CHAPTER EMPAT | Pelukan Terakhir?

Start from the beginning
                                    

Tak ada percakapan di antara mereka, yang terjadi hanyalah kecanggungan. Melody berulang kali melirik ke arah Dylan yang tengah menyetir dengan serius. Melody yakin Dylan tahu kalau dia memperhatikannya, namun dia berusaha tidak terganggu dengan semua itu dan mengabaikannya.

"Apa perasaan kak Dylan sama aku udah mati?"

Pertanyaan Melody barusan berhasil membuat Dylan menoleh dan mengerutkan dahinya, bingung.

"Kenapa nanya begitu? Bukannya sekarang lo juga udah punya cowok, gue punya cewek, apa harus diperjelas bagaimana perasaan gue sama lo?"

"Setitik pun?"

"Ya, gue mencintai Alice, lebih dari apapun."

"Jadi tunangan itu benar?"

"Ya."

"Gue pikir untuk membuat gue cemburu, terus di akhir cerita kak Dylan bilang bahwa semua ini hanyalah prank," ujar Melody dengan suara lirih.

"Kalau lo gak cinta sama Louis, mending lo putusin dia."

"Kenapa?"

"Dia layak mendapat yang lebih baik," ujar Dylan datar

Bagaimanapun berada diposisi Louis pasti satu hal yang sangat sulit. Dylan tidak mau membayangkannya, karena sikap Melody sekarang cukup kekanak-kanakan. Dia menyakiti perasaan seseorang tanpa sadar hanya demi keegoisannya sendiri. Sejak kapan dia memikirkan perasaan orang lain. Melody berubah dan Dylan menjadi hilang respect kepadanya.

Bukannya menjadi yang lebih baik, malah bertambah buruk.

"Jadi menurut kak Dylan, aku kurang baik buat Louis?"

"Ya."

Melody menundukkan kepalanya dalam-dalam, mencoba mencerna apa yang dikatakan oleh Dylan padanya baru saja. Dia tidak ingin melepaskan Louis, namun dia juga tidak bisa membohongi perasaannya kalau kehadiran Dylan benar-benar mengobrak-ngabrik hatinya.

Satu pertanyaan terlintak di kepala Melody.

Apa Melody benar-benar mencintai Louis?

Dulu jika dia mendapat pertanyaan itu, Melody akan sangat cepat dalam menjawabnya bahwa dia benar-benar mencintai Louis. Tapi sekarang? Mengapa Melody ragu akan jawabannya?

"Gak ada satu orang pun yang mau dijadiin pelampiasan," ujar Dylan, kali ini suaranya sudah tidak sedatar biasanya.

"Aku gak jadiin dia pelampiasan," sergah Melody cepat, dia paling tidak suka kalau ada yang menbatakan bahwa dia menjadikan Louis pelampiasan.

"Lalu, apa?"

Melody kembali terdiam. Dalam hati dan pikirannya tetap mengatakan bahwa Louis bukan pelampiasan atas rasa yang tidak terbalas. Melody mencintai Louis, namun dia belum mencintai Louis sedalam itu, tapi Melody sangat yakin kalau Louis mempunyai tempat khusus di dalam hatinya.

"Lagipula lo sama dia gak akan lama putus juga."

"Kak Dylan doain aku putus sama dia? Kak Dylan aja yang boleh punya pacar, gitu? Sementara aku enggak?"

MeloDylan 2 (Retrouvailles)Where stories live. Discover now