Prolog

1.4K 128 11
                                    

"Aku meminta kau untuk menyerahkannya." Matanya menatap tajam ke arah pria setengah mabuk yang sedang duduk bermalasan di kursi berukir indah. Setiap jengkal dari kursi tersebut dipoles dengan elok, kentara sekali itu dibuat dengan kualitas kayu terbaik yang membuat mata orang awam akan terperangah kagum dengan desainnya. Tapi, hal yang demikian tidak berlaku bagi ia yang tubuhnya terbalut gaun sederhana di hadapan si pria. Pria yang sudah separuh baya itu menyilangkan kaki, dagu ia topangkan pada salah satu tangan yang bersandar di lengan kursi eloknya seraya memincingkan mata. Pandangannya agak kabur, efek dari bergelas-gelas alcohol yang dia minum tadi. Mereka sekarang sedang berada di ruang pribadi sang pria di sebuah bar ternama.

"Oya..oya..gadis manis, kenapa kau tunjukkan raut muka begitu? Itu sama sekali tidak cocok dengan parasmu, gadisku." Wanita itu memutar bola mata, lelah karena harus bersabar menghadapi pria tua di hadapannya. Namun sedetik kemudian, ia melontarkan senyum yang dibuat-buat, tipis sekali. "Ya, ya. Itu lebih baik! Oh indahnya." Pria tersebut mulai meracau, dan si wanita mulai muak tapi ia tak menunjukkannya.

"Kau ingin aku menyerahkan apa? Oh sungguh, aku akan menyerahkan apapun itu permintaanmu." Wanita itu mendekatkan kepalanya ke telinga pria tersebut dan berbisik dengan lembut. Wajah pria tua itu memerah, yang tadinya setengah mabuk sekarang efek alcohol sudah benar-benar memabukkannya. Ia tertawa keras sesaat setelah wanita itu kembali pada posisi semula.

"Hahaha.. sebuah permintaan yang sedikit tidak masuk akal untukmu. Meskipun kau gadisku, tapi aku tidak akan menyerahkannya, manis. Itu tidak penting dan tidak ada hubungannya denganmu."

Wanita itu beranjak, meraih dompet―juga bisa dibilang tas tangan kecil―yang tadi diletakkannya di meja kecil, bersiap menarik sesuatu dari dalamnya. "Kalau begitu saya yang akan mengambil sendiri. Saya pernah melihat dengan mata kepala saya sendiri anda meletakkannya di laci meja sana." Ia berjalan menghampiri meja kerja yang terletak di belakang kursi si pria tua. Pria itu tertawa terbahak-bahak.

"Tidak mungkin hahaha! Tidak akan ada yang menemukannya dimanapun, dear." Tubuh wanita itu tertegun sejenak. Ia berbalik, menatap pria yang tertawa sambil memukul-mukul lengan kursi yang diduduki. Sesaaat kemudian ia berjalan menghampiri pria tersebut, mendekat kemudian menyentuh wajah si pria.

"Tidak ditemukan dimana pun hmm..? Meski itu di kamar anda ?" Pria itu semakin terbahak, dapat dilihat bahwa ia bahkan sampai mengeluarkan substansi kristal bening di sudut mata yang sudah berkeriput disana-sini.

"My.. My.., mana ada orang bodoh yang akan menyimpan itu di kamarnya? Hahahaha!" Jeda sekian lama untuk menunggu tawa konyol itu berhenti dan pria tersebut dapat mengucapkan sepanjang itu―ternyata tertawaannya berlanjut. Si wanita tenggelam dalam pikirannya sejenak.

"Benarkah? Berarti anda sendiri yang menyimpannya." Sentuhan yang awalnya di wajah, ia turunkan ke dada hingga ke perut lelaki tua mabuk itu. "K-kau nakal sekali, gadisku."

"Sekarang aku bukan gadismu laki pak tua." Tatapan sedingin es dari wanita tersebut ia tujukan pada lawan bicaranya. Tangannya menarik keluar benda kecil yang terbebas dari ruang sempit dalam dompet. Mata lelaki itu membelalak, namun dalam sekejap mulutnya sudah dibekap oleh sebelah tangan si wanita.

"Tidurlah dengan nyenyak, Pak Tua."

Ia memasukkan tangannya ke dalam jas lelaki yang telah tertidur, meraih benda yang ia cari selama ini. Tak lama kemudian dia melangkahkan kaki menuju bungkusan milik lelaki paruh baya yang ia minta secara pribadi untuk dibawakan padanya tadi. Bungkusan itu ditaruh di bawah, sebelah kursi kesayangan milik mantan kekasih yang baru di kencaninya selama lebih dari seminggu. Setelah berapih diri, wanita itu segera menyelinap keluar dengan sikap was-was.

"Terimakasih sudah berkunjung, Tuan. Silahkan datang kembali." Pelayan itu membungkuk pada pria jangkung bertopi dengan setelan jas, yang melangkahkan kaki keluar pintu bar, meyambut kelamnya malam yang mencekam. Suara gemuruh langit kelabu meraung di atas awan, dan tak perlu waktu lama untuk menunggu bumi diguyur hujan semalaman.

><><><

Author's Note :

Selamat datang di cerita yang akan penuh dengan aksi dan misteri~!

Hai readers, salam kenal. Akhirnya setelah sekian lama menjadi waifu Dazai (ekhem) author mendapat ilham untuk membuat fanficnya xD

Author masih belajar menulis, jadi mohon maklumi jika nanti banyak hal yang kurang berkenan di hati para readers.

tag alienosaur

Salam,

Kayken VR

SerendipityTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang