"elo mau pulang? Tawar ocha pada akhirnya, ara hanya menjawab dengan gelengan.

"kita keluar sekarang, fajar pasti nyariin"

ocha mengangguk-angguk menandakan setuju, mereka berjalan menuju ke meja tempat berkumpulnya para keluarga besar ara, saat mereka melihat ara ekspresi mereka tak terbaca.

"mbak aku kangen banget, tadi kemana, aku bilang jangan kemana-kemana"ucap fajar menghampiri kemudian memeluk ara.

"diandra, astaga, mbak gak ngimpikan, kamu semakin cantik sayang, kamu curang cuma nemuin mas jaya gak nemuin mbk" ucap karin sambil memeluk erat diandra.

"sayang, kamu apa kabar? Tanya tante hana, ibunda fajar.

"anak ayah" lirih farhan sambil memandang diandra kemudian memeluk diandra dengan sangat erat mengalirkan rasa rindu yang selama ini telah ia tahan, dan mampu memberikan rasa nyaman pada ara., sudah lama rasanya dia tidak menggunakan nama diandra, dan saat ini dia berada dilingkungan orang-orang yang mengenalnya sebagai diandra.

"diandraa, gue kangen banget sama elo, gue gak ngimpikan?" celoteh alina sambil merangkul diandra, diandra tersenyum, mengamati sahabatnya yang saat ini sedikit gemuk karna kehamilannya, semakin cantik tetapi tetap saja masih seperti dulu, suara cemprengnya tak pernah bisa hilang dari diri alina. Ingin ara bertanya kapan ia menikah dan dengan siapa, tapi rasanya lidahnya masih kelu, ia hanya mampu untuk tersenyum menyembunyikan rasa takut yang masih ia rasakan.

Ocha hanya melihat dan mengawasi beberapa langkah dari ara. Dia memantau keadaan disekitar, mengamati orang-orang yang mendekati diandra,sedikit rasa lega karna mereka menyambut hangat kehadiran ara.

"apa yang elo takuti gak kebukti kan, prof ara diterima dengan baik sama keluarganya" ucap ata yang entah sejak kapan sudah berdiri disamping ocha, ocha tidak berpaling kearah ata, dia hanya melirik melalui ekor matanya terus mengawasi ara.

"setidaknya gue mencegah hal buruk yang bisa ngebuat ara gak nyaman" jawab ocha datar sambil tersenyum kearah ara, karna di saat yang bersamaan ara melihat kearahnya memastikan bahwa ocha masih ada disekitarnya.

***

Ara mulai merasakan kenyamanan berada kembali dilingkungan keluarganya,alina, fajar bahkan mbak karin tak henti-hentinya menanyakan berbagai macam hal kepada ara, 10 tahun adalah waktu yang lama bagi sebuah penantian, dan itu yang ara dan juga keluarganya rasakan.

"ow ada tamu agung nampaknya yang pesonanya mengalahkan pasangan pengantin malam ini" ucap sebuah suara dengan muka datarnya, semua yang ada disekitar meja nampak heran dengan ucapannya.

"sabrina apa kabar?" tanya ara sambil bangkit dari duduknya, ia memandang kearah sabrina, adiknya itu nampak semakin cantik, kandungannya terliat sudah besar, sekalipun begitu tetap saja badannya tidak mengalami perubahan seperti yang alina alami.

Saat hendak merangkul sabrina tiba-tiba saja sabrina melayangkan tangan kanannya ke pipi ara, ara nampak mengelus pipinya yang terasa perih dan panas, ia melihat disekelilingnya, kilatan lampu itu menyorot dia dan juga sabrina, tentu saja ini akan menjadi pemberitaan yang paling menarik.

"sabrina!!!teriak sang ayah saat melihat putri pertama yang selama ini ia rindukan mendapat tamparan dari sabrina putri pertamanya dari pernikahannya yang kedua. Tapi sabrina tidak bergeming, ia justru menatap lekat ke arah ara.

"sudah puas bersembunyinya, sudah merasa cukup berperan sebagai orang yang tertindas, setelah 10 tahun menghilang dan kini di momen bahagia adik aku kamu datang lagi, apa kamu tau bagaimana tersiksanya kami selama ini mencari keberadaan kamu? Apa kamu tau setiap malam orang tua aku menangis memikirkan tentang kondisimu yang hilang entah dimana, apa kamu tau gimana fajar harus disakiti hatinya oleh para gadis, dia dianggap gila karna terlalu terobsesi dengan kakak wanita tirinya yang hilang entah dimana, apa kamu tau bagaimana tersiksanya aku dan deo selama ini karna terus-tersusan dihantui oleh perasaan bersalah,apa kamu tahu kalau alina sahabat kamu sampai rela menikah diatas usia 30 karna berharap kamu akan kembali dan bisa menghadiri pesta pernikahannya, dan setelah kami bisa menerima bahwa kamu mungkin memang hilang, kamu datang dengan kondisi yang baik-baik saja seperti seorang yang kehadirannya sangat diharapkan, puas kamu, menyiksa kami selama ini!!! teriak sabrina.

"DIA" Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang