5

4.2K 332 7
                                    

Ocha masih mematung memandangi nisan bertuliskan Bita Dinata. Buah hati yang ia lahirkan 8 tahun lalu, tetapi harus pergi 1 tahun kemudian.Ocha merahasiakan kehamilannya ini, karna jika ia bercerita itu hanya akan mempersulit proses perceraiannya dengan ata. 6 tahun pernikahan mereka tidak ada artinya bagi ocha saat di tahun ke 6 ia tau ia hanya memiliki suaminya secara utuh selama 3 tahun dan sisanya ia harus berbagi suami dengan wanita lain.

Ocha tidak marah sepenuhnya pada ata, tetapi ia kecewa, ia menyadari bahwa memang situasinya dulu tidak memungkinkan untuk berontak dan membela diri, dulu ia hanya wanita yang akan menurut pada suami dan mempercayai bahwa suaminya adalah pria yang akan menjaga hatinya dimanapun ia berada. Tetapi fakta berkata lain, saat ia tau bahwa suaminya telah membagi hatinya kepada wanita lain, hanya karna alasan belum hadirnya seorang anak dipernikahan mereka.

Ocha tidak marah tetapi yang tidak bisa ia terima adalah alasannya. Mereka baru menikah 3 tahun, dalam sebuah pernikahan itu adalah waktu yang masih sangat singkat, apalagi menunggu hadirnya sebuah anak. Apa kabar dengan mereka yang menunggu bahkan sampai belasan tahun dan puluhan tahun untuk sebuah tangis bayi dikeluarga mereka.

"kenapa kamu gak pernah cerita tentang hal ini cha?" tanya suara yang amat ocha kenal. Suara ata yang berdiri beberapa langkah disampingnya.Ocha terlalu asik melamun sehingga tidak menyadari kehadiran ata.

"tau darimana kamu tempat ini?"

"kenapa kamu gak pernah cerita tentang hal ini cha?"

"jangan ikut campur urusanku"

"kenapa kamu gak pernah cerita tentang hal ini cha?"

ocha mendengus saat ata menanyakan pertanyaan yang sama untuk ketiga kalinya, ia memutar badannya menghadap ata yang terlihat emosi dan menatapnya dengan tenang " aku bukan lagi ocha yang akan menjawab setiap pertanyaan dari kamu seperti dulu, aku bukan lagi ocha yang akan menunduk dan gak berani menatap kamu saat diposisikan antara salah dan benar, paham" jawab ocha dan memilih melangkah pergi meninggalkan ata. Tetapi baru berapa langkah tangannya dicekal dan kedua lengannya dipegang oleh ata sehingga posisi mereka saling berhadapan dengan jarak yang amat dekat.

"kenapa kamu gak cerita kalau saat itu kamu sedang hamil dan itu adalah anak aku?" teriak ata dengan tatapan tajamnya. Ocha hanya melengos dan tersenyum sinis seolah tak peduli pada kemarahan pria didepannya.

"dia bukan anak kamu paham" jawab ocha datar dan melepaskan pegangan tangan ata dari lengannya, tetapi ata kembali memegang lengan itu.

"aku udah selidiki semuanya dan itu adalah anak aku" ucap ata dengan nada sedang tidak sekencang tadi.

Ocha masih tetap tidak memandang ata, ia mengunci pandangannya pada makam bita. "kamu melakukan penghiatan itu atas dasar anak dan kamu sudah berhasil mendapatkannya, jadi buat apa lagi aku harus cerita, pada saat itu yang aku fikirkan adalah bagaimana caranya untuk bisa segera lepas dari kamu"

"..."

"kalau waktu itu aku cerita maka kamu sekarang tidak akan mengalami penyesalan seperti ini, kamu tau hal yang paling aku inginkan dari kamu adalah melihatmu menyesal karna telah kehilangan aku dan anak kita, tanpa peduli apakah kamu masih mencintai aku atau tidak, pada saat itu"

***

"diandra" panggil sebuah suara yang ara kenal. Sudah lama rasanya tidak ada yang memanggilnya dengan nama seperti itu.

"assalamualaikum deo" jawab ara sambil tersenyum. Ara tau cepat atau lambat dia akan bertemu dengan orang-orang dari masa lalunya, dan mau tidak mau dia harus menghadapinya.

"waalaikumsalam,kamu kemana aja di selama ini, kita semua khawatir sama kamu"

"setidaknya sekarang aku udah kembali kan, dan tolong jangan beri tau mereka,biar aku sendiri yang memberi tau mereka"

"DIA" Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang