Bab 15

575 98 2
                                    

Dua bilah tajam beradu di udara

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Dua bilah tajam beradu di udara.

Liveo menggeretakkan gigi, mengayun sabitnya bukan hanya membelah Beauty, tapi juga membuat api unggun mati.

Beauty menangkis serangannya dengan sebilah pedang mungil. Pedang itu langsung meretak dan pecah. Terjangan sabit Liveo membuat pergelangan tangan Beauty berdarah.

"Ya ampun, Manis. Aku datang ke sini bukan untuk mencari gara-gara," sahut Beauty ringan.

"MATI KAU, JALANG!"

Liveo tinggal sekali lagi mengayun senjata beratnya. Beauty bersiap. Jemarinya lentik mengayun seperti menyisir udara.

Suara serak Mali membuat beku udara.

"Hen—tikan, Liv."

Liveo sontak mundur. Sabit mendatar ke tanah. Terkesiap, "Mali?!"

"Halo—ugh, tolong jangan bertengkar. Ada orang sakit di sini," Mali susah payah berbicara.

Beauty menelengkan kepalanya. "Pangeran Mali, coba kau buat adikmu mengikat dirinya di bawah pohon es yang setiap hari menerjunkan duri, siapa tahu kepalanya yang batu dan mulutnya yang lahar itu bisa beku setelah mati, ah maksudku dipenuhi duri es, tentu saja."

"Diam kau!"

Beauty malah terkekeh. Selalu. Setiap kata yang keluar dari bibir Liveo terdengar sangat menggemaskan untuknya.

Liveo mendelik benci. "Apa maumu datang kemari? Menertawakanku?"

"Tidak. Aku bermaksud menawarkan sesuatu yang menguntungkan," ucap perempuan itu dengan nada yang naik turun seperti ingin melawak.

"Apa?"

"Kecuali kau sudah tak mau memburu Kashchei. Apa masih ingin? Aku menawarkan kerja sama, Sayang. Ini akan sangat menguntungkanmu."

Liveo mengerjap. Ia butuh beberapa saat untuk mencerna perkataan Beauty, dan baru tersadar saat Beauty tertawa lagi menatap ekspresi komikalnya. "Apa katamu?"

"Jangan buat aku mengulangi, sebab udara di sini sudah banyak kaucuri untuk memberikan napas buatan pada kakakmu?"

Liveo gatal melemparkan belati ke topeng Beauty, dan perempuan itu menangkapnya dengan ligat.

"Jangan marah-marah terus, Adik kecil. Nanti kakakmu semakin sakit."

"Terangkan apa maumu atau kubuat lidahmu itu menjulur abadi keluar topengmu dan bahkan kau tak akan bisa menutup mulutmu lagi."

"Ssh. Itu tidak lucu. Tapi aku akan menjulurkan lidah sepuasmu jika kau mau, Sayang. Dengarkan dulu. Ini tentang Kashchei. Kuharap kau masih bernafsu memburunya sebab bila tidak, ini akan menjadi perburuan paling membosankan. Dusun tempat Kashchei makan umpan sudah kaubakar. Kau membuatku dan seluruh Beast Master lain kewalahan."

"Apa? Bukankah jantung Kashchei sudah kau—"

Tangan lemah Mali menarik tepi pakaian Liveo dari belakang.

AMALGAMATE (Mali & Liveo Story) ✔Where stories live. Discover now