohon kondisikan diri kalian dan juga keluarga besar kalian untuk bersikap terhadap ara, karna sekalipun kalian keluarganya tapi jika kalian membuat ara tidak nyaman atau seperti tadi saya tidak segan akan membawa ara pergi dari kalian"

"..."

"ara gak butuh dikasihani seperti yang dulu pernah kalian lakukan terhadapnya, ia hanya butuh diterima tanpa harus mengorek luka hatinya, terimakasih perawatan lukanya mbk" ucap ocha sambil berlalu dari ruang dapur menuju ruang tamu diikuti oleh ata.

"jadi ini maksud kamu lagi dinas?"

"seperti yang elo liat, dan pastiin untuk kondisi ini gak menyebar keanak buah elo"

***

Abb masih memandangi amplop coklat yang tergeletak dimeja, sudah 3 hari sejak amplop itu diberikan oleh mamanya melalui ata tapi abb belum berani membukanya. Jarum jam masih menunjukkan angka 4, ia tidak bisa tidur dengan nyenyak, karna masih teringat kejadian saat dihotel tadi, ada rasa tidak ikhlas saat melihat sabrina menampar ara didepan semua orang seperti tadi, saat tadi bertemu ara didepan lobi hotel ia seperti disadarkan oleh mimpinya selama 2 hari terakhir, baju yang ara kenakan dan juga situasi yang terjadi sangat mirip dengan apa yang terjadi dalam mimpinya, jika didalam mimpi itu wajahnya terlihat samar maka tadi malam wajah itu terjawab dengan kehadiran sosok ara.

Abb menarik nafas dan pelan membuka amplop saat ia melihat foto ara, abb tidak bisa berkata ia terus berdzikir dalam hatinya, ia menata perasaannya, jadi ini yang dimaksud dengan mamanya wanita yang terhormat didunia dan insyaallah diakhirat, fikiran abb jadi bercabang siapa lelaki yang tega melepas seorang wanita seperti ara,apa karna kondisinya, ah fikiran abb justru kacau, ia melihat foto ica yang sedang tersenyum manis dimeja ia sandingkan dengan foto ara yang mengenakan jilbab terlihat manis dan anggun.

"maaf ca, aku ngelakuin ini semua untuk nyenengin mama, dan aku harap kamu juga ngerti kondisi aku" lirihnya sambil mengelus foto wajah ica.Lamunannya tentang ica terputus karna suara ponselnya, ia melihat mamanya yang menelfon.

"assalamualaikum ma"

"waalaikumsalam,gimana nak udah dibuka amplop dari mama?"

"udah ma, abb udah tau siapa wanita yang mama maksud"

"jadi kapan kamu akan melamar dia?"

"emm ma kasih abb waktu ya, abb harus mengenal dia dulu, apa lagi mama tau sendiri kemarin waktu acaranya farah dia gak nyaman sama kehadirannya abb"

"kamu harus bisa ramah ke ara nak, ara itu wanita yang lembut, kalau dia bertemu dengan laki-laki yang kaku kayak kamu ya jelas aja dia akan ngehindar"

abb tidak menjawab ucapan mamanya, lembut, batin abb mencibir, apa mama tidak tau, tangan anak semata wayangnya ini nyaris saja patah karna kecerobohan wanita yang menurut mama lembut.

***

"elo gak pulang?" tanya abb penuh selidik saat ata berdiri didepan pintu hotel tempat ocha dan ara menginap selama ini, ata menghubungi abb untuk membawakan baju ganti karna ia tidak sempat pulang kerumah.

"enggak sempet, tadi malam kacau, nanti deh gue ceritain, masuk" ajak ata sambil mengambil baju yang dari tadi dipegang oleh abb.

Saat masuk keruang tamu abb melihat ocha sedang mengetik dilaptop, sadar ada abb ocha hanya menatap sebentar kemudian melanjutkan ketikannya.

"DIA" Where stories live. Discover now